"Tenang Ares, jangan panik gue ada" Kata Aurora

"Lo dimana?" Kata Ares lagi

"Tenangin diri lo Ares, disituasi seperti ini lo hanya butuh ketenangan" Kata Aurora. Kata kata itu seperti sebuah wejangan, dan Ares perlahan mulai tenang

Dor

Dor

Bunyi tembakan kembali membuat Ares panik

"Ra.." Panik Ares

"Gue bilang tenang Ares" Titah Aurora

Dor

Dor

Semakin lama bunyi itu semakin jelas, Ares berusaha tetap tenang seperti yang Aurora bilang tadi

"Cari pusat bunyinya Ares, dengan itu lo bisa tau dari mana peluru itu di tembakan" Kata Aurora

Dor

Dor

Dor

Ares memejamkan matanya dan mulai mencari di mana pusat bunyinya, keadaan yang gelap seperti ini membuatnya semakin sulit, bahkan Ares dari tadi hanya mendengar suara Aurora saja tapi tidak melihat orangnya

"Sudah Ares?" Tanya Aurora membuat Ares mengangguk walaupun Aurora tidak melihatnya tapi Aurora yakin pasti Ares sudah bisa menemukan pusat bunyinya

"Sekarang apa yang akan lo lakuin jika ada tiga peluru menuju kearah lo" Tanya Aurora

"Menghindar" Kata Ares mantap

"Yakin bisa? Kalau lo hanya bisa menghindari salah satunya, gimana?" Tanya Aurora lagi

"Gue bakal hindarin peluru yang potensinya paling besar menyebabkan kematian" Kata Ares tanpa ragu

Di ujung sana Aurora tersenyum "kalo gue bilang peluru pertama menuju ke arah kepala lo, peluru kedua menuju ke jantung lo, dan peluru ke tiga menuju ke perut lo, yang mana yang bakal lo hindarin?" Cerca Aurora

Ares terdiam, ketiganya sama sama berbahaya, membuat Ares bingung. Tapi kalau di tanya yang paling bahaya maka Ares akan menjawab

"Gue hindarin yang menuju kepala" Kata Ares mantap. Karena dalam pikirannya kalau jantungnya tertembak bisa saja dia mencari donor jantung. Tapi kalau kepala, tidak bisa di donor

Prokk

Prokk

Prokk

Aurora bertepuk tangan membuat Ares bingung, apakah jawabannya salah?

"Bagus Ares, cukup untuk hari ini, sekarang waktunya hukuman" Kata Aurora

Ares terkesiap, dia kira tadi itu hukumannya tapi ternyata belum sama sekali, what the hell?!

Tak

Saklar lampu menyala, ruangan gelap itu seketika menjadi terang, Ares mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya. Matanya meneliti setiap penjuru ruangan. Kosong, tidak ada apa apa disini, lalu tadi apa? Kenapa pada saat Ares meraba raba tembok, seperti ada senjata senjata tajam? Mungkin hanya halusinasinya saja.

Aurora berjalan menghampiri Ares yang masih berdiri kaku "ayo, ngapain lo disini" Ajak Aurora membuat Ares tersadar

Ares berjalan mengikuti Aurora, sampai di depan pintu Aurora kembali mengunci ruangan itu. Setelahnya mereka berjalan menuju ke ruang tv

Aurora menyalakan tv dan duduk di sofa diikuti Ares yang bingung akan melakukan apa

"Jangan pernah melupakan setiap kata yang gue berikan tadi Ares" Kata Aurora

"Iya" Singkat Ares

"Sekarang waktunya hukuman" Kata Aurora semangat tapi tidak dengan Ares yang merenggut

"Emangnya gue ngapain pake di hukum segala?" Tanya Ares datar

"Lo nggak tau kesalahan lo?" Tanya Aurora dengan mata memincing

"Gue nggak ada kesalahan" Kata Ares

"Gue peringatin ya! Berhenti nyuruh cunguk cunguk bodoh lo itu ngikutin gue, atau lo bakal tanggung akibatnya" Ancam Aurora, tanpa sadar Ares mengangguk

Cup

Aurora mengecup bibir Ares tiba tiba, membuat Ares menatapnya tajam

"Hukuman pertama" Kata Aurora santai

"Ck, modus ya lo!" Decak Ares

"Eitss...nggak boleh protes sayang" Kata Aurora

"Huft...jadi hukuman selanjutnya apa?" Tanya Ares

"Peluk gue selama 30 menit" Enteng Aurora membuat Ares mendelik

"Heh enak aja lo" Kata Ares tak terima

"Ouhh atau lo mau gue tambahin warna ungu di muka lo" Kata Aurora

"Enggak enggak" Kata Ares spontan menutupi wajahnya

"Yaudah peluk" Kata Aurora merentangkan tangannya

Grepp

Terpaksa Ares memeluk Aurora dengan erat yang dibalas tak kalah erat oleh Aurora

Hangat. Batin keduanya tanpa sadar

Tangan mungil Aurora mengelus kepala Ares lembut, namun kali ini Ares tidak protes malah semakin mengeratkan pelukannya

"Ares..." Panggil Aurora

"Hmm" Gumam Ares tidak jelas karena kepalanya berada di ceruk leher Aurora

"Gue mau ngomong serius sama lo" Kata Aurora

Ares tengah asik menghirup wangi vanila yang ada di tubuh Aurora, entah kenapa membuat Ares tenang

"Apa?"

"Gue mau lo menjauh dari boneka santet!" Kata Aurora

"Boneka santet?"

"Iya si Anabel" Kata Aurora dengan bibir mengerucut

Tanpa sadar Ares mencium Aurora tepat di bibirnya. Seakan tersadar Ares buru buru memalingkan wajahnya, sedangkan Aurora kini pipinya memerah dan matanya melotot

"ARESSS TANGGUNG JAWAB LO, JANTUNG GUE DUGEM" teriak Aurora di telinga Ares membuat sang empu menutup telinganya rapat rapat

"Toa" Cibir Ares

"Heh, sekarang lo berani cium cium gue" Goda Aurora

"Apasih" Ares memalingkan wajahnya

Aurora buru buru kembali memeluk Ares dengan erat karena tadi sempat terlepas saat Ares menutup telinganya. Ares yang malu pun menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Aurora

Akhirnya mereka menghabiskan waktu sambil berpelukan sampai ketiduran








****
Jangan lupa tekan bintang ⭐
See you next part👋
Love you all 💚🧡💛💙💜🖤♥

Secret Crazy Girl [Terbit]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora