Bab.7

283 42 2
                                    




Selamat membaca!!!

"Rara kamu kenapa pakai baju setebal kaya gini. Kamu lagi sakit,"tanya Tara saat tak sengaja berpapasan dengan Rara di tangga. Barusan dia baru mengambil segelas susu hangat dari dapur untuk menghangatkan tubuhnya.

"Habis renang, tan."

"Jangan lama-lama kalau berenang gak baik."

"Habisnya sudah lama gak renang jadi kangen."

"Makanya suruh buatkan sama suami kamu."

"Kayaknya hanya bisa dalam mimpi,"ucap Rara lirih yang hanya terdengar samar-samar.

"Tante pergi dulu bisa terlambat ini kalau ngobrol terus."Hampir saja Tara lupa hari ini, kan dirinya akan ke butik langgannya dulu.

"Hati-hati, tan."

"Iya."

Kalau saja mewujudkan mimpi semudah membalikkan tangan pasti semua orang tidak akan terlunta-lunta contohnya diriku ini.

Setelah acara tadi sore Dito terpaksa mengampuni mereka berdua membiarkan mereka berenang sesuka hatinya tanpa melihat waktu. Tubuh menggigil, gigi bergemelutuk baru mereka sadar untuk segera beranjak dari air genangan itu.

Bara sudah rapi dengan setelan baju tidurnya di jam sore seperti ini. Saatnya untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda---meminta laporan kepada karyawan yang selama ini ia beri pertanggung jawab yang sangat besar dan sangat ia percaya.

"Tidak ada masalah, kan selama seminggu ini saya tinggal."

"Tenang pak tidak ada masalah."

"Baguslah."

"Hampir saja lupa, tadi siang ada dua wanita yang mau melamar di kafe ini, pak."

"Karyawan bagian cuci piring, apa sudah kembali masuk? Kalau selama seminggu belum sembuh lebih baik dua wanita itu kamu terima dulu. Nanti kalau dia ...siapa namanya saya lupa. Intinya terima saja pelamar itu."

"Baik, pak nanti saya kabari Laras."

"Usahakan memberikan pelayan yang terbaik. Saya tidak mau ada komplen atau kritikan kurang menyenangkan dari mereka."

"Siap, Pak."

"Saya tutup dulu telponnya."

"Baik, pak."

Sejak tadi wanita berpiyama merah mencolok itu mengamatinya dengan jeli dan detail hingga semua pembicaraan tadi ia simak dengan baik-baik.

"Sejak kapan kamu di situ?"tanyanya yang menyelidik seraya menatap lekat ke arah wanita itu.

"Sejak zaman purba,"jawabnya yang enteng seraya melenggang pergi.

"Besok kamu ada jadwal makul, kan."

"Gak ada."

"Jangan bohong kamu."

"Gue gak bilang bohong."

"Bener kamu gak ada makul."

Dengan cepat Sena mengangguk dengan raut wajah datar tapi di balik itu semua dia menyembunyikan kegugupan dalam hatinya. Apalah daya Sena hanya jalur ini yang ingin ia tempuh yaitu bersenang-senang dan meluangkan waktu yang berharga di tempat mewah ini.

Bara datang menghampiri Dito untuk meminta di gendong dan menatapku dengan kekehan kecil."Gak ada yang lucu, ya."Seketika raut wajah Bara berubah sendu dan menunduk.

"Rara!"

"Iya."

"Bisa engga jawab yang halus dan baik-baik."

Salah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now