Bab.25

302 48 2
                                    

Maaf kalau masih banyak typo dan kalimat yg tidak nyambung😂😋


Selamat membaca!!!

Semua kegiatan Dito yang berada di Jakarta sudah terlaksana. Awalnya hanya dua hari tapi karena ulah Rara harus mempertambah perpanjangnya di Jakarta. Pagi ini Dito sudah bersiap akan pulang ke Solo. Sedangkan hubungan Vina dan Deri mulai membaik tapi tidak membuat Vina bisa luluh dalam sekejap harus ada selang hari untuk menenangkan amarahnya.

"Vina aku mau masuk mau ketemu sama Dito."Sepertinya Dito pernah dengar suara itu. Siapa sih pagi-pagi sudah mencari keributan.

"Gak boleh elu itu siapa?"bentak Vina yang tak kalah lantang dari suara Rara yang sangat nyolot.

"Dito! Tolongin!"pintanya.

Keributan yang disebabkan dua belah pihak tersebut membuat telinga Dito merasa berdengung dan ingin menghajarnya mereka berdua. Baru saja Dito mulai bisa menenangkan dirinya tapi karena satu makhluk hidup dengan terpaksa dirinya harus menyelesaikan keributan kecil ini sebelum merambat melebar.

Dito mendesah lirih dan berdecak sebal ketika tatapannya langsung beradu dengan si biang kerok. Tatapan yang menghujam manik matanya untuk menghipnotisnya untuk menyegerakan dirinya untuk melindungi dan meminta belas kasih.

"Vina lepasin!"ucap Dito yang mengaku kalah. Dirinya tak tahan di tatap seperti itu. Dirinya seperti tak mampu dan tak rela bila sang mantan pujaan hatinya menatapnya dengan penuh iba.

"Mas dia ini wanita ular. Dia bisa meracuni kita kalau dia tetap berada disekitar kita."Vina menatap tajam ke arah Rara yang tersenyum simpul dan menoleh ke arah Dito yang sepertinya tak mengubrisnya sama sekali.

Gelora hati Rara merasa berbunga-bunga dan sepertinya berdetak tak karuan. Setelah ada sinar lentera yang akan membawa cintanya kembali tumbuh ke sang belahan hati.

Dengan penuh bangga Rara menghampiri Dito dengan berlari kecil meskipun sebenarnya Dito hanya 3 langkah dari hadapannya."Dito aku mau bertemu sama Bara. Boleh, ya? aku ikut kamu?"pinta Rara seraya menggoyang lengan Dito yang masih diam seraya mencerna kalimat Rara. Bukan bermaksud menuduh Rara yang tidak-tidak tapi perubahan Rara secepat ini.

Reflek mata Vina membola sempurna saat mendengar menuturan mantan kakak iparnya ini."Aku gak mau ya, Mas. Kalau wanita ini ikut dengan kita,"bantah Vina. Kali ini keputusan yang diambal Vina sepertinya tidak bisa diganggu gugat lagi.

Watak Vina sangat keras dan judes tapi Vina mempunyai sisi kelembutan dan pintu maaf selebar dunia ini. Karakternya ini adalah percampuran antara kedua orangtuanya. Tak hayal Deri sangat menyayangi Vina karena wanita keras kepala ini sebenarnya mempunya hati yang berbeda dari wanita lainnya. Anggaplah Vina manusia pemaaf yang hanya ada satu dan itu sudah jadi milik Deri seorang dan tidak dapat di ganggu gugat.

"Please!"mohon Rara seraya menggeser badannya di hadapan Dito dengan menangkupkan kedua telapak tangannya dihadapan Dito.

"Aku gak akan ganggu kamu lagi kok."

"Jangan dengerin Mas. Abaikan aja,"sanggah Vina yang masih diam di tempat dengan sorot mata yang penuh dengki terhadap wanita yang membelakanginya saat ini.

"Vina kali ini biar Mas yang menentukannya. Kamu diam dan segeralah menyiapkan barang-barangmu. Cepat masuk."

"Mas---"

"Vina masuk!"

Vina berdecih sebal dengan terpaksa melangkah masuk ke dalam dan dengan berdosanya Vina sengaja menyenggol lengan pundak Rara dengan sengaja sebagai pertanda peperangan ini belum selesai.

"Apaan sih,"ucap Rara yang sebal dan tak terima. Kalau saja Vina bukan adik iparnya mungkin Rara akan merontokkan seluruh sendi-sendi otot Vina.

Dito berbalik dan melangkah ke arah kursi teras. Sontak Rara langsung mengikuti langkah Dito dan duduk di sampingnya.

Masih tetap sama Rara akan meluncurkan siasatnya."Dito boleh, ya?"

"Berapa lama kamu akan tinggal."

"Satu bulan,"jawab Rara cepat. Dito menegakkan tubuhnya dan menghadap Rara lebih dekat dengan mata yang menyipit penuh teka-teki. Apa gak salah dirinya dan Rara hanyalah mantan istri tak baik berlama-lama tinggal seatap meskipun ada Vina dan ke dua orangtuanya.

"Sebulan. Sepertinya aku tidak mengizinkannya,"tolak Dito.

Rara berpikir sebentar."2 minggu boleh ya."

"Ra kita sudah bercerai tak baik kita berlama-lama dalam seatap,"tegas Dito memberi pengertian.

"Ya udah satu minggu,"pasrah Rara daripada tidak ada kesempatan.

"Nanti aku pikirkan lagi. Sebentar lagi aku mau berangkat."

"Makasih Dito,"ucap Rara seraya memberikan kecupan kecil di bibirnya. Dito terbelalak tak percaya dirinya tak menyadari gerak-gerik Rara yang senekat ini.

Rara beranjak cepat sedikit tergesa dan berlari kecil ke dalam rumah menyembunyikan kegugupan yang melanda hatinya.

Ada apa dengan aku ini kenapa aku senekat ini.

Di lain tempat Vina yang tak sengaja melihat pemandangan yang menjijikan itu di saat dia akan memberitahu bahwa barang yang ia bahwa telah siap ke Dito. Namun langkahnya terhenti saat melihat kepala gadis yang paling ia benci dan hindari telah merunduk dan sedikit condong tepat di depan hadapan Dito. Pikiran Vina langsung menebak hal tersebut.

"Bibit pelacurnya mulai muncul kembali,"ucapnya yang sengaja seraya tersenyum miring.

Abaikan itu semua dan bersikaplah senormal mungkin."Mas aku sudah siap,"tuturnya seraya menatap lawan bicara yang tersenyum kikuk.

"Dah siap, ya,"jawab Dito sedikit bingung. Kejadian beberapa menit lalu masih membekas sempurna di otaknya mungkin butuh beberapa puluh menit untuk melupakan kenangan barusan.

Bruk!

Barang yang dibawa Vina sengaja ia geletakan dengan sedikit kasar. Amarahnya sedikit meredam ketika semua telah terlampiaskan.

"Vina hati-hati."

Vina tetap diam dan berjalan ke arah jok depan mobil.

Dito hanya geleng-geleng kepala menyaksikan adiknya yang mulai kekanak-kanakan.

"Ini mau berangkat."

Langkah Dito terhenti dan menatap sang lawan bicara sekilas dan kemudian melangkahkan kakinya memasuki kamar."Aku ambil barang dulu."

Bibir Rara hanya membentuk huruf O tanpa ada suara yang jelas dan kembali melanjutkan langkahnya kembali.

Di teras Rara masih bingung dan apa yang harus dirinya lakukan untuk saat ini. Tatapan Vina yang terus menghujamnya membuat lututnya sedikit lemas. Kalau saja pertengkaran kembali di rounde ke 2 mungkin Dito tidak akan bisa membantunya lagi untuk menumpang di mobilnya. Sebenarnya Rara bisa saja membawa sopir sendiri tetapi semua itu akan membuat kedekatannya dengan Dito akan berkurang.

"Kenapa kamu enggak masuk?"suara Dito dari arah belakang membuat lamuan Rara sirna dalam seketika.

"Pengen nunggu kamu."

"Owh ya."

"Iya sayang."

Jangan lupa vote!!!!















Salah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now