"Boleh, Mas," jawab wanita itu dengan manja. Dia mengira Aurora adalah seorang lelaki karena mengendarai motor sport dan pakaiannya yang tomboi, Aurora juga mengubah sedikit suaranya agar terdengar berat.

"Sini Mbak deketan," ucap Aurora tanpa membuka helmnya. Dari balik helm full face, dia menyeringai. Wanita itu pun mendekatkan wajahnya ke arah Aurora.

Jleb!

Sesuatu yang tajam tanpa di duga tiba-tiba tertancap di mata wanita itu membuat nya melotot dan berteriak kesakitan.

"Arghhh!"

Aurora tersenyum puas, tanpa permisi ia kembali melajukan motornya, meninggalkan wanita itu dalam kondisi mata yang tertusuk pisau.

Aurora masa bodo, kalau mati ya syukur kalau hidup juga tidak masalah. Aurora hanya membantu tuhan mencabut nyawa, kalau sudah takdir ya mati kalau belum ya hidup. Setidaknya Aurora sudah berusaha.

Usaha mengantarkan nyawanya.

Aurora kembali ke mansion dengan perasaan puas. Entah  kenapa setelah melukai seseorang itu, hasrat yang sedari tadi menggebu-gebu kian menurun.

Malam ini Aurora tidur dengan nyenyak, walaupun lukanya masih menganga karena Aurora sengaja tidak mengobatinya, dia hanya menyiram tubuhnya guna menghilangkan jejak darah.

*****

Pagi telah tiba, Ares dan teman temannya kini sudah sampai di parkiran sekolah. Jika biasanya mereka menjadi pusat perhatian, sekarang murid murid malah membicarakan sesuatu yang janggal.

"Lo tau nggak berita itu?"

"Tau, ihh serem banget ya sampe mual gue bayanginnya".

"Iya nggak nafsu makan gue."

"Gue jadi takut kalo keluar malem."

"Semoga aja polisi cepet nemuin pelakunya deh."

"Iya biar nggak ada korban lagi."

Ares mengernyit, apa yang mereka bicarakan? Kenapa heboh sekali?

"Lo tau apa yang mereka omongin?" tanya Ares pada para sahabatnya.

"Nggak." Mereka menjawab kompak.

"Eh Dek!" panggil Rey pada salah satu adik kelas yang lewat.

"I-iya k-kenapa Kak?" tanya adik kelas itu gugup. Siapa yang tidak gugup berbicara pada para anggota inti Alleric yang mempunyai paras diatas rata rata?

"Mereka pada ngomongin apa sih?" tanya Darren penasaran.

"I-itu Kak, coba Kakak cek ponsel aja," jawab adik kelas itu.

"Oh oke thanks," singkat Arthur lalu matanya mengisyaratkan adik kelas itu segera pergi.

Ares dan teman temannya segera membuka ponselnya.

"Telah ditemukan sosok mayat perempuan dengan kondisi mengenaskan dengan mata tertusuk pisau. Di jalan Mawar, diperkirakan wanita itu terkena begal. Namun, polisi belum bisa memastikan kebenarannya."

"Gila sih sadis banget." Darren menggeleng tak habis pikir.

"Yakali begal bisa segitunya." Rey sedikit bingung.

"Menurut lo gimana?" tanya Arthur pada Ares yang sedari tadi memasang wajah dingin.

"Bukan begal, tapi orang yang cukup berbahaya," ucap Ares serius.

"Kok lo bisa tau?" tanya Darren.

"Lo pernah denger begal nusuk mata orang?" tanya Ares masuk akal.

Benar bukan? Seorang begal biasanya akan melukai korbannya di bagian punggung dan perut, atau memukul kepala korban dengan benda tumpul. Apa kalian pernah mendengar berita, seorang begal menusuk mata korban?

"Apa mereka anak geng motor?" tanya Rey menerka-nerka.

"Kemungkinan besar dia lebih dari anak geng motor," ujar Arthur menyimpulkan.

"Jadi kita bakal nyari tau tentang ini nggak?" tanya Darren.

"Nggak perlu, nggak ada untungnya," kata Ares tak acuh membuat mereka mengangguk.

Lagi, Ares mengacuhkan sesuatu yang penting.

Ares dan teman temannya kembali melanjutkan jalan menuju kelas. Ares mengernyit saat tidak mendapati tanda tanda seorang gadis yang biasanya akan muncul mengucapkan selamat pagi pada Ares. Tapi Ares baru ingat kalau kemarin dia menyuruh gadis itu menjauh.

"Bos, tumben si Rara nggak gangguin lo?" tanya Darren pura pura tidak tau.

Seketika suasana menjadi tegang saat Ares menajamkan matanya pertanda dia tidak suka topik ini.

"Entah," kata Ares singkat

"Lo ada masalah sama dia?" tanya Darren lagi, suasana makin memanas tapi sepertinya memang Darren sengaja memancing.

"Nggak." Ares berujar semakin dingin.

"Lo kenapa sama dia Bos, ka---" Ucapan Darren terpotong.

"Shut up!" desis Ares.

"Udah yuk ke kelas," ucap Rey mengalihkan pembicaraan.

"Ayo," ujar Arthur datar, dia berusaha untuk tidak membuat Ares kian emosi.

Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kelas. Seorang gadis cantik sedari tadi mengikuti Ares dan para sahabatnya sejak di parkiran untuk memastikan Ares aman.

Aman, batin Aurora saat mendapati Ares sudah masuk ke kelas dengan selamat

Sedikit berlebihan memang tapi itulah Aurora, dia menjalankan tugas dari kakek Alexander dengan se-profesional mungkin agar tidak mencampurkan masalah pribadinya dengan tugasnya. Meskipun kini cara kerjanya berbeda dari sebelumnya. Yaitu mengawasi dari jauh.

*****
Follow Instagram:

@lalae_mtrsr

@auror_aathalla

@aresaldbrn

@arthurrajanendra

@darre_nganteng

@adimasreynaldo4

@allericcrew

Secret Crazy Girl [Terbit]Where stories live. Discover now