Bab. 14

264 56 10
                                    








Selamat membaca!!!!!





"RARA!"

Mendadak aku familiar dengan suara itu. Aku menoleh ke belakang dan menemukan dia, suamiku. Apa yang dia lakukan di sini. Sangat memalukan. Dengan langkah gontai aku mendekatinya yang berdiri mematung di area restoran ini. Tak punya malu.

"Elo apa-apaan sih. Teriak-teriak kayak ora gila. Elo gak punya malu,"marahku seraya menarik pergelangan tangannya ke luar. Namun, suamiku ini tetap bersikukuh untuk mempermalukan diriku dan tentunya dirinya sendiri.

"Malu! Seharusnya aku yang harus tanya seperti itu sama kamu. Istri pergi dengan pria lain itu namanya gak punya malu. JAWAB!,"bentak Dito seraya menekankan kata akhir.

Rara gelagapan dan merasa kecewa atas tindakan Dito yang sangat memalukan. Mata pengunjung bukan menikmati menu yang mereka pesan atau dekorasi tempat ini namun, menatap tanpa kedip ke arah Rara dan Dito yang berada di ujung pintu masuk.

Kebetulan Dion sedang ada urusan sebentar entah menerima telpon atau ke kamar mandi---sialnya Rara tak mencium sama sekali awal kehadiran suaminya di tempat yang sangat romantis ini.

"Ayo keluar. Kita bicara di luar."Aku berjalan duluan dan ekor mataku melirik ke samping, tampak Dito mau dan mengikutiku dari belakang. Ku bawa dia ke tempat yang lumayan sepi.

"Kok elo bisa tau gue di sini."

"Gak usah tanya itu. Apa jangan-jangan kamu takut perselingkuhanmu terbongkar,"ucap Dito dengan senyuman mengejek.

Rara berkacak pinggang dan melangkah satu langkah ke depan tepat di depan dada Dito. Rara mendongak."Jaga omongan lo. Dari pada elo yang hanya bikin gue malu dan elo itu pembawa sial buat gue."

Dito merasa terhantam beberapa belati yang menusuk hatinya. Sangat menyiksa dan tentu saja terluka."Bisakah kamu berbicara yang sopan terhadap suamimu ini,"ucapnya lirih pilu.

"Sudah cuku---"

"Bicara sama siapa, Ra?"tanya sesorang yang langsung membuat Rara bungkam dalam sekejap.

Dito menoleh ke pria itu. Sama seperti waktu itu. Dasar manusia rendahan.

Rara mulai berjalan menghampiri Dion tapi Dion lebih dulu berjalan ke arah mereka dengan tanda tanya tercipta di raut wajahnya. Rara gugup dan meremas gaunnya dengan kasar.

"Dion kok kami di sini?"tanya Rara gugup.

"Kamu siapanya Rara?"Bukannya menyahuti atau menjawab pertanyaan Rara. Dion lebih dulu menyela dan menayai Dito.

"Saya suaminya,"ucap Dito cepat dan lantang.

"Kamu...,"Rara menatap Dito tak percaya.

"Apa benar, Ra?"

Rara bungkam dan menatap sendu ke arah Dion yang berlalu pergi tanpa mau menunggu alasan yang sebenarnya.

Rara akan mengejar Dion tapi tangan Dito mencekalnya menariknya paksa untuk menatapnya."Selama ini aku salah apa sama kamu. Hingga kamu begitu kejamnya mencampakkan aku begitu saja."Kali ini di pelupuk matanya keluar air mata kerapuhan. Hatinya sesak saat harus mengucapkan kata tersebut. Sangat menyakitkan. Bukannya Rara luluh tapi dia memilih meronta untuk di lepaskan dan lebih memilih pria lain.

"Dion tunggu!"teriak Rara seraya berlari mengejarnya tanpa memperdulikan betapa terluka dan hancur sosok pria yang selalu menanti kepulangannya untuk mengucapkan kata sakral itu"maaf."

"Dion aku mohon dengarkan penjelasanku,"mohonku seraya menarik tangannya.

"Kejelasan apa semua sudah jelas. Kamu sudah menipuku. Apa kamu ingin menipuku sekali lagi."

Salah Jatuh CintaWhere stories live. Discover now