Part 3

102 46 22
                                    

Jam menunjukkan pukul empat sore. Pelajaran ekonomi sebagai penutup KBM telah usai. Pembelajaran hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Athala memasukkan peralatan ke dalam tas. Sedangkan Sheren sibuk dengan ponselnya.

"Lo mau langsung pulang, thala?" Tanya Sheren.

"Nggak. Gue ada janji sama--" seketika Athala merasa ragu untuk menyebut nama Revan. Ia berfikir, Sheren pasti akan berasumsi bahwa Revan dan Athala menjalin sebuah hubungan.

"Jangan jangan, Lo mau pergi sama Revan. Ngaku Athala!! Lo udah jadian sama Revan?!" Dugaan Athala memang benar. Sheren dengan mudah menebak nama Revan. Ia paham betul dengan sifat Sheren yang mudah penasaran dan sering berasumsi.

"Iya sama Revan. Tapi gue ngga pacaran sama dia" jawab Athala.

"Kok Lo ngga cerita sama gue? Gaasik banget, Athala sekarang main rahasiaan." Sheren mendengus kesal. Ia selalu bertingkah lucu dihadapan Athala.

"Belum waktunya, kalo Uda waktunya pasti gue cerita kok sama Lo."

"Okeii, gue balik duluan ya. Mama gue Uda Dateng. Dia nunggu di depan. Bye thala, have fun sama Revan!" Sheren melambaikan tangannya.

Belum genap semenit Sheren pergi, Revan menghampiri Athala. Ia berdiri depan pintu kelas IPS 2. Athala terperanjat kaget saat mendapati Revan di hadapannya. Entah kenapa jantungnya berdegup begitu kencang. Dengan buru buru Athala menghampiri Revan. Keduanya meninggalkan kelas menuju basemant tempat Revan meletakkan motornya.

"Kita mau kemana?" Tanya Athala berusaha memecahkan keheningan diantara dirinya dan Revan.

"Mall" jawab Revan dengan singkat.

"Hah?" Athala merasa kebingungan saat mendengar jawaban Revan. Ia tak habis pikir kenapa Revan mengajak dirinya untuk pergi ke mall. Athala berfikir, bukankah manusia seperti Revan tidak terlalu suka keramaian?

Sepeda motor Revan melaju kencang di jalanan ibukota. Lima menit yang lalu mereka telah beranjak meninggalkan sekolah. Kini, Revan dan Athala justru terjebak macet di jalan raya. Kemacetan menjadi fenomena yang tak asing bagi masyarakat Jakarta. Bepergian diwaktu sore harus memiliki kesabaran yang ekstra, sebab jam inilah para pekerja keluar dari kantornya.

Revan begitu lincah mengendarai sepeda motornya. Ia berhasil menembus kemacetan. Tidak butuh waktu lama, Athala dan Revan tiba di suatu tempat. Mereka berjalan beriringan layaknya pasangan anak muda.

"Van, Lo ngga salah tempat? Ini kan tempat cewek cari dress atau outfit gitu?" Tanya Athala dengan penuh keheranan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Van, Lo ngga salah tempat? Ini kan tempat cewek cari dress atau outfit gitu?" Tanya Athala dengan penuh keheranan. Revan menghentikan langkahnya, ia memandang satu persatu baju yang ada di tempat itu.

"Gue mau beli kado buat seseorang" jawab Revan.

"Buat Theresia? Atau gebetan Lo?" Tanpa sadar, Athala menunjukkan rasa penasarannya terhadap Revan. Revan menangkap raut muka Athala yang nampak berbeda dari sebelumnya.

"Kenapa? Lo cemburu?" Pertanyaan Revan membuat athala diam seketika. Bahkan Athala baru saja menyadari bahwa hatinya cukup merasa sesak saat Revan mengucap kata 'seseorang'.

"Gimana kalo yang ini?" Athala mengalihkan perhatian Revan. Ia tidak ingin Revan mengetahui perubahan raut mukanya.

Athala menunjukkan dress warna putih dengan model sederhana, tetapi cukup elegant. Revan meng-iya-kan pilihan Athala. Mereka segera menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

"Habis ini Lo mau cari apalagi?" Tanya Athala.

"Udah kok. Lo mau makan apa thala?" Revan menatap Athala. Ia berusaha sekeras mungkin untuk bersikap biasa saja di depan Athala.

"Steak!" Jawab Athala dengan penuh semangat. Sudah lama Athala tidak makan steak. Terakhir ia makan bersama Verrel. Dulu, hampir setiap weekend Verrel selalu mengajak Athala pergi kemanapun ia mau.

Lamunan Athala terhenti kala seorang waitters mengantarkan pesanan Revan dan Athala. Dua porsi steak dan orange juice siap untuk disantap bagi mereka yang tengah kelaparan. Maklum, kegiatan mencari dress hari ini cukup menguras energi Revan maupun Athala.

"Thanks ya thala, Lo Uda nemenin gue hari ini" kata Revan sembari memasukkan daging steak ke dalam mulutnya.

Athala tersenyum. Ia tak mengatakan apapun.

"Besok gue ada turnamen basket, jangan lupa nonton ya!" Revan kembali membuka pembicaraan. Kali ini ia berharap Athala meng-iya-kan permintaannya. Gadis itu tak pernah tau bagaimana Revan berusaha untuk tidak terlihat gugup di depannya.

"Besok? Gue nggak bisa. Ada rapat OSIS sepulang sekolah. Gue ga bisa untuk ngga ikut rapat karena ini terkait persiapan prom night." Jawab Athala dengan pengucapan yang penuh kehati-hatian.

"Oke ngga masalah. Lo pulang di jemput?" Tanya Revan memastikan perihal kepulangan Athala.

"Nggak. Gue naik angkot. Tapi kadang kalo ga ada angkot, gue dijemput."

"Ya udah sampai ketemu besok. Kalo ga ada angkot, kabarin gue." Ucap Revan. Athala merasa sedikit lebih tenang, sebab kini ia merasa ada seseorang yang peduli dan mau menjaganya.

"Thanks" Athala melanjutkan kegiatannya untuk menikmati sepiring steak panas yang sudah dihidangkan sedari tadi. Steak adalah makanan kesukaan Athala. Setiap kali ia makan steak, Athala teringat tentang hari hari yang telah lalu. Dimana ia hanya bisa melihat orang orang memakan steak tanpa ia pernah merasakannya.

Miris.

Miris

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Athala [ COMPLETE ]Where stories live. Discover now