Be My Miracle Love [End] āœ”

By senoadhi97

55.8K 9.9K 15.3K

Wajah berjerawat, berotak biasa saja dan tidak memiliki kelebihan apa pun selain gemar mengoleksi uang receh... More

Eps.1 - Prince Charming
Eps.2 - My Enemy Brother
Eps.3 - Siap Bertemu Kembali
Eps.4 - Who Is Him?
Eps.5 - My Teacher Is Handsome
Eps.6 - Me vs Cowok Trouble Maker
Eps.7 - Awal Dekat Dengannya
Eps.8 - Ribuan Detik Bersamamu
Eps.9 - My Annoying Father
Eps.10 - Crazy Boy
Eps.11 - Hari Balas Dendam
Eps.12 - Janjian
Eps.13 - Dibully Geng Syantik
Eps.14 - Orion : Mianhae
Eps.15 - Aku dan Dewi Fortuna
Eps.16 - Heartbeat
Eps.17 - Sahabat Bikin Kecewa
Eps.18 - Orion Pansos?
Eps.19 - FUTSAL
Eps.20 - Teman Baru
Eps.21 - Live Drama
Eps.22 - Surat Untuk Dia
Eps.23 - Broken Heart
Eps.24 - Hangout
Eps.25 - Night Together
Eps.26 - He Is Shoot Me Now
Eps.27 - Bertengkar di Toilet
Eps.28 - Momen Manis
Eps.29 - After 'I Love You'
Eps.30 - Permen In Love
Eps.32 - Be Mine
Eps.33 - It This Love
Eps.34 - Dia dan Langit Senja
Eps.35 - Good Bye
Eps.36 - Romeo Juliet
Eps.37 - Thank You, Dear
Eps.Special - Break Story
Eps.38 - Berpisah
Eps.39 - Sebuah Syarat
Eps.40 - Tunangan Pak Arnold
Eps.41 - Harusnya Memang Bukan Aku
Eps.42 - Buket Bunga
Eps.43 - Pengagum Rahasia
Eps.44 - Sama-Sama Jealous
Eps.45 - Penculikan
Eps.46 - Fake Boy
Eps.47 - Titik Terang Kala Hujan
Eps.48 - Karma Pasti Berlaku
Eps.49 - Hasrat
Eps.50 - Tarik Ulur
Eps.51 - Memilikimu Seutuhnya
Eps.52 - Panggung Pelaminan (Epilog)
Episode Special Valentine - 14 Februari
Cuplikan dan Promo Sekuel

Eps.31 - Benci Untuk Mencinta

872 141 254
By senoadhi97

Ketika kami hendak memasuki area wahana, tiba-tiba tangan Cherry menahan dan melingkari lengan Orion

"Orion ... plis gue ikut ya!"

Sejenak, aku bisa melihat Orion menghela napas gusar, lalu secara perlahan ia segera menurunkan tangan cewek yang memakai bando kelinci itu.

"Sori Cher, lo tahu sendiri kan kalau sekarang gue udah jadian sama Ayya?"

Oh semesta dan seluruh isinya. Rasanya puas banget mempermalukan si cewek barbie ini di muka umum. Oke, mungkin memang orang-orang di sekitar tidak memperhatikan perbincangan kami, tapi setidaknya di sini juga ada Arraja yang mendengus terang-terangan mendengar perkataan Orion. Hal tersebut tentu saja membuatku merasa menang di atasnya. Tapi tunggu dulu, entah mengapa raja jahil titisan neraka itu tidak ikut hangout bersama gengnya. Apa karena teman-temannya sedang sibuk dengan gebetan masing-masing? Heksa bersama Sefrila, Darwin bersama Mikhaila, dan entah siapa lagi sohib Arraja yang sedang bersenang-senang dan meninggalkan Arraja seorang diri dengan tampang nelangsa yang dibuat sok cool. Astaga, rasanya aku kepingin tertawa keras di hadapannya.

"Tapi, Yon, gue juga pengin-"

"Udahlah, Cher. Lo naik bianglala sama gue aja. Kebetulan gue juga mau naik. Tadinya gue mau bareng sama Heksa, tapi tuh orang malah udah ngacir." Arraja berkata seraya menarik pergelangan tangan Cherry, tanpa memberi kesempatan menjawab tawarannya.

Aku tercekat sesaat ketika mereka berdua segera memasuki wahana bianglala menuju tempat karcis, mendahului aku dan Orion. Orion menatap keduanya dengan raut heran sebelum akhirnya hanya mengedikkan bahu tak peduli. Tak lama kemudian, Orion ternyata melakukan hal yang sama seperti Arraja, menggamit pergelangan tanganku yang bebas dan segera berjalan menyusul Cherry dan Arraja.

