[5] Gue Imamin

420K 42K 4.3K
                                    

Karena aktivitas mereka di kampus yang cukup padat, Bella sibuk dengan fashion show design bajunya sebulan lagi, sedangkan Rey sibuk mengurus rapat sana sini, maklum Presiden Mahasiswa. Keduanya sama-sama pulang malam. Sekitar jam delapan malam sampe rumah.

"Capek gue..." gumam Rey.

Mereka menyandarkan punggung di sofa.

"Pijitin dong Bel," Rey mengangkat kakinya dan meletakkan dipangkuan Bella, lalu dia mengambil bantal dan rebahan. Haduh rasanya enak banget nih punggung. Seharian duduk membuat punggung Rey menjerit minta direbahin.

"Emang lo doang yang capek, gue juga capek," Bella melempar kaki Rey, tapi dengan jailnya Rey meletakkan kakinya lagi.

Bella gak punya tenaga buat bertengkar. Dia pasrah aja.

"Nanti gue pijitin lo deh, gantian. Hari ini kita jadi symbiosis mutualisme."

Hm, ide itu terdengar bagus.

"Janji ya."

"Iya. Emang gue pernah ingkar janji apa."

Bella nurut, dia pun memijit Rey dengan sepenuh hati. Rey menutup mata keenakan dengan bibir menyunggingkan senyum.

"Itu betisnya yang kanan. Ahh sumpah Bel, enak banget, agak kenceng remesnya."

"Udah ih gantian."

"Baru bentar."

"Udah lama, pegel tangan gue."

Rey menipiskan bibir, dia pun duduk, gantian Bella yang rebahan dengan kaki dipangkuan Rey.

"Eh bantal dong."

Rey meletakkan bantal di belakang kepala Bella.

"Rey cepet, pijitin," Bella menggerak-gerakkan kakinya.

"Iya, nih gue pijitin."

Sekarang giliran Bella yang keenakan. Dia pun menutup mata merasakan tangan Rey memijit kakinya. Tangan Rey agak kasar-kasar gimana gitu. Bukannya sakit, justru terasa lebih enak di kulit. Bella menyukainya.

Ini pertama kalinya Rey menyentuh Bella. Maksudnya memegang tubuh Bella. Gak nyangka ternyata selembut ini. Apalagi makin ke atas.

"Ah enak Rey, itu bawah lutut iya itu," Rey memijit lutut Bella.

"Ahh..."

Rey terkaget denger desahan Bella, "Lo jangan ngedesah gitu dong."

"Hah? Maksudnya."

"Ya jangan ah ah gitu."

"Emang gue gitu tadi."

"Iya."

Ya gimana ya Rey itu kan cowok normal. Kalau disuguhi gini dia jadi panas. Apalagi Bella hanya memakai rok pendek gini. Ya tadinya selutut, tapi sekarang Rey memijit pahanya jadi kesingkap ke atas.

Rey menelan ludah dengan susah payah. Entah kenapa rasanya pengen ngusap paha Bella terus. Lembut banget. Bikin nagih.

"Rey paha gue gak pegel. Betis gue yang pegel," heran Bella karena Rey malah mengusap-usap pahanya.

"Oh... Oke."

Rey memijit betis Bella.

"Enak juga ya nikah. Bisa gantian pijitin gini," Bella senyum senang.

"Ada yang lebih enak sebenarnya."

"Apa?"

"Em itu..." Rey melirik Bella sebentar, lalu fokus mijit lagi.

"Itu apa?"

"Gapapa... Udah ah sana mandi."

"Yah Rey, bentar banget. Mau lagi," Bella merengek.

"Udah nanti habis mandi lagi."

"Beneran?"

"Iya beneran."

Bella menarik kakinya turun dari pangkuan Rey, lalu masuk ke kamar. Rey sendiri masih di sofa. Menyandarkan punggungnya di sofa.

"Kenapa gue jadi napsu gini ya sama Bella. Perasaan dulu biasa aja."

Bella selesai mandi. Sekarang giliran Rey. Gak butuh waktu lama, Rey juga sudah selesai mandi.

"Lo udah sholat isya?"

"Belum," jawab Bella yang tengah duduk di tepi kasur.

"Gue juga belum. Ayo sholat. Gue imamin."

Ketua BEM and His Secret WifeOn viuen les histories. Descobreix ara