25-What's Wrong?

4 4 0
                                    

WARNING❗️❗️❗️
Jika tidak dibaca mohon tidak boomvote
Terima kasih

Akhir-akhir ini ketiga cowok dari fivepower harus disibukkan dengan latihan basket. Hampir tiap hari mereka harus latihan fisik dan lain sebagainya. Hari libur pun juga digunakan sebagai hari latihan. Mereka semua mengerahkan segala usaha agar kelak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Tak terasa tinggal sehari lagi turnamen bakset itu akan terlaksana. Dengan sisa waktu yang tersisa, anggota basket yang terpilih semakin giat dalam latihan. Keesokan harinya mereka harus segera bertanding. Baik tim inti maupun cadangan tak dibiarkan lengah. Mereka semua harus bergerak.

Berhubung telah dilaksanakannya ujian akhir semester jadi beberapa hari ini siswa dan siswi kebanyakan nganggur. Tak ada kegiatan belajar mengajar. Guru-guru pun sibuk untuk mengisi rapor murid-muridnya. Kesempatan ini dijadikan Pak Herry untuk melatih anggota basket yang akan maju ke turnamen.

***

Al, Randy, dan Tora sudah siap dengan seragam basketnya. Mereka melakukan serangkaian pemanasan sebelum memulai latihan pagi hari ini. Dengan setia Meira dan Cici senantiasa menyaksikan ketiga cowok itu latihan. Meira dan Cici juga mempersiapkam air mineral untuk triple cogan itu kalau-kalau mereka butuh minum.

Cici melambaikam tangan ke arah Tora, namun disambut oleh mereka bertiga. Karena kebiasaan sepaket jadi mereka merasa lambaian tangan Cici itu untuk mereka bertiga.

"Kok malah ketiganya sih," benak Cici.

Cici duduk di samping Meira, mereka berdua juga siap dengan beberapa snack untuk menemani mereka berdua.

"Kalo cowok peluhnya netes gitu gantengnya nambah tau," gumam Cici.

Cici menatap salah seorang cowok yang lagi memainkan bola basketnya di tengah lapangan. Tak hentinya Cici tersenyum dan matanya pun berbinar-binar. Sudah dapat dipastikan siapa yang sedang ditatap oleh Cici saat ini.

"Santai aja kali liatnya," Meira menyolek Cici dengan tangannya dan hal itu memebuyarkam konsentrasi Cici.

"Suka-suka gue,"

"Kalo suka ungkapin kali," ledek Meira.

Mendengar Meira bilang begitu Cici langsung menghadapkan wajahnya kepada Meira.

"Mohon maaf, tadi ibu bilang apa?" Cici ingin mendengar perkataan Meira lebih jelas lagi.

"Kalo suka ungkapin," ulang Meira.

"Jadi gini ya berhubung gue masih memiliki dan mempunyai rasa malu sebagai wanita yang budiman nan cantik ini, jadi pantang bagi gue untuk bilang suka ke seorang kaum lelaki,"

"Tapi kalo lo diem dan dia gak tau lo suka sama dia, lo mau mendam sampai tua?"

Balasan menohok dari Meira membuat Cici jadi resah. Cici terbayang akan masa tuanya sepeti apa yang dikatakan Meira.

"Gue yakin dia pasti juga suka sama gue,"

"Yakin?"

"Yakinlah, buktinya dia pernah romantisin gue pas lagi dipuncak dan lo liat sendiri kan pakai mata kepala lo,"

Meira mengingat-ingat kejadian itu lalu ia mengangguk-angguk membenarkan ucapan Cici.

AMERTA [on going]Where stories live. Discover now