04

154K 18K 1.1K
                                    

Happy Reading
.

.

.

Enjoy!

Bel pulang telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Murid-murid berhamburan meninggalkan area sekolah untuk pulang ke kediaman masing-masing. Namun lain dengan Ares, Aurora, dan teman-temannya, mereka mengundurkan waktu pulang untuk menonton balapan antara ketua geng dan seorang gadis mungil. 

Mereka semua kini sudah berada di sirkuit Atlanta. Jalanan yang memang khusus untuk balapan, baik resmi maupun balapan liar. Jalanan yang sudah tidak terpakai tetapi cukup bersih karena tidak ada pepohonan di tepinya.

Terlihat Aurora yang memasang wajah lugu seperti biasa, dan Ares dengan raut lempeng dan tatapan tajam andalannya.

"Ra,  lo yakin bakal baik-baik aja? Ini balapan, Ra, balapan!" Fani mengguncang bahu Aurora dengan heboh membuat sang empu memutar bola matanya malas.

"Lo bener bener gila, Ra. Kalo lo kenapa-napa gimana?" Adel menyahut cemas.

"Iya, Ra. Lo jangan nekat deh. Inget,  lo itu cewek!" Valen mencoba membuat Aurora mengurungkan niat untuk menantang Ares.

"Kalian tenang aja,  Rara pasti menang. Gimana kalo kita taruhan?" Aurora menaik turunkan alis dengan senyum tengil.

"Taruhan?" beo mereka.

"Ho-oh, kalo Rara menang, besok kalian traktir Rara sepuasnya. Kalo Rara kalah, Rara traktir kalian sepuasnya, gimana?" tanya Aurora memberi penawaran

"Terserah lo deh, yang penting lo hati-hati!" peringat Fani sudah pasrah.

"Iya, jangan lupa berdoa," kata Adel.

"Semangat, Ra!" seru  Valen tersenyum.

"Sip lah." Aurora mengacungkan kedua jempol.

Selepasnya, gadis itu berjalan dengan percaya diri menghampiri Ares dan para sahabatnya. Ares memandang Aurora remeh, jika dilihat dari postur tubuhnya Aurora memang seperti gadis biasa. Dapat Ares pastikan dia akan mengalahkan Aurora demi harga dirinya.

"Hai, calon pacar Rara!" sapa Aurora sambil cengengesan saat sampai di depan mereka, membuat Ares memutar bola mata jemu.

"Udah siap? Langsung aja," ucap Ares ketus seperti biasa.

"Kemana, Res? Ke pelaminan? Ayo atuh sekarang gas!" Aurora mengatakan dengan semangat.

Ares mengepalkan tangan dan menggeram kesal. "Serius bocil!"

"Bocil? Wah, Ares punya nama kesayangan buat Rara? Ish, Rara jadi baper." Aurora memukul bahu Ares malu-malu. Arthur, Darren, dan Rey sontak terbahak melihat respon Ares yang menepis tangan Aurora dan tatapan ngeri yang pemuda itu layangkan pada Aurora.

"Cepetan!" ujar Ares sewot.

"Eits, tunggu dulu. Sebelum mulai, kita harus buat kesepakatan," kata Aurora serius.

"Elah, lama banget dari tadi kagak jadi mulu," gerutu Rey yang mulai jemu.

"Kesepakatan naon, Cantik?" tanya Darren sabar.

"Apa?" tanya Arthur sambil bersedekap. Ares hanya menaikan satu alisnya.

"Yang menang boleh minta apapun sama yang kalah." Aurora tersenyum penuh makna.

Ares mengangguk tanpa pikir panjang. "Oke."

"Udah, kan?" tanya Arthur yang diangguki Aurora.

"Ya udah ambil posisi!" titah Rey.

Secret Crazy Girl [Terbit]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora