Bab. 32

369 53 19
                                    







Selamat membaca!!!


Bukan salah pelakunya tapi cara mereka untuk memutuskan perkaranya





Semua tampak tegang dan was-was saat dokter masuk ke dalam bangsal untuk memeriksa Mirna. Dito mondar mandir dan Vina hanya berdiri layaknya seperti patung di depan pintu kamar sedangkan Rudi duduk dan melafalkan sesuatu dengan lirih.

5 menit ketegangan telah berakhir dokter telah keluar dengan senyuman ciri khasnya.

"Ibu saya kenapa Dok,"tanya Vina yang tak sabaran seraya menghadang langkahnya.

Dito dan Rudi tampak terkejut dan bergegas menemui Dokter ingin meminta penjelasan."Istri saya sakit apa Dok?"tanya Rudi yang sangat ingin tau.

"Begini istri ada tidak kenapa-napa hanya saja tekanan darahnya rendah ditambah beliau sedang tak enak badan mungkin karena itulah penyebab istri anda pingsan,"jawab Dokter tersebut seraya menatap Rudi.

"Syukurlah."Dito sangat lega ternyata Ibunya tidak sakit parah atau penyakit yang berbahaya lainnya yang biasanya menyerang orang tua.

"Nanti ada suster yang akan memberikan perawatan untuk istri anda. Kalau begitu saya permisi dulu."Seakan tau Dokter tersebut akan pergi Vina dan Rudi segera memberi jalan dan sesegera mungkin melihat keadaan Mirna yang masih belum siuman.

Dito orang terakhir yang masuk dan lebih memilih duduk di sofa tak berselang lama seorang perawat datang membawa sesuatu yang tak di mengerti oleh tiga orang tersebut.

Satu jam kemudian Mirna mulai siuman dan mencoba berbicara pelan.

"Ibu jangan bicara dulu. Istirahat dulu biar tubuh ibu kembali pulih,"titah Rudi yang sangat posesif kepada istrinya.

Mirna akan mulai bicara tapi lebih dulu dicegah oleh suaminya mau tak mau Mirna menurut dan mulai memejamkan mata lagi.

"Kalian berdua kembali ke rumah aja. Biar bapak yang menunggu ibumu."Rudi menatap Dito sebentar dan berlajut menatap Vina yang masih betah duduk di sampingnya.

"Aku mau di sini. Biar Mas Dito aja yang pulang."

"Mas gak mu pulang sebaiknya kamu aja. Emang kamu gak punya tugas?"tanya Dito seraya mengingatkan Vina.

Vina menggeleng pelan."Bara gimana kalau Mas di sini?"

Dito mendongak dirinya baru tersadar kalau Bara sedang sendiri di rumah meskipun dia titipkan ke Rita.

"Benar kata adikmu pulanglah. Bara pasti mencarimu."

"Tapi pak,"Elak Dito dirinya masih ingin tetap di sini. Ingin melihat keadaan Mirna yang akan membaik.

"Jangan keras kepala. Turuti perkataan bapak."

"Tuh dengerin Mas."

Dito menghela nafas sebentar dan beranjak bangun ingin melihat keadaan Mirna yang masih berbaring."Baiklah aku akan pulang. Kalau ibu sudah siuman. Telpon aku?"pesan Dito seraya mencium dahi Mirna.

Rudi mengelus pelan lengan Dito dan menampilkan sebuah senyuman kepastian."Ibumu akan sembuh. Pulanglah?"

"Jaga bapak sama ibu Vin."

"Iya Mas. Sana pulang."

"Aku pergi dulu."

"Hati-hati To."

"Iya Pak."

=======================

Di perjalanan pikiran Dito hanya terisi nama Bara dan Bara. Sedang apa dia saat ini? Apakah dia sudah makan, tidur apa sedang main? Itu semua terus dipikirkan Dito tanpa henti.

Salah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now