Part 5

78 44 8
                                    

Hari sudah semakin petang. Revan dan Athala terjebak macet di sepanjang jalan Thamrin. Lalu lalang mobil terlihat penuh hambatan. Pergerakan kendaraan tidak terlihat secara signifikan.

Revan berupaya untuk menggerakkan motornya. Beberapa kali ia nampak sibuk mencari celah. Hal itu ia lakukan untuk menembus kemacetan yang begitu parah. Athala hanya diam, sesekali pikirannya tenggelam pada kejadian kejadian di masa lalu.

Sejam penuh Athala dan Revan terjebak kemacetan. Sesekali Athala merasa cemas. Ia berfikir  apakah keterlambatan kali ini akan membebani pikiran Verrel, mama atau papa. Tetapi bukankah papa dan mama kini tengah pergi keluar kota? Itu artinya hanya Verrel yang berpotensi merasa cemas saat Athala tak kunjung pulang.

 Tetapi bukankah papa dan mama kini tengah pergi keluar kota? Itu artinya hanya Verrel yang berpotensi merasa cemas saat Athala tak kunjung pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Athala berkedip. Sebuah pesan masuk untuk Athala. Nampak di layar tertera nama Verrel di atasnya. Athala bingung hendak menjawab atau tidak. Ia tidak ingin Verrel tahu kalau dirinya dan Revan tengah terjebak diantara kemacetan.

verrel.delaferro: Athala sudah pulang? Kalau belum, nanti verrel jemput.

verrel.delaferro : Athala dimana?
verrel.delaferro : athalaa

Tiga pesan menumpuk pada kolom chat Athala. Ia tidak ingin memberitahu verrel dan membuyarkan konsetrasi Verrel yang tengah fokus latihan orkestra. Oleh sebab itu, athala berusaha mengabaikan pesan dari Verrel. Ia tak ingin membuat Verrel cemas memikirkan Athala.

Revan berhasil menembus kemacetan. Athala meminta untuk diturunkan radius 50 meter dari rumahnya. Ia tidak ingin Verrel melihat dirinya nampak dengan laku laki lain. Athala tahu betul bahwa Verrel akan merasa sakit hati jika melihat kedekatan Athala dengan Revan.

"Van gue turun sini aja" kata Athala.

"Kenapa? Rumah Lo katanya disana?"

"Gapapa. Gue gabisa jelasin alesannya sekarang. Pliss, turunin gue disini ya" Athala merengek pada Revan. Laki laki itu hanya tersenyum. Ia sama sekali tidak ingin membebani Athala dengan mengantarnya sampai ke depan rumah.

"Aneh banget si Lo. Yauda gue cuma mau bilang, besok Lo jadi pasangan prom gue ya. Ga boleh nolak" ucap Revan

Seketika jantung Athala kembali berdegub kencang. Kali ini, ia tidak menolak Revan seperti halnya ia menolak Raka. Athala meng-iya-kan ajakan Revan.

"Oke,gue nggak nolak. Bye!" Athala melambaikan tangannya pada Revan. Ia memastikan bahwa Revan telah pergi dari tempatnya. Athala menghembuskan nafas lega. Ia segera berlari menuju rumah.

"Semoga saja Verrel belum pulang"

Sesampainya dirumah, Athala bergegas menuju kamar. Ia segera mandi dan lekas berganti pakaian tidur.

Prom night. Athala teringat bahwa besok malam akan ada prom night di sekolah. Ia berinisiatif untuk membuka almarinya. Mencari satu persatu baju yang sekiranya layak untuk dipakai ke pesta.

Kesibukan Athala membuat dirinya tidak menyadari kehadiran Verrel. Verrel mendekati Athala. Ia tersenyum memandangi Athala yang nampak lucu di hadapannya. Sejak dulu, Athala selalu terlihat lucu dimata Verrel. Hal inilah yang membuat Verrel betah untuk berlama-lama memandangnya.

"Athala" panggil Verrel dengan lembut.

"Verrel? Kenapa nggak ketuk pintu? Athala kaget!" Ucap Athala saat menyadari kehadiran Verrel di kamarnya.

"Athala sibuk. Verrel sudah ketuk pintunya tapi Athala nggak respon. Maaf"jawab Verrel.

"Athala juga nggak balas chat Verrel. Verrel kira, Athala belum pulang." Sahut verrel.

"Verrel, Athala bingung. Besok ada acara prom night di sekolah Athala. Tapi Athala nggak tau harus pake baju apa." Athala nampak kebingungan. Ia baru saja mengutarakan isi gilirannya kepada Verrel. Berharap, lelaki itu bisa memberikan sedikit ide untuk Athala.

"Kalau Athala mau, Verrel bisa antar Athala ke suatu tempat. Biasanya mama beli dress disana."

"Nggak usah, Verrel. Athala pakai baju lama aja."

"Athala panitia kan?" Tanya Verrel. Ia memandang Athala dengan penuh kelembutan.

"Iyya"

"Kalau begitu, Athala harus tampil semaksimal mungkin. Athala harus terlihat cantik. Mama sama papa pasti bakal marah ke Verrel kalau Verrel nggak nganterin Athala buat beli dress."

'Perkataan Verrel ada benarnya. Mama dan papa pasti akan memarahi Verrel jika tahu aku mengenakan baju yang usang untuk prom night. Mereka tentu tidak akan membiarkanku tampil lusuh dan tidak terawat. Keluarga ini benar benar menyayangi aku sebagaimana mestinya' ucap Athala dalam hatinya.

"Yaudah, athala ganti baju dulu. Athala mau cari dress. Verrel mau kan anterin athala cari dress malam ini?"tanya Athala.

"Mmm gimana ya?"

"Verrel sibuk ya? Kalau sibuk Athala bisa sendiri kok"

"Bukan gitu. Verrel akan ada terus kok untuk Athala. Masalahnya, Verrel nggak tahan kalau lihat Athala bertingkah seperti itu. Lucu." Verrel tersenyum. Lagi lagi ia tersenyum. Athala memang sudah terbiasa melihat sikap Verrel yang begitu lembut dan penuh perhatian. Akan tetapi, Athala merasa heran. Kenapa Verrel tidak pernah menunjukkan kemarahan atau kesedihannya pada Athala?

Entahlah.

Kalimat Verrel cukup membuat athala tersipu malu. Verrel menangkap kecanggungan yang muncul dari raut muka Athala. Ia terlihat merona. Athala tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Maka, untuk mengakhiri kecanggungan itu, Athala meminta Verrel keluar dari kamarnya.

"Verrel keluar dulu. Athala mau ganti baju. Masak Verrel disini?"

"Emang kenapa kalau Verrel di sini thala?" Verrel justru balik bertanya.

"Verrel.. jangan menggoda athala terus. Athala mau ganti baju!"

Athala mendorong tubuh Verrel keluar kamarnya. Ia mencoba untuk terlihat biasa saja sembari bersikap kuat menghadapi godaan Verrel.

Athala [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang