11-Pengakuan Cici

38 24 12
                                    

WARNING❗️❗️❗️
Jika tidak dibaca mohon tidak boomvote
Terima kasih

Wajah Cici masih memerah malu. Ia berjalan menuju kamar sembari senyum-senyum kegirangan. Sampai lupa kalo jaket Tora masih dikenakannya.

Ceklek

Pintu terbuka dan didapati di dalamnya masih ada Meira yang sedang sibuk memainkan ponsel.

"Katanya tadi ngantuk kok belum tidur?" tegur Cici.

"Ngantuknya hilang." balas Meira tanpa memalingkan wajahnya.

Cici duduk di samping Meira, menatap kosong kearah depan kemudian kembali senyum.

Huftttt
Hemmmm
Hufttttt
Hemmmm
Hufffff

Cici menarik dan menghembuskan nafas berulang kali. Suaranya terdengan begitu jelas hingga membuat Meira beralih pandang.

Hemmmm
Hufttttt

"Ci,"

"Iya."

"Bisa gak sih nafasnya biasa aja?"

"Ini udah biasa kok."

Cici menyahutnya dengan mimik wajah yang tak biasa, ia terkesan gugup saat itu. Meira yang langsung paham dengan dengan keadaan Cici ia menaruh ponselnya di meja. Meira
mencoba mengajak Cici bicara pelan-pelan.

"Lo kenapa?"

"Gak papa."

"Kenapa?"

"Gak."

"Ke na pa Ci?" tanya Meira lagi dengan penuh penekanan.

"Gue suka Tora." sahut Cici secara gamblang.

Setelah mendengar pengakuan Cici, Meira tak kaget sedikitpun. Meira hanya mengangguk-anggukan kepalanya lalu tersenyum.

"Kok lo gak kaget Mei?" Cici merasa heran dengan respon Meira yang tak kaget sedikitpun.

"Denger ya kita tuh udah sahabatan lama terus dekettt banget. Kemanapun kita selalu bareng jadi gerak gerik lo gue udah paham lah."

Ternyata Meira sudah menduga sebelumnya kalau Cici ada perasaan lebih dengan Tora. Namun sebagai sahabat yang baik ia tak membeberkannya.

"Gue bingung gue juga takut apa dia punya perasaan yang sama ke gue atau bahkan perasaan gue ini cuma sebatas perasaan sepihak."

"Gue paham apa yang lo rasain Ci karna gue juga berada di posisi lo sekarang." benak Meira.

"Trus kalo temen temen yang lain tau apa mereka bakalan marah sama gue?" sambung Cici.

Tak ada yang bisa diucapkan Meira. Ia bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Cici. Padahal itu hanyalah pertanyaan mudah namun terasa sulit baginya. Akibatnya Meira pun juga merasa seperti apa yang dirasakan Cici. Ia juga takut jika sahabatnya tahu kalau ia memiliki perasaan lebih terhadap salah satunya. Karna tak ada yang dapat dibicarakan mereka berdua pun memilih untuk melanjutkan tidur.

Masih dengan kesenangannya tadi Cici tertidur pulas Bersama jaket Tora yang membungkus tubuhnya. Dinginnya malam kini sudah berkurang, hilang terbawa mimpi-mimpi. Fantasi yang dibuat sendiri sebelum tidur kini malah terbawa ke alam bawah sadar. Walau hanya sekedar mimpi namun masih bisa dinikmati indahnya.

AMERTA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang