Nona Boss Zetta

By Diahayu_Sn

54.5K 10.6K 5.5K

Seseorang pernah berjanji tidak akan meninggalkannya. Namun, ternyata janji itu hanya kebohongan indah semata... More

Prolog
1. Roses And The Sadness
2. Bad Boy to be a Sad Boy
3. Her Boyfriend?
4. Black Roses n Letters
6. Long Time No See
7. Meet Him
8. Can't Believe a Liar
9. Not Easy to Forget
10. Who Is She
11. De javu?
12. What Relationship?
13. Still With You
14. Good Night, Princess
Visualisasi
15. Cool But Care
16. Love Never Lie
17. Killing Me
18. Still love her
19. What a Pitty

5. First Day

2.4K 572 151
By Diahayu_Sn

_Diam jadi kaum rebahan, bergerak jadi incaran pembalap._

🌹

Perjalanan yang sangat melelahkan bagi Zetta dan teman-temannya. Mereka turun dengan wajah berseri sekali pun tanpa make up menghiasi wajah cantik mereka.

Zetta menenggerkan kaca mata hitamnya di kepala dengan memasang wajah tak acuh. Seolah tidak ingin mengingat apa pun yang terjadi di kota itu.

"Zett, lo jadinya gimana? Mau pulang ke rumah lo sendiri apa ikut ke apartemen gue?"

Tiba-tiba saja Alice memecah lamunan Zetta. Namun, gadis itu tak telihat terkejut sedikit pun. Tetap saja memasang wajah tak acuhnya.

"Gue ikut kalian. Lagian rumah gue nggak ada siapa-siapa."

Alice menganggukkan kepalanya dan segera menghubungi jemputan mereka.

Bersamaan dengan kedatangan mereka, bandara menjadi cukup padat hingga terkadang mereka sampai bertabrakan dengan orang lain. Begitu pun dengan Zetta. Tanpa sengaja ada sesosok laki-laki dengan kemeja putih membentur bahunya.

"Maaf mbak," ucap laki-laki itu dengan tergesa-gesa. Bahkan tak sempat melihat Zetta.

Beruntung Zetta hanya sedikit terhuyung. "It's okay."

Ketika laki-laki itu sudah jauh dari Zetta tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Seolah memori ingatannya kembali berputar. Suara gadis itu sangat familiar di telinganya. "Zetta...."

Sayangnya, ketika membalik badannya, laki-laki itu sudah tak bisa menemukan sosok Zetta. Langkahnya berniat mengejar, namun teringat tujuannya ke bandara itu. "Ck, Ah!" keluhnya.

***

Satu apartemen yang disediakan klien Alice cukup untuk menampung mereka berempat dengan dua kamar tidur. Seperti biasa, Zetta yang hobinya rebahan itu langsung melempar tubuhnya di atas ranjang yang akan dia tiduri dengan Jezlyn.

Sayangnya, baru ingin membuka mata, Lucia tiba-tiba menyusul dengan turut naik di ranjang seraya mengganggu Zetta.

"Zetta, Zetta! Ntar malem ke sirkuit, kuy! Gue mau ikut balapan. Gue habis lihat di igs racer andalan gue, katanya mau tanding di sirkuit deket sini."

Zetta yang sudah mager parah, menanggapi ucapan Lucia dengan erangan. Padahal gadis berponi itu sudah antusias sampai menggoyang-goyangkan tubuhnya agar segera bangun.

"Sumpah, Zett! Sepet banget lihat lo. Kalau cuma mau numpang ngebo, ngapain jauh-jauh ke sini!"

Meskipun tahu tabiat Zetta, Lucia pantang menyerah untuk membangkitkan semangat 45 temannya satu itu.

"Lo nggak ada capeknya apa, Lucia? Kita baru flight dari Jerman, Kampret!  Gue kena jet lag nih."

Lucia justru semakin semangat menarik Zetta.

"Itu bukan alasan buat males-malesan, Zetta... Udah, pokoknya lo ntar malem ikut gue ke sirkuit!"

"Nggak mau! Lo ajak aja tuh, Alice apa Jezlyn!"

"Zetta... kekasih palsunya Excel... Lo lupa apa pura-pura lupa sih? Alice harus latihan buat perform lusa. Dan Jezlyn... You know lah ya, miss susi. Super sibuk di mana pun berada. Dan lo doang yang gabut."

"Kapret lo ngatain gue gabut! Nggak ngaca lo lebih gabut!"

"Makanya itu, sesama kaum gabut, kita harus nyari kesibukan."

"Ck! Apes banget temenan sama burung beo!"

"Oke, gue anggap lo setuju. Pokoknya jam sembilan ntar lo harus udah siap!"

Lucia dan Zetta punya karakter yang hampir sama. Barbar, suka seenaknya sendiri, liar dan cerewet. Bedanya, Zetta bisa menyetelnya menjadi mode jutek atau cuek, sementara Lucia lebih lembut. Padahal tampangnya lebih sangar. Gaya berpakaiannya pun paling tomboy di antara mereka berempat.

***

Tepat jam 21.30 WIB. Lucia berhasil membawa Zetta ke sirkuit balap dengan menaiki mobil Ferrari gold milik klien Alice yang dipinjamkan untuk mereka. Lucia yang menyetir dan membiarkan Zetta duduk manis di sampingnya.

Dua gadis cantik itu memakai celana jeans dan jaket kulit berwarna hitam. Ditambah dengan topi baseball  berwarna senada membuat mereka terlihat misterius. Tapi, Lucia justru memakainya dengan terbalik membuatnya terkesan slengekan.

Dengan angkuhnya Lucia memarkirkan mobilnya di tengah-tengah kerumunan penonton dan mengundang mereka berseloroh. Sementara itu, Zetta menutupi wajahnya dengan topi agar tak ada satu pun yang mengenalnya.

"Yuhu... hallo, guys...." sapa Lucia dengan berjuta rasa percaya dirinya. Beruntung dia cantik, jadi tak mungkin dikacangi.

"Wih, bule cakep! Hallo, Neng...."

"Gue mau nantangin Mark Lorenz. Bisa nggak nih?"

Seperti petir menyambar, Zetta terbelak ketika mendengar ucapan Lucia yang ingin menantang seseorang.

"Wah, kebetulan banget pertandingannya barusan aja batal. Tapi, gue tanyain orangnya dulu, mau apa nggak."

Setelah Lucia mengendikkan bahunya, laki-laki itu pergi mencari orang yang Lucia tantang.

Tak berselang lama, laki-laki itu kembali bersama temannya. Wajahnya serius dengan memakai kaos hitam dan topi.

"Lo yakin mau nantang gue?"

Lucia terperanjat dengan kedatangannya dan langsung berubah semakin antusias. "Of course. Gue udah jauh-jauh dari Jerman nih, masa nggak diladenin?"

Laki-laki itu berusaha melihat ke dalam mobil Lucia. Dia sangat penasaran dengan sosok gadis yang duduk bangku penumpang. Tapi, sayangnya Zetta tak mau memutar wajahnya sedikit pun. Dia berusaha membelakangi Lorenz dan semakin menurunkan Topinya.

"Gue biasa tanding dengan taruhan. Jadi, apa taruhannya? Tapi, jangan duit. Kurang menantang."

Lucia menjentikkan jarinya. "Em... Oke. Kalau gue yang menang, lo harus mau collab di cannel youtube gue. Gimana?"

"Nggak masalah. Tapi, kalau gue yang menang, malam ini kalian berdua harus minum sama gue."

Zetta mengepalkan tangannya dengan kuat. Kalau sampai Lucia menyetujui taruhannya dengan Lorenz, tamatlah riwayatnya.

"Oke, deal."

Mati kau Zetta! Lucia benar-benar definisi teman laknat. Bisa-bisanya dia menjerumuskan temannya sendiri.

Lagi-lagi Lorenz berusaha melihat Zetta. Tapi, tetap saja tak bisa terlihat wajahnya. Sampai akhirnya dia pergi untuk menyiapkan mobilnya.

"Lo gila, Lucia! Gue nggak mau ya lo ajak bayar taruhan sama Lorenz!"

"Wait, lo kenal Lorenz?"

"Dia pembalap terkenal, nggak mungkin gue nggak kenal. Lo jangan aneh-aneh! Gue nggak minum!"

"Tenang aja, Zetta... Gue nggak bakal kalah. Lo nggak tahu kalau gue pembalap?"

Ya, Zetta dulu juga pembalap. Tapi, belum pernah sekali pun coba-coba menantang Lorenz.

"Terserah lo. Gue cuma mau ngasih tahu, kalau lo salah nantangin orang."

Zetta turun dari mobil untuk membiarkan Lucia adu balap bersama Lorenz. Lucia tidak mau Zetta ikut kenapa-kenapa kalau terjadi sesuatu padanya. Meskipun barbar, Lucia tetap tidak mau mengorbankan nyawa temannya.

Zetta menepi dari kerumunan untuk melihat pertandingan Lucia dari kejauhan tanpa gangguan orang lain.

Tapi, sayangnya usahanya sia-sia. Tetap saja ada yang mendekatinya.

"Temen lo berani banget nantangin Lorenz?" tanya seorang laki-laki yang baru datang mendekatinya setelah mobil Lucia dan Lorenz melaju.

Zetta enggan menjawabnya dan nemasukkan tangannya ke dalam saku jaket.

"Sombong banget lo. Di sini bukan tempatnya orang sok suci. Kalau nggak mau diajak ngobrol mendingan tidur aja di rumah," sindir laki-laki itu dengan nada terdengar kesal.

Zetta tetap tak peduli. Dia masih memasang wajah cueknya dan fokus menunggu kedatangan Lucia.

"Dah, Bro nggak usah diurusin. Kita dipanggil yang lain tuh."

Kedatangan seorang laki-laki itu membuat Zetta akhirnya sendiri lagi. Ya, itu lebih baik. Dia memang berusaha menjauhi siapa pun di sirkuit itu. Sampai akhirnya Lorenz finish terlebih dulu dari pada Lucia.

