Bab. 18

279 44 21
                                    





FYI.

Sebenarnya aku buat cerita ini terinspirasi denger lagu agnes monica yang judulnya salah jatuh cinta....sumpah liriknya sedih banget....kayak hacur banget gitu....sudah jatuh cinta tapi salah....kayak apes bat😞😞








Selamat membaca!!!!!!!

"Nanti aku akan kirim surat perceraian kita. Semuanya biar aku urus kamu tinggal mendatangi ke persidangan."Dito sudah bersiap akan pamit pulang. Dirinya akan selalu ingat kenangan rumah ini dan tak akan melupakan kebaikan mertuanya. Saat dirinya akan pulang tidak ada yang menjamunya hanya ada Rara. Mungkin anggota yang lain masih bersedih dan kecewa dengan keputusan ini.

Rara tak menyahuti tapi telinganya masih mendengar baik perkataan mantan suaminya ini. Pikirannya kacau dan merasa bimbang antara cara ini salah atau benar.

"Rara kamu kenapa?"tanya Dito yang merasa aneh dengan tatapan Rara.

"Nanti hubungin aku kalau persidangannya dimulai."

"Mama sama papa dan lainnya baik-baik sajakan."Dito ingin memastikan kembali kalau mereka benar-benar baik saja.

Rara mengangguk pelan seraya mendongak menatap Dito.

"Jaga dirimu baik-baik. Aku pamit dulu."pamitnya. Dito menghela nafas pelan menatap tak tega untuk melepas wanita yang sudah menduduki tahta dihatinya.

"Kamu ...gak jadi pulang?"Pertanyaan Rara seperti usiran untuk pria yang masih melamun tepat di hadapannya ini.

Dito mengerjab sedikit salah tingkah."Iya ini aku akan pulang. Aku pamit dulu. Jaga dirimu baik-baik,"lirihnya.

"Tadi kamu udah bilang."

"Udah, ya,"jawab Dito sedikit malu.

===============================

Beberapa bulan kemudian.

Detik ini aku telah dinyatakan sah dalam agama maupun negara bahwa aku bukan istri Ardito Maulana Malik melainkan sudah berstatus menjadi janda satu anak dengan status baruku ini aku akan memulai kehidupanku dengan semaksimal mungkin.

Dia tampak menerimanya dengan baik tapi aku bisa melihat jelas dalam manik matanya dia masih menyimpan rasa untukku. Baik itu rasa cinta maupun rasa iba. Aku sudah tidak peduli lagi. Hari ini aku harus menata hidup baruku dan menghapus kenangan pahitku bersamanya meskipun aku dan dia hanya dua manusia yang terjebak dalam belenggu takdir yang salah.

Meskipun kejadian waktu itu murni bukan kesalahannya tetap saja aku masih membencinya. Seharusnya waktu itu dia bisa mengendalikan dirinya untuk tidak menyentuhku dan aku masih mengingat percintaan yang sangat menjijikan itu.

"Lepasin bajingan,"teriakku terus meronta saat aku merasakan dirinya akan mencapai puncak.

"Ah ...ah ...Rara kita akan sama-sama sayang. Tiaraaaa."Akhirnya semua pertahananku runtuh seketika saat di memuntahkan semuanya di dalam sana tanpa bisa aku mencegahnya.

"Tiara ...Tiara ...aku cinta ...Tiara."

Menjijikan.

Mungkin mantan suamiku itu tidak bisa mengingat betapa nistanya saat dia melakukan hal itu.

Sejak kepulanganku kembali ke rumah aku sudah tak mendengar kabar atau keadaan Bara. Aku tidak ingin menemuinya karena aku tau pasti dia akan terus bertanya lebih baik ikatan ini berhenti sampai di sini saja daripada Bara akan terluka.

Semoga kamu akan menemukan seorang wanita yang dapat melimpahkan kasih sayang untuk anak kita nanti.

"Apa kamu bahagia?"tanya mantan suamiku ini seraya menatapku. Saat ini aku dan dia berada di parkiran.

Salah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang