Bab. 11

282 45 6
                                    


Selamat membaca!!!!

Gak sengaja denger di spotify.... enak baget lagunya dan syahdu di telinga😙😙😚😚 pas di bagian rossa nyanyi.

Kemana kaki melangkah
Kemana semua berpijak
Hanya aku tempatmu
Mendasari segalanya

Ku berkawan dengan semua
Menghidup dan bernyawa
Yang tumbuh yang berakar
Kumemeluk semua

Kau tancapkan terapung padaku
Bagaikan benih yang kan kuasuh
Namun kumenangis bila saja
Kau tak mencintai dan mengabaikanku

Ku bagai permadani dunia
Menghampar cantik menampung semua
Bila kau sentuhku dengan cinta
Kekayaan dunia pastilah akan kau dapat







"Elo kenapa sih, Ra? Ada masalah cerita dong. Guekan jadi bingung lihat lo terus diam kayak gini,"omel Bila menatap Rara yang terus diam seraya menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya.

Aku memilih kabur ke rumah Bila karena hanya Bilalah yang mau menerima dan mendengar setiap masalahku.

Bila cukup terkejut saat tamu yang mendatangi rumahnya adalah diriku. Pasalnya aku ke sini tanpa memberitahunya dan tak biasanya jam segini aku datang ke rumahnya.

"Terus kenapa elo bolos kuliah?"tanya Bila curiga.

Aku terdiam dan terus menenangkan kepalaku yang tak mau berkompromi dengan perasaan ini.

"Gue capek bil. Gue pengen kayak elo sama Yoza,"tangisku pecah aku sudah tak kuat lagi memikul beban ini.

"Makanya elo cerita dulu biar gue paham apa yang elo bicarakan saat ini."

"Gue bingung mau jelasin bagaimana,"jawabku seraya mengangkat kepalaku dengan sedikit tersedu-sedu aku memberanikan diri menatapnya.

"Coba elo cerita pelan-pelan,"usulnya dan tetap membujukku. Awal pertama aku ingin menceritakan ini semua entah mengapa mendadak aku menjadi gelisah dan takut untuk memberitahunya sama saja aku membuka rahasia sekaligus aib yang selama ini aku tutupi bertahun-tahun.

"Gue mau tanya kalau elo tinggal satu atap sama orang yang paling elo benci. Rasanya gimana?"tanyaku sedikit ragu-ragu.

"Gue gak tau rasanya seperti apa. Tapi apa salahnya sih memandang orang tersebut bukan dari sisi kelakuan yang membuat elo benci coba elo pandang dia dari sisi kebaikan, tulusnya dan saat dia membantu elo. Pasti gak mungkin kalau tinggal satu atap elo bakalan gak minta bantuan sama dia meskipun hanya kecil,"tuturnya seraya duduk bersila di hadapanku.

Aku mencoba merenung dan mencerna perkataan Bila memang benar selama ini dia baik, selalu menjagaku, merawatku ketika sakit, memyembuyikan kesalahanku di depan mama, papa, kak Rangga, dan selalu memberikan uang yang tentunya lumayan banyak. Terkadang aku juga sering membentaknya tapi tetap saja dia perusak hidupku. Aku gak sudi kalau sepanjang hidupku harus menua bersamanya. Setiap kali aku menatapnya aku selalu teringat kelamnya malam itu.

"Kalau dialah dalang rusaknya masa depan lo. Elo masih bisa mengubur kebencian itu?"tanyaku sekali lagi. Hatiku sudah membeku dan tidak memungkinkan mencair dalam sekejap hanya dengan kata maaf.

Bila menarik nafas panjang dan menghembuskan pelan seraya memegang ke dua pundakku. Aku menatap jemarinya saat menyentuh pundakku. Kali ini bukan tatapan kesedihan tetapi tatapan tajam yang selama ini tak pernah aku lihat."Kalau elo bisa memaafkan orang itu pasti elo bisa melupakan kesalahannya,"ucapnya tegas dan sedikit mencengkeram pundakku.

Sedikit sakit sih.

"Elo apa-apaan sih. Sakit tau,"tegurku seraya menggeliatkan tubuhku.

"Makanya elo itu harus dewasa. Elo harus dengar baik-baik perkataan gue tadi. Apa salahnya sih elo mencoba berdamai dengan keadaan. Ketika elo sudah berdamai pasti elo hanya ingat kenapa hari begitu cepat tanpa elo sadari bahwa elo telah mengarungi waktu bersama orang yang paling elo benci."

Salah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang