Be My Miracle Love [End] βœ”

By senoadhi97

56.4K 9.9K 15.3K

Wajah berjerawat, berotak biasa saja dan tidak memiliki kelebihan apa pun selain gemar mengoleksi uang receh... More

Eps.1 - Prince Charming
Eps.2 - My Enemy Brother
Eps.3 - Siap Bertemu Kembali
Eps.4 - Who Is Him?
Eps.5 - My Teacher Is Handsome
Eps.6 - Me vs Cowok Trouble Maker
Eps.7 - Awal Dekat Dengannya
Eps.8 - Ribuan Detik Bersamamu
Eps.9 - My Annoying Father
Eps.10 - Crazy Boy
Eps.11 - Hari Balas Dendam
Eps.12 - Janjian
Eps.13 - Dibully Geng Syantik
Eps.14 - Orion : Mianhae
Eps.15 - Aku dan Dewi Fortuna
Eps.16 - Heartbeat
Eps.17 - Sahabat Bikin Kecewa
Eps.18 - Orion Pansos?
Eps.19 - FUTSAL
Eps.20 - Teman Baru
Eps.21 - Live Drama
Eps.22 - Surat Untuk Dia
Eps.23 - Broken Heart
Eps.24 - Hangout
Eps.25 - Night Together
Eps.26 - He Is Shoot Me Now
Eps.27 - Bertengkar di Toilet
Eps.28 - Momen Manis
Eps.29 - After 'I Love You'
Eps.30 - Permen In Love
Eps.31 - Benci Untuk Mencinta
Eps.33 - It This Love
Eps.34 - Dia dan Langit Senja
Eps.35 - Good Bye
Eps.36 - Romeo Juliet
Eps.37 - Thank You, Dear
Eps.Special - Break Story
Eps.38 - Berpisah
Eps.39 - Sebuah Syarat
Eps.40 - Tunangan Pak Arnold
Eps.41 - Harusnya Memang Bukan Aku
Eps.42 - Buket Bunga
Eps.43 - Pengagum Rahasia
Eps.44 - Sama-Sama Jealous
Eps.45 - Penculikan
Eps.46 - Fake Boy
Eps.47 - Titik Terang Kala Hujan
Eps.48 - Karma Pasti Berlaku
Eps.49 - Hasrat
Eps.50 - Tarik Ulur
Eps.51 - Memilikimu Seutuhnya
Eps.52 - Panggung Pelaminan (Epilog)
Episode Special Valentine - 14 Februari
Cuplikan dan Promo Sekuel

Eps.32 - Be Mine

872 130 227
By senoadhi97

Di atas panggung masih tampak meriah dengan penampilan Arraja yang kini membawakan lagu lain bergenre ska. Sontak, semua penonton segera menikmati musik dengan mengentak-entakkan kaki dan saling berangkulan dengan kompak. Bahkan, aku bisa melihat Decha, Vinny dan Erin melakukan hal yang sama dengan Heksa, Darwin dan teman-teman Arraja lainnya. Ketiga sobatku itu benar-benar sudah melupakan shoping yang direncanakan siang tadi.

Aku mengembuskan napas gusar, lalu pura-pura menguap lebar menyaksikan semua itu. Tak bisa dipungkiri sebenarnya itu asik banget, belum lagi tak lama kemudian Cherry, Mikhaila, Sefrila, dan Dinar bergabung bersama mereka dan lebih merapat ke dekat panggung, menyeruak penonton yang lain. Ya Tuhan, kenapa mendadak aku merasa terasingkan?

Tanganku membekap mulut saat melihat aksi Arraja yang turun dari panggung, kemudian cowok itu menghampiri Cherry dan menggandeng lengannya untuk dibawa ke atas panggung. Cherry tersenyum dengan sangat manis saat Arraja bernyanyi dan satu tangannya memberikan sekuntum bunga untuk cewek berbando kelinci itu. Triple O em ji, kenapa terlihat romantis sekali?

"Lo udah ngantuk, Ay?" tanya Orion di sampingku. Aku tersadar dan buru-buru mengulum senyum lebar. Aku ini berpikir apa sih? Jelas-jelas ada yang lebih romantis dan asik dari semua yang mereka lakukan yaitu ada Orion di sisiku.

Aku mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Kalau gitu, kita bisa langsung pulang sekarang."

"Tapi, Yon, gue harus ke rumah Erin dulu. Seragam sekolah dan tas gue ada di rumah dia. Jadi ya gue harus nungguin Erin dulu."

Orion mengangguk pelan. "Oke, no problem. Gue tungguin lo kok."

Aku menoleh dengan senang. "Beneran?"

"Iya dong ... masa bohongan. Lagian ini udah malam, ntar lo balik dari rumah Erin sama siapa?"

"Jadi intinya lo mau nganterin gue, kan?"

Orion mengedip singkat sebelum menjawab, "Pasti."

"Eh, Yon, tapi gimana sama Decha dan Vinny? Mereka-"

"Gampang. Decha sama Vinny bisa pulang bareng Yudis dan Agil kayak waktu itu. Beres, kan?" Orion memotong ucapanku, segera memberi saran.

Akhirnya sekitar 5 menit lagu yang dinyanyikan Arraja baru selesai. Entah cowok itu akan bernyanyi lagi atau tidak, aku tidak peduli. Sekarang aku ingin pulang saja, menenangkan pikiran yang sebenarnya dari tadi menggelayut di kepala. Tentang....

"Ay, kok lo nggak ikut seru-seruan sama kita sih? Kapan lagi coba kita kayak gini?" Erin seketika datang menghampiriku, tentu saja bersama Decha dan Vinny juga. Napas mereka tampak memburu, namun mereka berusaha mengontrolnya.

"Iya, Ay. Lo kenapa nggak ikut?" tanya Vinny sembari mengucir rambutnya.

Sebelum aku menjawab, Decha ikutan bersuara. "Gue jadi kepikiran kalau kita perpisahan nanti, kita bisa bikin mini party dan Arraja bisa jadi salah satu pengisi acara hiburannya."

Aku memutar bola mata, merengut sebal dengan teman-temanku yang mulai terkena virus Arraja. What the hell? Kenapa jadi seperti ini sih? Kenapa pula ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.

"Udah ah. Sekarang mau ngapain? Kalau udah nggak ada keperluan shoping, kita pulang aja yuk. Gue ngantuk berat nih." Aku memeluk diri untuk menghilangkan rasa dingin yang mendera. Merasa menyesal hanya memakai t-shirt lengan panjang tanpa dilapisi jaket.

Teman-temanku itu mengecek jam di pergelangan tangan dan di ponsel. Pukul 10 lebih sedikit.

Erin mengembuskan napas. "Ya udah deh, gue ngabarin Pak Agus dulu ya."

"Eh, Rin, nggak usah, kita langsung aja otewe," sergahku cepat, membuat Erin kebingungan.

"Otewe pakai apa?" tanya Decha dan Erin bersamaan.

"Jadi, gaes, kalian sama Yudis dan Agil ya, naik mobil. Sementara Ayya biasa, biar sama gue," pungkas Orion, menjelaskan.

"Betul. Tenang Cha, nanti lo sama Vinny gue anterin sampai depan rumah kayak waktu malam itu," timpal Yudis dengan ramah.

"Okelah, berhubung gue udah percaya kalian cowok baik-baik, gue terima tawaran ini," ujar Decha.

Vinny menjentikkan jari. "Betul. Makasih ya."

"Siyaaap!" Yudis dan Agil berkata kompak, sembari bergaya hormat.

Kami tertawa melihat itu. Lalu aku mencoba menengok ke arah panggung dan ternyata sosok penyanyi sudah diganti oleh orang lain. Sepertinya cowok tengil dan jahil itu sudah turun panggung. Triple O em ji, kenapa aku jadi memikirkan dia?

"Berarti gue nggak jadi calling Pak Agus nih ya." Erin memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Nggak perlu, Rin, biar Pak Agus istirahat," sahut Agil, lalu terkekeh.

Erin hanya tertawa singkat menanggapi itu. Setelahnya, kami berjalan menuju area luar lapangan.

Sesampainya di tempat parkir, tanpa banyak kata kami segera melaju di jalanan yang masih tampak ramai, dalam gelap malam di bawah beribu bintang. Indah nian untuk kali pertama aku duduk di boncengan Orion sebagai seorang pacar. Kepalaku yang tak terbungkus helm membuat rambutku berkibar tertiup oleh angin malam. Tanganku refleks berusaha merapikan rambut saat tiba-tiba Orion menghentikan laju motornya di lampu merah. Sontak saja badanku membentur punggung Orion, membuat jantungku berdetak-detak cepat.

"Sori ya, Ay," kata Orion tanpa menoleh.

"Iya nggak apa-apa."

"Habis ini lo pegangan aja di pinggang gue."

Apa? Tunggu, aku tidak salah dengar kan? Aduh bagaimana ini. Satu detik kemudian lampu kembali berubah warna, semua kendaraan kembali bergerak. Aku menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk memegang jaket Orion saja, tanpa harus memeluknya. Sudah, begitu saja cukup.

Motor Orion parkir di belakang SUV milik Yudis, di depan rumah Erin yang lengang. Tak lama kemudian, muncul Tante Desy dari dalam rumah dengan setelah piyama yang melekat di tubuh langsingnya.

"Ini sudah lewat jam sepuluh, anak-anak." Tante Desy tampak khawatir.

"Iya Ma benar. Maafin kita ya." Aku berusaha memasang wajah welas asih.

"Malam, Tante." Orion meraih tangan mama Erin dan menyalaminya, diikuti pula oleh Agil dan Yudis.

"Malam," jawab Tante Desy sambil tersenyum tipis.

"Karena ini udah malam, jadi, mohon maaf, tante nggak memberi kesempatan kalian buat mampir dulu," ujar Tante Desy kepada ketiga cowok itu.

Orion berpandangan satu sama lain, lalu kepalanya mengangguk singkat.

"Dan kalian, Decha, Ayya, Vinny. Kalian menginap kan di sini?" kata Tante Desy lagi, gantian menatapku dan dua sobatku.

"Penginnya sih gitu, Ma. Tapi kita pamit aja, kebetulan ada teman-teman cowok yang mau nganterin," tukas Decha sembari menunjuk Orion Cs.

"Oh jadi gitu? Mama kira kalian mau nginap. Lama loh kalian nggak nginap di sini."

"Lain waktu deh Ma kita nginap." Vinny menyahut antusias.

"Siap, Sayang. Mama tunggu ya." Tante Desy tersenyum dan membelai puncak kepala Vinny. "Sepi tahu jarang ada kalian."

Erin tertawa senang. "Ya udah deh, Ma. Kita masuk dulu."

"Kalian tunggu di sini bentar ya, kita mau ambil seragam dan tas dulu." Aku berkata kepada Orion dan kedua temannya, lalu cepat-cepat menyusul Decha dan Vinny yang sudah mengikuti Erin masuk ke dalam rumah.

Dikarenakan memang sudah malam, kami segera pamit diri untuk pulang ke rumah masing-masing.

***

"Makasih banyak, Yon," kataku setelah turun dari motor Orion, tepat di depan rumahku.

"Sama-sama," balas Orion seraya menatapku. Sontak saja aku langsung grogi.

"Ehm ... lo mau mampir dulu? Pengen banget lo sesekali masuk rumah gue gitu." Aku tertawa, merapikan rambut yang kusut.

"Wah, pengen juga kok masuk ke dalam, tapi mungkin bukan sekarang," kekeh Orion.

Aku memalingkan wajah ke arah lain. "Lain waktu ya?"

Aku tidak tahu Orion mengangguk atau tidak, tapi dia menjawab lain topik. "Ngomong-ngomong, Ay, gue udah mutusin buat bikin usaha roti bakar. Ini semua berkat lo juga yang udah minjemin gue duit segitu. Sekarang, Mami udah sibuk bikin komponennya."

"Oh ya?" Aku menatap Orion senang. "Wah seru dong? Tapi ... gimana dengan batagornya?"

"Itu kan usaha babeh, kalau roti bakar, asli usaha gue, kecil-kecilan dan selingan lah buat nambah penghasilan sendiri."

"Good, semoga sukses ya, Yon."

"Doakan aja, Ay." Orion melepas kaca helmnya. "Ya udah gih masuk, udah malem."

Aku mengangguk, sedari tadi tangan sibuk memainkan tali tas yang kusandang. "Oke, selamat malam, sampai jumpa besok, Yon."

Orion hanya mengangguk pelan, sebelum kembali merapatkan kaca helmnya. Aku masuk ke dalam rumah, tanpa sempat melihat Orion pergi.

Aku masuk rumah melalui pintu belakang yang mengarah ke dapur dikarenakan pintu depan sudah dikunci. Sudah pasti Mama dan Papa sudah tidur, untung saja mereka sudah tahu kalau aku bakal pulang malam, sehingga masih ada pintu yang tak dikunci.

Menapaki tangga menuju lantai atas, tiba-tiba aku jadi kepikiran cowok resek itu. Astaga, kenapa bayangannya jadi melintas di benakku terus? Bayangan saat raja jahil itu bernyanyi dan pandangannya menghujam mataku.

Aku nyaris terpekik kaget saat mendengar lantunan lagu itu di sekitar koridor lengang menuju kamarku. Langkahku terhenti dan menajamkan pendengaran. Tidak mungkin efeknya sampai terbawa halusinasi.

Dan aku tak tahu apa yang terjadi.
Antara aku dan kau.
Yang kutahu pasti.
Ku benci untuk mencintaimu.

Lagu yang dinyanyikan Arraja tadi itu terdengar tak jauh dari kamarku. Tidak salah lagi, suara itu berasal dari dalam kamar adikku, Ravenza. Dengan pelan, kakiku melangkah dan mendengarkan lebih tajam di depan pintu kamarnya. Ternyata memang benar Ravenza sedang menyanyikan lagu yang sama dengan yang dinyanyikan Arraja tadi.

Aku mengintip dari sela pintu yang tak tertutup rapat, Ravenza sedang bernyanyi di depan kamera ponsel sembari menggenjreng gitar akustik dengan yah ... harus kuakui lumayan lincah.

"Woy, begadang terus lo!" kataku kemudian, tak segan-segan melebarkan pintu.

Ravenza mengerang keras. Sontak menghentikan permainannya. "Lo ganggu banget aaah ... gue lagi bikin konten buat channel YouTube gue nih."

"Channel YouTube? Gaya banget lo." Aku mencebik pelan dan berjalan mendekatinya yang duduk bersila di atas kasur. Ravenza bersungut sebal dan menggaruk-garuk rambutnya frustrasi.

"Dari tadi gue lupa chord mulu, giliran udah lancar, lo malah ganggu." Ravenza merengut sebal sembari mematikan kamera ponselnya.

"Ya sori," ucapku tak merasa bersalah sama sekali.

"Lo ngapain jam segini baru pulang?"

"Tumben lo kepo?" tanyaku dengan nada menggoda.

"Dih bukan gitu .... Udah ah keluar sana, ngapin juga masuk kamar gue? Mana rambut lo kayak nenek lampir lagi."

Aku lebih memilih untuk tidak menjawab ejekan Ravenza, karena mungkin saat ini rambutku nyaris mirip gembel jalanan lantaran terkena terpaan angin malam. Namun, rasanya semua itu tak perlu dipedulikan lagi, toh Orion sudah jadi pacarku.

"Nanti dulu dong." Aku menyergah Ravenza yang siap mendorong tubuhku agar segera beranjak dari atas kasurnya.

"Apa lagi?"

"Gue mau nanya, lagu yang lo nyanyiin tadi lagunya siapa?"

Ravenza menatapku dengan kening bertaut. "Dasar kudet. Itu lagunya Naif judulnya Benci Untuk Mencinta. Kenapa lo nanya-nanya?"

Aku manggut-manggut. "Menurut lo ... lagu itu bercerita tentang apa sih? Ehm maksud dari lagu itu sendiri. Lo pasti tahu, kan?"

Ravenza menghela napas. "Penting banget ya gue jawab?"

"Plis, Rave ... jawab." Aku mendesaknya. "Nanti gue kerjain PR lo deh. Janji." Kedua jariku terangkat membentuk piss.

"Beneran? Kalau lo bohong, taruhan! Jerawat lo nggak akan hilang seumur hidup dan lo bakal berubah jadi Ratu Medusa." Ravenza menyahut seraya meletakkan gitar dan beranjak untuk mengambil sebuah buku PR.

Aku bersungut sebal mendengar kata-katanya. Dasar adik durhaka! Berani-beraninya dia menyumpahiku yang buruk-buruk. Andai saja aku bisa mengutuk, aku tak segan-segan melakukan hal yang ibunya Malin Kundang lakukan. Oke, kembali ke topik. Akhirnya dengan terpaksa, aku menerima buku PR Ravenza. Aku membaca nama mapel yang tertera. Biologi. Hah? Itu pelajaran mudah buat anak IPA kelas 12 sepertiku.

"Ya udah cepet jawab pertanyaan gue." Aku menatap lamat-lamat wajah adikku itu, bersiap menunggu dia berbicara.

Ravenza berdecak sebelum menjawab, "Jadi tuh, lagu Benci Untuk Mencinta menceritakan tentang seorang cowok yang amat sangat membenci sang cewek untuk mendapatkan hatinya. Bencinya ini untuk mencintai si cewek."

Aku mencerna kalimat yang keluar dari mulut Ravenza. Berusaha mengira-ngira apa yang membuat Arraja menyanyikan lagu tersebut di atas panggung dan berani menatapku dengan sorot mata yang terbaca seolah-olah aku ini objek yang sedang dimaksudnya. Triple O em ji, demi ratu neptuna, tidak mungkin kalau Arraja mencintaiku kan? Aku menggeleng keras-keras untuk mengusir pikiran aneh ini.

"Si cowok tuh nggak tahu apa yang terjadi dengan semua itu. Yang dia tahu ... dia benci untuk mencintai si cewek," lanjut Ravenza yang ternyata sudah tiduran seraya memejamkan mata.

Tanpa terasa, air mataku mengalir pelan. Entahlah, mungkin aku terhanyut dengan makna cerita di balik lagu Benci Untuk Mencinta yang disampaikan Ravenza itu. Buru-buru aku mengusap ujung mata, lalu segera beranjak hendak ke kamar sendiri.

"Oh jadi gitu? Thanks ...." Aku keluar dari kamar Ravenza dan segera menutup pintunya rapat-rapat.

Memasuki kamar sendiri, aku lekas mengunci pintu dan melemparkan buku PR Ravenza berikut tasku sendiri di atas kasur. Pada saat itulah mataku menemukan sebuah bingkisan di sana. Aku berjalan mendekat dan baru teringat ternyata pesanan paket berupa produk skincare sudah sampai. Aku tersenyum tipis, menyobek pembungkus dengan pelan. Setelah membukanya, aku berjalan menuju meja yang terdapat kaca, lalu mengambil sebuah kursi. Dalam diam, aku menatap skincare di tanganku. Seharusnya aku tak perlu melakukan hal semacam ini selama Orion yang kini jadi pacarku tak merasa keberatan dengan penampilanku.

