09

136K 16.4K 1.2K
                                    

ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ!
.
.
.

Hari ini adalah hari Senin, Ares sengaja berangkat lebih pagi. Entah mengapa, dia pun tak tahu.

Sekolah masih terlalu sepi, Ares memutuskan untuk menyusuri koridor dengan santai. Sudah lima kali pemuda itu berjalan mengelilingi sekolah. Dia seperti menunggu sesuatu, tetapi juga tidak tahu apa yang ditunggu.

Ares mengembuskan napas lelah. Dia memutuskan untuk pergi ke taman belakang.

Sampai di sana, Ares mendudukkan diri di rerumputan, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

Dia merasa, akhir-akhir ini seperti ada suatu kekosongan di dalam hatinya. Entah apa, tetapi Ares tidak terlalu memusingkan hal itu. Namun, makin Ares berusaha abai, rasa tak nyaman itu makin menggerogotinya.

"Arghh .... Gue kenapa, sih?!" teriak Ares dengan menjambak rambutnya frustrasi. 

Puk!

Sebuah tepukan membuatnya menoleh. Rerlihat seorang gadis mungil yang beberapa hari ini menyita hampir seluruh pikirannya. Sekarang dia melihatnya dengan jelas. Gadis itu berdiri di hadapannya.

"Kenapa?" tanya gadis itu dengan alis bertaut.

"Ngapain lo kesini?" sinis Ares. Ucapannya sungguh bertentangan dengan isi isi hatinya.

"Kenapa?" Gadis itu bertanya lagi tanpa mengindahkan pertanyaan tak bersahabat Ares sebelumnya.

Ares mengalihkan pandangan. "Nggak pa-pa."

"Ares enggak kangen sama Rara?" tanya Aurora dengan senyum yang menampakkan deretan giginya.

"Enggak," jawab Ares cuek, makin berusaha untuk tidak menatap Aurora.

"Tapi Rara kangen Ares. Rara kangen gangguin Ares tiap hari. Kangen lihat Ares marah-marah. Kangen ngikutin Ares," oceh Aurora yang tak ditanggapi Ares.

Ares yang sedari tadi mengalihkan pandangan, mendadak tersentak kala merasakan pelukan erat ditubuhnya.

"I miss you so much," bisik Aurora tepat di telinga pemuda itu, membuatnya meremang.

Tanpa alasan yang jelas, kegelisahan yang Ares alami selama beberapa hari ini, perlahan menghilang saat semakin eratnya pelukan Aurora. Ares hanya diam tanpa niat membalas atau melepaskan.

"Do you miss me?" tanya Aurora sembari menatap langsung manik mata Ares.

Pemuda itu tertegun melihat mata indah gadisnya. Beberapa detik mereka saling menatap sampai kemudian Ares berdeham sembari berusaha melepaskan pelukan mereka, dan berhasil.

"Kenapa dilepas, sih?" tanya Aurora kesal.

"Nggak enak kalo diliat orang," balas Ares tanpa ekspresi.

"Oh, kalo di tempat sepi berarti Ares mau dong?" Aurora menaikturunkan alisnya.

Ares memutar bola matanya malas. "Ck, mulai lagi."

Pemuda itu memilih kembali ke kelas. Tak lupa diikuti Aurora yang senantiasa mengoceh dan Ares hanya menanggapi dengan singkat. Di depan kelas Ares, mereka bertemu dengan Arthur, Rey, dan Darren.

"Oi, Ra! Lo kok baru keliatan sih, kemana aja?" tanya Darren terlihat antusias.

"Iya Ra, asal lo tau selama nggak ada lo, si Ares udah ka–" Ucapan Rey terpotong saat Ares menatapnya tajam.

"Ares kenapa? Kangen ya sama Rara?" tanya Aurora dengan percaya diri.

"Nggak / iya." Secara bersamaan Ares dan Arthur menjawab, kemudian mereka saling pandang.

Secret Crazy Girl [Terbit]Where stories live. Discover now