14-Aku Ada

20 14 12
                                    

WARNING❗️❗️❗️
Jika tidak dibaca mohon tidak boomvote
Terima kasih

Sesampainya di kamar Meira mengunci pintu lalu duduk di kasur dan menangis sejadi-jadinya. Pikirannya kini bercampur aduk tak karuan. Seakan ada sesuatu yang menusuk batinnya. Kenapa? Kenapa? Kenapa? Hanya itu yang keluar dari mulutnya diiringi isakan tangis yang kian kencang.

"Ding,"

Notifikasi dari Al masuk, sekarang anak itu jadi semakin sering menghubungi Meira. Seperti hal basa-basi menanyakan kabar dan apa yang sedang dilakukan.

Alberto
"Lo sibuk gak boleh gue telpon?"

Belum lagi Al menelpon tapi Meira memilih untuk ia yang menelpon Al terlebih dahulu. Meira rasa ia butuh teman ngobrol dan kebetulan ada Al jadi Meira memutuskan untuk menghubungi Al.

"Hallo," suara serak Meira yang lagi nangis terdengar jelas di telinga Al.

"Lo kenapa?" Al yang merasa aneh dengan suara Meira langsung menanyakannya.

"Lo gak lagi sibuk kan Al, boleh temenin gue?" tanya Meira.

"Boleh banget, mana pernah gue sibuk Mei."

"Oh iya lupa lo kan pengangguran." ledek Meira.

Maksud temani disini bukannya Al datang ke rumah, melainkan Meira minta Al untuk menemaninya lewat videocall. Setelah dari chat itu Meira langsung mencoba menghubungi Al. Tak perlu menunggu lama Al langsung meangangkat telepon Meira. Dari layar ponsel terlihat Al sedang tidur-tiduran di kasurnya. Suara serak-serak basah ala lelaki menyapa Meira.

"Lo kenapa sih Mei." tanya Al lembut.

Isakan tangis Meira sudah tak terdengar lagi namun matanya masih terlihat sembap.

"Gue gak bisa cerita Al."

"Lah ngapain minta temenin kalo lo gak mau cerita. Cerita aja kali siapa tau gue ada jalan keluarnya." Al mencoba bicara sedikit lagi agar Mera mau ceritakan masalahnya.

"Gak ada jalan, udah gue cari dan jalannya udah buntu." pekik Meira.

"Pasti ada Mei kan kata orang banyak jalan menuju roma." Al masih terus berusaha.

"Udah lah Al gue minta lo cukup temenin aja terus lo melakukan apa kek biar bikin gue seneng."

Usaha Al untuk dapat mendengarkan cerita Meira gagal. Meira masih kukuh dengan pendiriannya.

"Gue mesti ngapain nih?" tanya Al.

"Ya lo pikir lah, jangan suruh gue mikir juga gue kan lagi sedih jadi gak bisa mikir." sahut Meira dan mendapat lirikan pedas dari Al.

"Eh gue nyanyi aja kali ya." seru Al.

"Boleh deh tapi yang bagus."

"Lo kam tau suara gue ini gak perlu diragukan lagi, masih ingat gak waktu gue main piano di mall waktu itu banyak orang kan yang terkagum-kagum."

"Pala lo terkagum yang ada dikejar satpam kita. Udah ah buruannn."

Al menghilang dari layar ponsel yang masih terhubung telepon itu. Ia pergi ke arah dinding kamarnya yang mana ada gitar tergantung disana.

AMERTA [on going]Kde žijí příběhy. Začni objevovat