Tanpa sadar, bayang-bayang sosok Orion tiba-tiba berubah menjadi sosok raja jahil titisan neraka yang sedang bernyanyi dan menatapku dari kejauhan. Ya Tuhan, aku benar-benar berharap perasaan yang merasukiku ini salah total. Mana mungkin Arraja membenciku untuk mencintaiku, seperti makna yang terselip dalam lagu yang dinyanyikannya. Tidak! Stop Ayya! Hal tersebut tidak mungkin terjadi. Lagi pula, kenapa pula sih aku harus memikirkan cowok resek itu sedalam ini? Sekarang kan aku sudah jadian dengan Orion. Cowok futsal itu yang kini jadi cintanya aku.

Mungkin Arraja menyanyikan lagu tersebut karena lagunya memang sedang ngehits untuk dicover kalangan anak muda.

Aku mendesah berat, memutuskan untuk mengecek ponsel saat teringat akan sosok Miko. Entah kenapa aku hanya ingin curhat kepada temanku yang satu itu. Tapi rasanya sudah larut malam, cowok tersebut pasti sudah tidur. Iseng saja aku mengecek sosial media dan tanpa sengaja mataku menangkap status dari Miko beberapa menit yang lalu. Aku memelototi ponsel untuk memastikan tidak salah lihat.

Status dari Miko : "Someday, you will know!"

Bibirku melengkung tipis, itu artinya Miko belum tidur. Akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya. Baru pada dering ketiga, sambungan terangkat.

"Hallo?" Sepertinya Miko sedang menguap di ujung sana.

"Sori Mik gue ganggu lo, pasti lo mau tidur ya?" Aku jadi merasa tak enak hati.

"Iya baru aja nih gue mau tidur. Ada apa?"

"Sebenarnya, gue mau cerita sih, tapi kayaknya besok aja deh kalau kita ketemu."

"Ya udah, lo boleh ngasih tau intinya dulu apaan, besok kita bisa lanjut lebih jauh."

Aku tersenyum dan menjatuhkan diri di atas ranjang. "Yang pertama, sekarang gue udah jadian sama Orion, dia sweet banget sama gue, Mik. Dan yang kedua ...." Aku mengubah nada suaraku. "... raja neraka selalu gangguin gue."

Sejenak tidak ada sahutan di seberang sana. "Mik?"

"Eh maaf, maaf. Tadi ... lo bilang apa? Raja neraka? Dia itu siapa?"

Ya Tuhan, mana mungkin Miko tahu soal Arraja? Cowok itu belum pernah aku ceritakan sosoknya yang selalu bikin emosi jiwa.

"Oh gue lupa belum ngasih tahu ke lo tentang musuh gue. Besok, gue bakal cerita lebih lanjut deh. Ya udah, good night, Mik. Semoga mimpi indah ya."

Aku bersiap mematikan sambungan, akan tetapi suara Miko menahanku. "Ay? Pertama, gue mau ngucapin selamat ya, akhirnya lo udah jadian sama siapa tuh? Orion? Ya pokonya cowok itu lah. Gue ikutan seneng. Yang kedua, lo ... punya musuh?"

"Thanks ya, Mik, buat ucapannya." Aku tersenyum simpul. "... mengenai musuh, ya soalnya nggak ada kata lain buat nyebut dia musuh."

"Oh gitu." Setelah terdengar helaan napas di ujung sana, Miko lantas mematikan sambungan telepon tanpa mengucapkan apa pun lagi.

Aku mengulas senyum tipis lalu memejamkan mata rapat-rapat sebelum akhirnya tersadar bahwa aku belum membersihkan diri. Cepat-cepat aku menuju kamar mandi seraya bersenandung pelan untuk menggambarkan perasaanku hari ini.

Orion, you be mine!

...

Bersambung....

21 Februari 2021

Terima kasih, enjoy reading & keep support me.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
624K 17.3K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
7.3K 840 32
[MAMPIR KUY PRAMEL STANπŸ€— cerita halu] ".. Mimpi itu datang lagi" Menjelang ulang tahun yang ke 17, Melati Olivia Atmaja sering didatangi mimpi yang...
1.9K 1.8K 44
[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-