[11] Ditahan

361K 33K 283
                                    

Mulmed: lagu buruh tani
.
.

Bella mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia kebingungan. Semua demonstran memakai jaket almamater kampus masing-masing, sedangkan Bella... Dia tidak menyiapkan apa-apa. Dia bahkan tidak memakai jaket almamater.

"Permisi, lo gapapa?" tanya seorang cowok menghampiri Bella. Cowok itu heran melihat Bella yang nampak panik.

Bella memperhatikan cowok ini. Jika dilihat dari almamaternya, cowok itu dari kampus sebelah.

"Gue gapapa. Gue Bella. Gue dari Universitas Liberty. Lo tau rombongan mereka di mana?"

"Setau gue, Liberty yang mimpin, jadi kemungkinan ada di barisan paling depan. Kenapa?"

Bella menggeleng. "Oke, thanks."

Bella ingin pergi, tapi cowok itu menahannya.

"Mau ngapain?"

"Gue buru-buru."

Cowok itu kini mencengkeram tangan Bella, "Lo di sini gak pake identitas. Polisi bisa kapan aja nangkap lo."

Sejujurnya Bella takut, tapi rasa khawatir mengalahkan sisi ketakutannya. Sekarang yang ada di hati dan pikirannya hanya Rey.

"Hei malah bengong, mending lo pergi deh."

Bella menggeleng, "Gue gak bisa. Kalian dalam bahaya. Rey. Gue harus ngomong sama dia."

"Apanya yang bahaya?"

Bella benar-benar panik, dia bahkan ingin menangis sekarang, "Ada yang jahat, mereka bawa batu, mereka-"

"WOIII... MUNDUR MUNDUR."

Dan tiba-tiba suasana jadi kacau. Mahasiswa berlarian mundur. Cowok itu terdorong hingga terjengkang ke belakang, cengkramannya pada lengan Bella terlepas.

Bella semakin panik, tanpa pikir panjang dia berlari belawanan arah dengan mahasiswa lain. Cowok itu berusaha mengejarnya, tapi dia kehilangan jejak.

Beberapa kali Bella tertabrak dan hampir jatuh. Bella terhuyung, refleks tangannya mencengkeram cowok yang menabraknya untuk berpegangan. Begitu mata mereka bertemu, betapa terkejutnya Bella menyadari siapa cowok itu.

"Lo... Lo pelakunya."

"Apaan sih lo," cowok itu menangkis tangan Bella. Bella menggunakan kemampuan bela dirinya untuk melawan cowok itu.

"Lepasin bangsat."

Cowok itu berusaha melepaskan diri dari cengkraman Bella dan tanpa sengaja dia melihat polisi semakin dekat. Cowok itu melepas tasnya yang berisi batu dan memberikan pada Bella, lalu dia menarik tangan dari cengkraman Bella dan berlari sekencang mungkin.

"Tunggu... Jangan lari."

Bella ingin mengejarnya, namun tiba-tiba...

"Ikut saya ke kantor polisi," ada seorang polwan menarik-narik Bella.

Bella panik, "Eh kenapa saya di bawa, apa salah saya, saya gak mau... Lepasin."

"Diam dan ikut saya."

"Enggak mau. Lepasin."

Bella ingin meminta tolong, tapi pada siapa, karena di sini kondisinya sudah sangat kacau. Polisi dan mahasiswa terlihat perkelahian. Mahasiswa melempar bom molotov sedangkan polisi menyemprotkan gas air mata. Suasana kian gaduh.

Di langit mendung Jakarta yang beberapa menit lalu menggema teriakan semangat mahasiswa kini terdengar teriakan meminta tolong. Polisi dengan jumlah puluhan itu mengejar mereka dengan tongkat pukul ditangannya. Jika sudah tertangkap, tidak ada ampunan.

Bella menoleh ke sisi lain, di sana seorang mahasiswa dikeroyok, dipukul tiga polisi tanpa diberi kesempatan berbicara. Mata cowok itu dan mata Bella bertemu, mata memerah berkaca-kaca itu seolah meminta tolong. Sedangkan di sisi lainnya justru berbanding terbalik, polisi itu yang dikeroyok oleh mahasiswa.

Bella sendiri mencoba kabur, tapi polwan itu menyeretnya paksa masuk ke mobil polisi.

Dalam keadaan tak berdaya seperti ini, Bella semakin khawatir dengan keadaan Rey.

"Rey... kamu baik-baik aja kan?" lirih Bella.

.
.
.
.
.

.
.
.

##
Adegan Ini Adalah Imaginasi Penulis

Ketua BEM and His Secret WifeWhere stories live. Discover now