15-Aneh

18 13 11
                                    

WARNING❗️❗️❗️
Jika tidak dibaca mohon tidak boomvote
Terima kasih

"Ngomong aja buruan." sahut Meira santai.

"Yaudah deh gue ngomong."

"Iyaa."

"Boleh Al cium Meira?"

Seketika Meira membeku di tempat. Dengan raut wajah bingung Al harap-harap cemas untuk menunggu tanggapan Meira.

"Al lo serius?" tanya Meira bersikap santai namun keadaan jantungnya dag dig dug tak karuan.

Tak bisa berkata apa-apa Al hanya mengangguk.

"Nih gue kasih tau ya Al kita tuh masih kecil bahkan belum genap 20 tahun." Meira terlihat serius memberi tahu Al.

"Tapi kan kita gak ngapa-ngapain Mei." tertunduk malu Al menyahut.

"Iya gue paham, lo sahabat gue yang terrrr the best Al, gue gak mau memulai hal yang bisa bikin keadaan kita yang adem ayem saat ini jadi hal yang bisa berbanding 180 derajat."

Al meraih tangan Meira dan mulai mencoba bicara serius. Didekapnya tangan Meira dalam dada Al yang bidang. Terasa detak jantung Al detik demi detik.

"Mei, gue tau ini berat bagi lo tapi apa lo gak ngerasain sedikitpun rasa lebih terhadap gue. Kita ini udah sahabatan lama banget. Gue sayang sama lo, sayang sama temen-temen yang lain dan lo juga pasti ngerasain hal itu. Tapi Mei apa lo gak bisa naikin sedikit aja rasa sayang yang ada di dalam hati lo buat gue."

Meira berusaha melepas genggaman tangan Al namun tak berhasil. Genggaman itu diperkuat oleh Al.

"Al," dengan nada penuh penekanan Meira memanggil Al agar ia melepas genggamannya itu.

"Gue gak akan lepasin Mei." Al bersikeras.

"Sekarang gue tanya ke lo untungnya pacaran apa sih kalo nantinya harus putus trus kita bakalan jauh-jauhan kaya orang yang gak pernah kenal."

Al berpikir sejenak, sepertinya pikirannya baru saja terbuka setelah Meira berkata demikian. Al melemahkan genggamannya lalu ia berpaling, yang posisi awal mereka saling berhadapan kini Al memunggungi Meira.

"Maaf," bibir yang sedikit bergetar dan rasa ludah sedikit pahit Al tak berani menatap Meira.

"Lo gak salah, dan cinta tak pernah salah."

Jemari Meira menyentuh punggung Al. Tak tau harus bersikap bagaimana Al berdiri ingin segera beranjak.

"Jangan pergi dulu." Meira langsung menangkap tangan Al mencegahnya untuk pergi.

"Gue mau pulang Mei." jawab Al yang tak lagi bersemangat.

"Gue gak akan biarin lo pulang dalam keadaan cemberut, lo gimana sih Al kan gue minta lo buat hibur gue tapi kenapa jadi lo yang sedih." protes Meira.

"Lo bikin hati gue patah Mei untuk kesekian kalinya."

"Kesekian kali lo bilang?" Meia bingun otaknya berpikir apakah benar udah sering ia bikin hati Al sakit.

AMERTA [on going]Where stories live. Discover now