[10] Demo

412K 35.8K 531
                                    

Mulmed: lagu totalitas perjuangan
.
.
.
.

Sekarang Rey dan Bella sibuk dengan rutinitas mereka. Bella sibuk dengan fashion show untuk salah satu tugas mata kuliah nanti. Sedangkan Rey...

Ah entahlah Bella tak mengerti. Tapi yang jelas suaminya itu sangat sibuk. Dengar-dengar anak BEM akan demo di gedung DPR.

"Bel... Bella."

"Eh iya, Feb."

"Mikirin apa sih, nglamun mulu."
Bella menggeleng, "Gue lagi mikirin gedung tempat fashion show gue, belum fiks soalnya."

"Oh itu mau pake gedung Daddy gue aja. Nanti gue ngomong Daddy."

"Enggak deh. Gue mau usaha sendiri gak perlu mau jalur dalem."

"Dih gaya lo," Febby tertawa.

Walau mereka baru bertemu saat mahasiswa baru dulu, mereka sudah sangat akrab. Seolah teman lama yang kembali bertemu. Obrolan nyambung dan sefrekuensi itulah yang membuat persahabatan mereka awet.

"Ohya lo kan suka dapet bocoron info. Lo tau gak info demo demo itu?"

Febby tampak berpikir, "Setau gue demo hari ini."

"Hah? Serius?"

Febby mengangguk yakin, "Iya pas gue berangkat ke kampus, dijalan banyak banget mahasiswa, kenapa sih. Lo mau ikut? Elah gak usah deh, badan lo kecil kesenggol langsung ambruk, haha," Febby tertawa.

Bella mengigit bibir bawah gelisah. Tiba-tiba saja dia kepikiran Rey. Semalam Rey tidak mengatakan apapun, dia bahkan gak minta izin. Bella jadi sebal.

"Feb gue ke toilet bentar ya."

"Jangan lama-lama gue sendiri nih."

"Iya."

Bella segera menjauh dari Febby, sebenarnya Bella tidak ke toilet melainkan ke belakang gedung dan menelpon Rey. Kaki Bella bergerak-gerak gelisah menunggu jawaban Rey, tapi sejak tadi gak ada jawaban.

"Rey jawab dong, jangan bikin gue khawatir," Bella mengigit bibirnya untuk menyalurkan rasa gelisahnya sampai bibirnya kemerahan. Bella mematikan panggilan, kemudian menelpon lagi. Terus berulang-ulang, entah ke yang berapa kali.

Karena tidak diangkat Bella pun mengirim pesan, ternyata checklist satu. Bella ingin pergi, namun langkahnya terhenti saat sayup-sayup dia mendengar bisik-bisik...

"Iya gampang, kita tinggal lempar batu ke polisi, bikin rusuh, terus kabur."

"Mantap emang."

"Uang udah ditransfer belum?"

"Udah dong, lumayan buat jajan. Kuy turun ke jalan."

Bella yang bersembunyi di tembok langsung keluar. Di sana ada dua orang beralmamater kampusnya berjalan menjauh. Bella mengejarnya, tapi dua orang itu sudah melaju dengan motor mereka.

"Ojek, Pak, ojek, ikuti motor itu."

"Siap, Mbak."

Sepanjang perjalanan Bella terus menelpon Rey, tapi masih gak ada jawaban.

"Pak ayo, Pak cepet."

"Iya, Mbak. Mbak mau demo?" tanya tukang ojek itu.

"Saya mau ketemu suami saya. Tolong doakan dia, Pak, semoga baik-baik aja."

"Oh iya, Mbak."

Tak lama mereka sampai di area gedung DPR. Tukang ojek tak mau berlama-lama. Takut tiba-tiba ketangkep, terus besoknya tinggal nama.

Suasana riuh, di sini lautan mahasiswa menyanyikan lagu mars mahasiswa: Totalitas Perjuangan.

Kepada para mahasiswa, yang merindukan kejayaan

Kepada rakyat yang kebingungan, di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban, yang telah mengoreskan

Sebuah catatan kebanggaan, di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan

Wahai kalian yang turun ke jalan

Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta

Wahai kalian yang rindu kemenangan

Wahai kalian yang turun ke jalan

Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta

Nyanyian itu menggema di langit mendung Jakarta. Bella yang berdiri di tengah-tengah demo, merinding, merasa takjub. Jantungnya berdetak kencang, darahnya mengalir deras, ikut menggebu-gebu seiring teriakan pemimpin mereka yang bersorak 'hidup mahasiswa'.

Ya mereka, mahasiswa ini berdemo menyuarakan isi pikiran rakyat.

Lalu ingatan Bella kembali ke kejadian tadi, tiga orang tadi yang berniat merusak demo ini. Tidak, Bella tidak akan membiarkan itu.

Tapi apa yang bisa dia lakukan?

Rey...

Satu-satunya harapan Bella adalah Rey.
.
.
.
.
.

#
Adegan Ini Adalah Imaginasi Penulis

Ketua BEM and His Secret WifeWhere stories live. Discover now