Setelah membeli tiket karcis, wahana bianglala berhenti, kami pun memasuki gerbong bianglala di tempat masing-masing. Dalam hitungan detik, bianglala tersebut kembali berputar searah jarum jam. Mendadak jantungku berpacu kencang hingga secara spontan aku memejamkan mata karena merasa takut. Mana Orion duduk di depanku, bukan di sampingku, tentu saja hal itu membuat pikiranku kacau andaikata tiba-tiba pintu bianglala terbuka dan aku tergelincir bebas ke bawah. Oh Tuhan, aku tidak mau akhir hidupku setragis itu—ya meskipun cukup romantis karena aku mati di saat sedang berduaan bersama seseorang yang kucintai.

Oke baiklah, aku sudah melantur ke sana kemari, sampai-sampai aku terkejut saat Orion memanggil namaku.

"Ay, lo harus percaya lo itu nggak takut ketinggian, tapi lo cuma takut jatuh. Buanglah segala pikiran buruk itu. Sekarang, buka mata lo, dan nikmati pemandangan kota di malam hari dari sini."

Saat Orion berbicara, ternyata posisi kami sedang berada di bawah. Pelan-pelan aku membuka mata, lalu mendapati senyuman Orion yang menenangkan. Detik selanjutnya, cowok itu melumat permen kapasnya dengan ekspresi khasnya. Secara refleks aku ikut tersenyum juga.

"Tenang saja, oke? Ada gue di segala sisi lo."

Aku mengangguk perlahan, dan seketika itu juga gerakan wahana ini terhenti tepat saat kami berada di posisi puncak. Aku nyaris saja menjerit jika tak segera ingat kata-kata Orion barusan. Aku harus tenang, ada Orion di segala sisiku. Hatiku berkali-kali mengucapkan mantra itu.

"Ay, lihat deh ke bawah, lampu kota indah banget kan?"

Aku berusaha menenangkan diri, lalu melirik ke arah yang ditunjuk Orion. Hamparan cahaya lampu dari sudut kota terlihat begitu memukau, meski tak begitu luas dijangkau indra penglihatan.

"Ternyata bener, Yon. Indah banget. Gue jadi ingat, di saat seperti ini, gue merasa kalau manusia itu ternyata kecil banget, dan betapa Maha Besarnya Tuhan dengan segala ciptaan-Nya."

"Gue setuju dengan kata-kata lo." Orion mengusap puncak kepalaku, membuat jantungku berdentum-dentum cepat. Astaga, mau sampai kapan jantungku berdetak kencang setiap kali Orion melalukan hal manis untukku?

Bianglala kembali bergerak dan aku mencoba menikmati momen indah ini. Aku ingin Tuhan memberikan ruang waktu yang sangat panjang agar Orion bisa tetap berada di segala sisiku. Seperti penuturan yang keluar dari mulutnya itu.

Aku memejamkan mata untuk menikmati kebersamaan ini.

"Triple O em ji .... Seru banget pacaran sama Orion!! Aaaaaaaaaah!!"

Sungguh ada angin apa yang membawa jiwaku meronta untuk menggerakkan bibir dan berseru lantang di dalam bianglala dengan kata-kata norak seperti seruanku tadi. Berteriak sekencang mungkin ke arah langit berbintang. Orion tertawa renyah menyaksikan kelakuanku yang sangat nekat ini. Dan aku pun ikut tertawa bersamanya, sembari merasakan manisnya cotton candy yang tersisa separuh.

"Oh iya, tadi ... lo bete kenapa sih?" tanya Orion kemudian saat kami baru saja turun dari wahana. Entah kapan lagi aku dan Orion bisa menikmati saat-saat indah seperti di atas bianglala tadi.

Sekilas, Orion tampak melirik Arraja yang sedang memberikan Cherry sebuah minuman botol. Astaga, kenapa mereka berdua jadi terlihat akrab?

Aku langsung mengubah ekspresi wajah menjadi kesal, terlebih kembali teringat sepatu incaranku yang sudah diambil oleh Arraja. "Jadi tuh tadi gue mau beli sepatu, tapi sepatu incaran gue malah udah dibayar sama Arraja. Gue nyoba minta ... dianya nggak mau. Ya gue kesel maksimal dong. Iya sih artinya itu sepatu bukan hak gue, tapi tetep aja kesel banget kalau yang dapatin sepatu si Raja Neraka!"

Alih-alih bersimpati atau ikutan sedih, Orion justru malah tertawa setelah mendengar penuturanku. Memangnya apanya yang lucu?

"Nah itu lo udah tahu, kan, kalau sepatu incaran lo berarti bukan rezeki lo. Udah, relain aja, oke, Ay? Next ... gue yakin lo bakal dapatin yang lebih bagus lagi. Sama kan kayak pacar, di saat lo harus rela ngelepasin doi, lo berharap bakal dapat pengganti yang lebih baik lagi."

Aku tersenyum simpul. "Makasih ya, Yon, lo emang selalu menghibur hati gue."

"Itu kan gunanya pacar?" Orion mengedip singkat ke arahku.

Tentu saja aku hanya bisa berdiri kaku, seolah membeku di tempat. Untung saja sebelum Orion mendengar degup jantungku yang menggila, dia kembali membuka suara. "By the way, Yudis sama Agil ke mana ya? Teman-teman lo juga nggak kelihatan," ujar Orion sembari menatap sekeliling.

Aku mengeluarkan ponsel. "Nggak tahu, Yon. Gue coba deh hubungin mereka."

"Oke siap. Oh iya, lo tunggu di sini sebentar ya, gue mau nyari toilet dulu."

Belum sempat aku menjawab, Orion segera bergegas meninggalkanku. Aku melambai singkat ke arah Orion menghilang dengan diiringi sebuah lengkungan tipis di sudut bibirku. Sepersekian detik, aku hendak membalikkan badan saat seseorang berdiri atau berjalan di belakangku, sontak saja minuman yang sedang dibawanya tumpah membasahi pakaianku. Triple O em ji, aku menganga lebar saat mendapati Arraja yang berdiri di depan. Bukannya merasa bersalah dan minta maaf, cowok rese itu justru menyeringai jahil, seolah-olah perbuatan tersebut memang disengaja olehnya.

"Sumpah ya, lo jadi orang ...." Oke, aku kehabisan kata-kata untuk memaki raja jahil titisan neraka ini. Aku mengatupkan rahang menahan geram saat Arraja malah melenggang santai meninggalkanku.

"Eh Arraja!"

Cowok itu menghentikan langkah, lalu tak segan-segan menoleh dan menatapku dengan ekspresi mengesalkan tingkat dewa.

"I hate you!" Aku tidak peduli mengatakan kalimat itu dengan suara agak keras. Bahkan aku berharap supaya seluruh dunia tahu bahwa cowok laknat itu selalu menggangu hidupku. Oke, lantas jika seluruh dunia sudah tahu, apakah mereka akan berpihak kepadaku? Kurasa aku melakukan semua ini hanya sia-sia belaka.

"Oh ya?" Arraja mengedikkan bahu santai. "I hate you too, Ayya!" Kemudian raja jahil itu kembali memutar tubuh dan hendak melenggang pergi.

Aku sudah tidak kuat membendung perasaan ini lagi. "Arraja, gue benci banget sama lo tahu nggak?" kataku seraya berlari mengejar Arraja dan mengatakan kalimat tersebut tepat di belakang punggungnya.

Dia berbalik. Menatapku dengan seringai sinis. "Lo juga harus tahu. Gue juga benci banget sama lo, bahkan lebih dari rasa benci lo ke gue!"

Tanpa memberiku kesempatan mengumpatnya lagi, Arraja segera pergi, meninggalkanku yang nelangsa ini dan nyaris meneteskan air mata. Maksudku, sampai kapan sih hidupku tenang tanpa gangguan dari dia?

Aku mengusap ujung-ujung mata dengan cepat ketika teman-temanku datang menghampiri.

"Ay? Lo nggak apa-apa?" tanya Decha sembari merangkul bahuku.

"Lo cek-cok lagi ya sama Arraja?" timpal Erin kemudian. Mengembuskan napas pelan, aku menggeleng kuat untuk menegaskan ke sobat-sobatku bahwa aku baik-baik saja.

"Udah biasa kok gue digituin sama Arraja," tukasku sembari memajukan bibir.

Aku bisa merasakan ketiga sobatku mengembuskan napas dengan kompak.

"Entah kapan ya waktu itu terjadi." Decha bersuara pelan, namun aku masih bisa mendengar.

"Waktu apaan?" tanyaku sebal.

"Waktu di mana lo dan Arraja bisa baikan," jawab Decha kalem.

Vinny menjentikkan jari, tanda setuju. "Betul, Ay. Lagian emang lo nggak bosan apa dari kelas sepuluh musuhan terus sama Arraja?"

"Apa lo mau sampai kita semua lulus, berpisah, lo masih mau kayak gini terus sama Arraja?" timpal Erin.

"Plis deh, gaes. Gue tahu kalian nggak bisa ngerasain jadi gue. Tapi harusnya kalian ngertiin perasaan gue." Aku menjawab dengan suara serak.

Tidak ada yang menyahut lagi setelah itu. Mereka hanya saling pandang satu sama lain. Detik selanjutnya kami dikejutkan oleh sebuah suara yang berasal dari arah panggung. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, suara tersebut keluar dari mulut orang yang baru saja menggangguku.

