Part 17

55 38 1
                                    

Sejak kejadian di mall, Revan menghindari pertemuan dengan Athala. Bahkan beberapa kali Athala menelfonnya, Revan nampak acuh dan tidak ingin berbincang dengan gadis itu.

Marah dan kecewa. Mungkin itulah yang dirasakan Revan saat mengetahui kedekatan Athala dan Verrel. Banyak pertanyaan muncul di pikiran Revan. Ia hendak menanyakan semua itu pada Athala. Akan tetapi, ia merasa waktunya belum tepat.

Jam menunjukkan waktu istirahat. Sheren dan Athala bergegas menuju kantin. Kali ini mereka memesan dimsum dan mie ayam. Seperti biasa, Sheren bertugas mengantri. Sedangkan Athala sibuk mencari kursi kosong yang dapat digunakan untuk duduk.

Di sudut kanan food court, terlihat Revan tengah berbincang dengan teman temannya. Ia menatap Revan. sesekali pandangan mereka bertemu. Rasa bersalah semakin menghantui diri athala. Melihat Revan bertingkah acuh, rasanya Athala ingin menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Melihat Athala melamun, sherena menghampiri Athala. Kedua tangannya penuh berisi dimsum dan mie ayam. Tak hanya itu, sherena juga meminta temannya untuk membawakan minum. Gadis itu memang putus urat malunya.

"Nih gue beliin dimsum. Gue yakin Lo pasti ngga pengen makan berat. Makan dulu gih" ucap Sheren.

"Thanks shei"

Sherena menyodorkan seporsi dimsum dan cappucino untuk Athala. Akan tetapi pandangan Athala masih terpaku pada sosok Revan di ujung sana.

Menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Athala, sherena berniat untuk membuka pertanyaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Athala, sherena berniat untuk membuka pertanyaan. Sembari mengunyah mie ayam, sherena mencoba untuk merangkai kalimat yang tepat.

 Sembari mengunyah mie ayam, sherena mencoba untuk merangkai kalimat yang tepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Athala" panggil Sheren

"Hmm"

"Lo berantem lagi sama Revan?" Tanya Sheren memulai keingintahuannya. Jujur, Sheren merasa tidak tega melihat Athala terus terusan bersedih. Sebab Gadis itu dikenal selalu ceria.

"Dia salah paham. Kemarin Verrel ajak gue ngemall. Tanpa disengaja Revan dan temen temennya juga disana."

"Terus kalian ketemu?" Spontan Sheren berteriak kaget.

"Pelan pelan ih" ucap Athala menghentikan sikap Sheren.

"Iya Maap Maap. Lanjut, Thal"

"Kita makan bareng bareng. Revan marah sama gue. Dia pikir gue milih Verrel. Padahal nggak sesimple itu masalahnya"

"Gue paham kok Thal, tapi sebenernya Lo suka sama siapa sih? Verrel atau Revan?"

"Apa Lo mau percaya sama gue?"tanya Athala pada Sheren.

"Ya pasti gue pecaya sama lo, Athala"

"Gue sayang sama Revan. Tapi disatu sisi gue nggak mau nyakitin Verrel. Dia terlalu baik sama gue. Lo pasti nggak nyangka, tiap hari Verrel memperlakukan gue dengan hangat. Padahal gue Uda Segede ini."

"Mending Lo samperin Revan deh. Siapa tau dia mau dengerin penjelasan Lo"

Perkataan sheren ada benarnya. Tidak ada salahnya Athala mencoba menjelaskan kepada revan. Barangkali emosinya sudah membaik.
Athala berdiri dari kursinya. Ia berjalan ke arah Revan. Dilihatnya lelaki itu memandang Athala tanpa minat. Seketika gurauan antara Revan dan teman temannya mendadak sepi.

"Eh thala, duduk sini Thal" ucap Alvaro saat menyadari kehadiran Athala.

"Van, gue mau ngomong sama Lo" ucap Athala sembari memberanikan diri.

"Yaudah ngomong aja" jawab Revan dengan ketus.

Athala terdiam. Entah kenapa lidahnya merasa kelu untuk menjelaskan. Apalagi suasana kantin nampak ramai. Tidak mungkin Athala membicarakan perihal privasinya dalam ruang terbuka.

"Kalo gajadi, gue cabut"  Revan meninggalkan Athala dan teman temannya.

Melihat Athala nampak kecewa dengan perlakuan Revan, Alvaro mencoba untuk menenangkan Athala.

"Sabar. Revan cuma butuh waktu untuk ngerti. Dia emang sedikit emosional orangnya" ucap Alvaro sembari menepuk pundak Athala.

"Iya Thal, bener kata Alvaro. Mendingan Lo tenangin diri. Besok Lo temuin Revan di lapangan indoor jam 4 sore. Dia sekarang jadi pelatih tim basket cewek."

☕☕☕

Keesokan harinya, pukul empat sore. Athala bergegas menuju lapangan indoor. Sebelum Revan latihan, ia harus bisa menemuinya. Untuk mengantisipasi rasa kelu saat berbicara, Athala telah menyiapkan surat untuk Revan. Surat berisi penjelasan dan ungkapan hatinya.

Sejak bel berbunyi, Athala nampak bersemangat keluar kelas. Ia tak menghiraukan Sheren Yang sedari tadi menggerutu karena Dio tak kunjung membalas pesannya.

Sesampainya di lapangan indoor, pandangan Athala tertuju pada objek yang ada di depannya. Seorang gadis berbaju basket memeluk Revan. Menenggelamkan wajahnya di pundak lelaki itu. Athala meringis. Rasa sesak menyeruak di dadanya.

Athala masih terpaku menatap Revan dan gadis di pelukannya. Tak lama kemudian adegan semakin memanas. Dengan lancang gadis itu mencium bibir Revan. Melumat habis nafsu di depannya.

Tanpa sadar, air mata Athala mengucur deras. Ia memutuskan untuk meninggalkan lapangan indoor. Dengan langkah terburu, Athala berlari menuju pick up point.

"Athala kenapa? Udah ketemu revan?" Tanya Alvaro.

"Belum. Revan selingkuh" ucap Athala dengan nafas tersengal.

Alvaro kebingungan menatap Athala. Ia segera mengambil surat yang sengaja dibuang oleh Athala. Gadis itu pergi meninggalkan Alvaro.

Athala [ COMPLETE ]Where stories live. Discover now