[9] Perhatian

464K 40.9K 1.4K
                                    

"Lo nganterin Febby pulang?"

"Gue baru sampe rumah, tanyain kek kabar gue dulu."

Bella meringis, dengan cepat dia membantu Rey membawa barang-barang belanjaan, tapi karena tangan Bella mungil, tali plastik terlepas dari jemarinya hingga isi dalam plastik itu berjatuhan.

"Gapapa, gue ambilin sendiri, lo istirahat aja."

Rey menghela napas, bukannya masuk ke kamar, dia malah berjongkok membantu Bella memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam plastik lagi. Sambil memunguti, Bella melirik Rey, wajahnya kusut, cemberut, kayaknya marah.

Kan bener. Lihat saja Rey membawa semua belanjaan ke dapur sendiri. Tanpa ngomong sepatah kata apapun.

"Rey..."

Rey diam, dia memasukkan buah dan sayuran ke kulkas. Bella menahan tangan pemuda itu, "Lo marah?"

"Menurut lo?"

"Maaf. Ya kalau ketahuan gimana?"

"Kenapa sih kalau ketahuan. Kita gak nglakuin hal kriminal Bella. Kenapa kita nyembunyiin dari orang-orang."

Bella menunduk, memainkan jemarinya gugup, "Gue belum siap, Rey."

Rey mengangkat tubuh Bella dan mendudukan di meja bar, "Kenapa belum siap?"

"Ya gak tau. Pokoknya belum siap aja."

"Apa gue gak pantas buat lo sampe lo gak mau ngakuin gue?"

Bella mendongak, menatap mata Rey lalu menggeleng, "Bukan gitu Rey, lo sangat pantas buat gue. Justru lo berada jauh di atas gue. Gue cuma takut aja. Ah entahlah gue gak tau. Maaf."

Rey menghela napas, "Hm, gapapa, kalau gak mau go public gapapa, udah jangan sedih gini mukanya, nanti jeleknya ilang."

Bella memukul lengan Rey membuat pemuda itu terkekeh pun dengan Bella yang ikut senyum. Namun perlahan senyum Bella menghilang saat Rey meletakkan kedua tangannya di sisi Bella, seolah mengurung.

"Gue masih belum maafin lo karena lo ninggalin gue tadi."

"Ya Rey, kan udah gue jelasin alasannya."

"Oke, gue maafin dengan syarat?"

"Apa? Ah gue tau lo pasti minta cium, yaudah nih," Bella mengembungkan pipinya membuat Rey terkekeh.

"Enggak. Gue gak usah minta, kalau gue mau ya tinggal cium."

Bella menormalkan kembali pipinya, "Terus?"

"Masakin gue."

"Masakin apa? Gue gak terlalu bisa, biasanya di rumah gue bantu mama aja."

"Terserah lo bisanya apa."

Bella mengangguk, dia memegang pundak Rey untuk turun. Rey kembali kamar, sedangkan Bella mulai memasak.

"BELLA GUE PERGI BENTAR YA. ADA URUSAN DI KAMPUS."

Belum sempat Bella menjawab Rey sudah keburu pergi.

##

Bella melirik jam dinding. Ditatapnya dengan gelisah jam yang menunjuk pukul 23.30. Namun Rey belum pulang juga.

"Huaaampp," Bella menguap, matanya terasa berat, namun anehnya gak bisa tidur. Setiap matanya terpejam, bayang-bayang wajah Rey selalu muncul.

"Tadi bilangnya jam sepuluh pulang, sampe jam segini belum nongol juga," Bella mendengus, melempar ponsel ke sofa setelah tadi ia cek tak ada pesan balasan dari Rey. Terakhir dilihat saja dua jam yang lalu.

Inginnya gak peduli, tapi gak bisa, ada sesuatu di hati Bella yang membuatnya gelisah, khawatir, bahkan sejak tadi Bella berpikir yang tidak-tidak. Bukan tentang Rey yang jalan dengan cewek lain, tapi takut kalau ada apa-apa sesuatu di jalan, kecelakaan, di begal atau hal bahaya lainnya.

Pintu terbuka.

Bella segera berdiri dan lari ke depan pintu.

"Eh belum tidur?" Rey nampak kaget, dia pikir Bella sudah tidur.

"DARI MANA AJA SIH JAM SEGINI BARU PULANG HAH?"

Rey terkekeh mendengar teriakan Bella, "Lo nungguin gue?"

"Yaiyalah."

"Kenapa nungguin?"

Bella terdiam. Gak ngerti juga kenapa nungguin. Padahal simple, tinggal jawab, karena mereka sepasang suami istri. Harus saling ada satu sama lain.

"Maaf buat lo nunggu, tadi setelah rapat gue ngumpul bentar sama temen."

Rapat selesai jam sepuluh, rencana mau pulang, tapi Rey ketemu teman dari Bandung yang main ke Jakarta, mereka ngobrol, ehh kebablasan sampai jam segini.

Tadi saja begitu Rey sadar dia telat pulang, dia segera melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Takut Bella menunggu dan ternyata benar.

"Yaudah lo tidur sekarang, gue mau mandi."

Bella mengangguk, dia mengambil tas Rey dan membawanya ke kamar. Rey tersenyum samar, gak nyangka aja Bella seperhatian ini.

Keluar dari kamar mandi, Rey berhenti sejenak di depan pintu, memperhatikan Bella yang sudah tertidur. Sepertinya gadis itu menunggu cukup lama.

Rey segera memakai baju dan menidurkan diri di samping istrinya.

"Maaf, udah buat lo nunggu," Rey menyelipkan rambut Bella ke belakang telinga.

Bella bergerak kecil, mendekat pada Rey, membuat Rey terkesiap. Tangan kecil Bella melingkar dipinggang Rey, lalu kepalanya bergerak mencari posisi nyaman di dada Rey. Kemudian terdengar dengkuran halus.

Rey tersenyum, dia menunduk memperhatikan wajah damai Bella, "Goodnight My Wife," Rey mengeratkan pelukannya dan ikut terlelap.

Ketua BEM and His Secret WifeDär berättelser lever. Upptäck nu