30. Dimana kamar pengantinnya? (TAMAT)

625 40 13
                                    

30. End 3

Pagi itu, hampir seluruh rakyat sudah berkumpul di hutan mapple di dekat telaga kutukan.  Hutan yang tadinya mengerikan itu kini berubah menjadi hutan layaknya area festival panen raya. Bunga-bunga, kain-kain putih terhampar, tenda-tenda, mejadi dekorasi yang amat menyejukkan mata. Makanan terhidang, siap disantap usai prosesi pernikahan dilaksanakan.

Dua buah dermaga baru yang kokoh telah terbangun.  Satu di area hutan mapple, satu lagi di seberang, terletak di hutan pinus yang gelap.

Bangunan dermaga di seberang, di dekat hutan pinus itu pun sudah dihiasi bunga-bunga. Bentuk dermaga itu sangat unik.  Ia lebih mirip sebuah benteng kayu yang tinggi, seperti sebuah balkon istana.

Flyege datang dengan kudanya di dampingi Pierce.  Ia terkesima dengan apa yang sudah disiapkan untuk pesta pernikahannya.  Keindahan telaga itu begitu terasa di dukung dengan cuaca yang begitu cerah.

Rweda tersenyum menyambut kedatangan Flyege dan Pierce.
"Kalian menyiapkan ini semua?" tanya Flyege.
"Amarizc.  Kami hanya mengikuti arahannya," jawab Rweda.

Flyege salah tingkah, tapi ia menikmati kebahagiaan yang begitu mendebarkan jantungnya.

Di dermaga seberang Dzo dan Amarizc sudah menunggu.  Dzo mengenakan dress biru muda, sedangkan Amarizc dengan dress dusty pink selutut tampak manis dengan mahkota rangkaian bunga di kepala.  Ia melambaikan tangan pada ayahnya.  Flyege membalas lambaian tangan putrinya.

Tiba-tiba suara elu-elu riuh rendah dan tepuk tangan terdengar.  Seluruh rakyat di tempat itu menengadahkan kepala ke langit. Mereka telah melihat dari kejauhan sebuah titikp hitam mendekat.  Tak lama terasa butiran salju jatuh membuat air telaga beriak kecil.

"K-kenapa ada snowden wind?  Ravenka menjatuhkan ini dari langit jika ia sedang ..."
"Tak perlu panik, Flyege.  Ini permintaan Amarizc.  Semua ini skenarionya." Pierce menepuk bahu sahabatnya.

Ravenska mengepakkan sayapnya pelan di atas telaga.  Semua bertepuk tangan menyambutnya.  Kali ini ia mengenakan pakaian satin putih dengan renda-renda sederhana.  Sebuah tiara kecil tersemat di kepalanya.  Tiara yang dulu disematkan ayahnya ketika penobatannya sebagai seorang putri dan ksatria.  Dengan sayap terkepak pelan, Ravenska memberi penghormatan pada Rweda.  Ia tampak gugup manakala pandangannya mengarah pada Flyege.  Demikian pula pada pria itu.

Hati-hati, Ia mendarat di dermaga dekat hutan pinus.  Amarizc dan Dzo menyambutnya.

"Sayang, terima kasih kau mau datang.  Aku takut kau membatalkannya, aku takut kau ragu." Dzo menggenggam jemari Ravenska.
"Ratu, terima kasih. Aku tak sanggup melihat ayahku yang selalu murung.  Cinta sejati harus menemukan muaranya."
"Kau gadis yang hebat." Suara Ravenska lirih sambil memeluk Amarizc.
"Kau inspirasiku."

Pierce mulai membuka acara prosesi pernikahan.  Ia meminta semua rakyat tenang dan memberikan kesempatan pada paman Rweda untuk memimpin pengucapan sumpah oleh Flyege.

"Kau siap Flyege?" tanya Rweda.
Flyege menoleh pada Ravenska.  Ia tersenyum lalu pandangannya kembali pada Rweda. "Iya Penasihat Adthera, Paman Rweda, saya siap!"

"Baik, sebelumnya aku akan bertanya pada Dzo ...," menoleh ke dermaga sebrang, lalu berteriak, "Dzo, apakah Ravenska siap melaksanakan prosesi ini tanpa rasa terpaksa sedikitpun, dari hatinya terdalam?!"

Suasana hening, dari kejauhan tampak Dzo menyampaikan sesuatu pada Ravenska.  Sebuah anggukan terlihat jelas di mata rakyat Adthera.  Kasak kusuk mulai terdengar lagi.

"TENANG!" teriak Pierce mengendalikan suasana. Hiruk pikuk pun mereda. "Silakan lanjutkan, Penasihat Rweda."

Suasana kembali hening.

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Where stories live. Discover now