"Anjir, Lucia kampret! Kalah kan lo!" gerutu Zetta seorang diri. Itu artinya dia harus mau diajak minum oleh Lorenz.

Lorenz yang baru saja turun dari mobil langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah Zetta.

"Mampus! Ngapain pakai ke sini segala sih!"

Baru saja ingin kabur, lengan Zetta sudah dicekal oleh Lorenz. "Temen lo kalah, lo harus bayar. Jangan coba-coba kabur."

Zetta enggan menjawab dan mencoba melepaskan tangan Lorenz. Tapi, Lorenz justru mengeratkan cekalannya. Bahkan dia berusaha membuka topi Zetta. Dan berhasil.

Kini Lorenz bisa melihat wajah Zetta dengan jelas. Hanya beberapa helai rambut tertiup angin yang menutupi wajahnya tak membuat Lorenz pangling.

"Zetta...." Dengan cepat Lorenz menarik Zetta semakin menjauh dari kerumunan.

Sementara itu, Lucia sibuk ngevlog dengan orang-orang yangbada di sirkuit.

"Apa maksudlo ngilang selama ini setelah gue berhasil ngancurin gengnya Alfa."

"Lepasin gue!"

"Nggak! Sebelum lo cerita apa yang sebenarnya yang terjadi. Gue nggak mau lo manfaatin gitu aja."

"Gue nggak pernah manfaatin lo! Kita nggak pernah ada perjanjian lain, selain lo bongkar kebusukan gengnya Alfa dan rahasialo aman di tangan gue. Selesai. Kita nggak ada urusan lain lagi."

"Lo nggak bisa gitu, Ta! Gue ngelakuin semua itu buat lo. Lo hampir buat gue gila karena lo ngilang selama ini. Gue nggak bisa lupain lo."

Ketika Lorenz hampir membelai wajahnya, Zetta langsung menepis. Dia sangat malas mendengar ucapan suka dari laki-laki yang sama sekali tidak dia suka.

"Kita nggak pernah ada hubungan apa-apa, Lorenz! Please, lo jangan berharap lebih sama gue. Gue bakal bayar kekalahan temen gue, tapi setelah ini kita selesai. Nggak ada yang perlu lo cari dari gue lagi."

Sepertinya ucapan Zetta membuat Lorenz murka. Rahangnya mengeras dan cekalan tangannya semakin erat.

"Gue nggak terima lo permainkan selama ini, Ta! Lo ngasih harapan ke gue, lalu dengan mudahnya lo bilang kita nggak pernah ada hubungan apa-apa!"

Zetta pun semakin kesal dengan sikap keras Lorenz. Matanya menatap Lorenz dengan tajam dan berusaha melepas tangannya. Namun, nihil. Usahanya tak membuahkan hasil sampai akhirnya dia harus menendang tulang kering Lorenz dengan sepatu bootnya.

"Gue nggak pernah ngasih harapan apa-apa ke lo. Dan lo sendiri yang berharap lebih sama gue. Dari dulu gue udah bilang, gue nggak suka sama lo, Lorenz!"

Lorenz langsung membenturkan punggung Zetta ke body mobil yang ada di dekat mereka.

Zetta sedikit meringis merasakan benturan dipunggungnya. Tiba-tiba saja tangannya memegangi kepala karena pandangannya terlihat bergoyang. Jet lagnya belum sepenuhnya hilang.

Lorenz melihat perubahan Zetta dan dia justru memanfaatkannya dengan semakin mengikis jarak mereka. "Zetta... Why?" tanyanya dengan pura-pura khawatir. Tangannya bahkan mencoba menyibak rambut yang menghalangi wajah Zetta.

"Lo jangan deket-deket gue, Lorenz!" maki Zetta dengan suaranya yang semakin lemas seraya mendorong Lorenz. Dia semakin tidak fokus dengan kepalanya yang terasa bergoyang.

"Ternyata dari dulu lo nggak berubah. Selain wajah lo yang makin hari makin cantik."

Sakit kepala Zetta semakin tak terkendali. Dia berusaha menjauh, tapi Lorenz semakin mendekatinya.

"Zetta, lo sakit?"

Zetta menggeleng seraya menekan kedua pelipisnya dengan satu tangan. "Gue nggak apa-apa, Lorenz! Lo bisa jauhan dikit nggak!"

Bugh!

Tiba-tiba saja ada seorang yang menarik Lorenz dari belakang dan langsung menghadiahkannya pukuan tajam hingga membuatnya terpental.

"Jangan berani sentuh dia atau lo pilih mati!"

To be continue.....

Sampai sini aja ya, 😁

yang belum pernah vote dan komen dipersilakan.

Yok ramaikan cerita ini biar aku semangat updatennya sampai tamat.

Absen dulu yang pembaca lama!

Ada yang pembaca baru gk? Yuk, kita kenalan di sini

See you next part 💞

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 302K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
760K 27.6K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
349K 42.6K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 122K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...