Aku tak tahu apa yang akan dilakukan Arraja di atas panggung. Stand up comedy? Ngelawak? Atau ... seketika aku jadi merasa was-was, jika akan terjadi sesuatu yang membuatku malu setengah mati di hadapan publik. Seperti kejadian siang tadi, misalnya.

Namun sebelum semua itu terjadi, syukurlah Orion kembali menghampiri kami, lebih tepatnya menghampiriku. Dia juga datang bersama Yudis dan Agil.

"Ayya? Lo mau martabak spesial?"

Mendadak aku jadi kehilangan selera makan. Seandainya mood-ku sedang bagus, tentu saja aku dengan senang hati menerima tawaran Orion.

Aku sedang menggeleng pelan ketika dari arah panggung terdengar intro sebuah lagu. Ya Tuhan, aku melihat Arraja menggenggam mik seolah dia sedang akan bernyanyi. Tidak mungkin kan cowok tengil itu menyanyi? Aku sangat sangsi akan hal tersebut.

"Itu Arraja?" tanya Vinny dengan kening yang terlipat.

"Ngapain tuh orang?" Terdengar suara Yudis. "Songong banget gayanya."

"Tau ... mau sok-sokan nge-band kali," sahut Agil.

Oke, sekarang aku tahu bahwa aku tidak salah lihat. Orang yang berdiri di atas panggung itu ternyata memang Arraja.

Tak lama kemudian, sekumpulan penonton merapat ke depan panggung. Mulai mengikuti pertunjukan dari Arraja yang entah menyanyikan lagu apa. Namun dari intro petikan gitar dari orang di samping Arraja, sepertinya merupakan sebuah lagu sendu yang cenderung bucin.

Oh betapa ku saat ini...
Ku benci untuk mencinta...
Mencintaimu...

Tak kusangka, para penonton mulai memadati sekitar area panggung. Aku bisa melihat ekspresi ketiga sobatku yang seolah-olah terkaget mendengar suara Arraja yang....

"Ih nggak nyangka banget suara Arraja enak didenger," ujar Decha, menyuarakan apa isi otakku yang mulai error. What the hell? Apa aku sudah gila mulai menyanjung Arraja dengan mengatakan di dalam hati bahwa suara Arraja memang lumayan.

"Iya betul banget, Cha. Nggak bagus sih suaranya, tapi juga nggak fales." Erin mengangguk setuju, lalu mengeluarkan ponsel dan mulai merekam aksi Arraja.

Oh betapa ku saat ini...
Ku cinta untuk membenci...
Membencimu...

Triple O em ji. Tepat saat alunan musik berganti menjadi genre reggae, semua penonton mulai bergoyang-goyang menikmati irama. Aku menatap lekat sosok Arraja dari kejauhan dan pada saat itu bulu kudukku merinding, sebab tatapan mata Arraja seperti tertuju ke arahku dengan lurus. Aku menggigit bibir, lalu menengok ke belakang. Hanya ada kerumunan orang yang tak kukenal. Oke, mungkin itu hanya perasaanku saja.

"Oke semua tangannya di atas!" ujar Arraja menginstruksi para penonton sebelum dia menyanyikan reffrain lagu itu.

Aku tak tahu apa yang terjadi...
Antara aku... dan kau...
Yang kutahu pasti...
Kubenci untuk mencintaimu...

Tentu saja penonton di area panggung beramai-ramai mendendangkan bait lagu itu dengan kompak. Bahkan ketiga sobatku juga tak segan-segan ikutan bernyanyi.

"Ay?" Suara Orion mengejutkanku. "Jangan bilang ... lo terpesona juga ya sama penampilan Arraja?"

"Hah? Gue? Terpesona sama penampilan Arraja? Heloooow ... nggak mungkin lah ya." Aku mengibaskan tangan sebelum bersedekap dada, berusaha menghilangkan efek aneh yang menyelimuti perasaanku.

Dan aku tak tahu apa yang terjadi...
Antara aku... dan kau...
Yang kutahu pasti...
Kubenci untuk mencintaimu...

...

Bersambung...

12 Februari 2021

Terima kasih, enjoy reading & keep support me.

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 290K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
2.8K 1.5K 36
Hanya sebatas tumpahan isi hati ketika hati terasa sesak ingin mengeluarkannya, memendam tak selalu hal yang baik, menumpahkan tak selalu dengan air...
186K 18.4K 48
Dingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haru...
60K 2.8K 10
(PG17+) Pernikahan merupakan hal terindah dan yang diimpikan oleh seluruh pasangan didunia ini. Tapi apa jadinya pernikahan karna sebuah perjodohan...