19. Amarizc jadi umpan?

190 26 0
                                    

Chapter 19 AMARIZC JADI UMPAN?

Rweda memacu kereta kuda. Anggur-anggur yang sudah dipanen akan segera diantarkan ke Istana Madhappa.  Nhaxa dan Amarizc berada di kereta lainnya.  Kereta mereka berjalan beriringan menelusuri jalan desa, melewati kota-kota kecil, kota-kota bekas kerajaan Adthera yang kini jadi kota-kota yang sarat dengan kemiskinan.  Rumah-rumah mulai usang, sampah tidak terkelola, masyarakat kelas tiga yang terlihat lusuh dan meenyedihkan.  Merekalah rakyat Adthera yang menjadi pelayan bangsawan Madhappa.  Kota-kota miskin itu tampak kontras dengan kota-kota baru bentukan Madhappa tempat tinggal para bangsawan mereka.  Lingkungan bersih, bangunan-bangunan yang terawat, rumah-rumah yang di dalamnya tungku api tetap mengeluarkan asap.  Restoran-restoran terisi, banyak orang berakaian indah dan bersih berbincang-bincang.

"Ibu, mengapa ada daerah yang terlihat miskin dan lainnya begitu bahagia dengan kemewahan?" Ternyata pemandangan kontras yang mereka lewati mengusik pikiran gadis kecil itu.

"Mereka warga jajahan, Amarizc, wajar jika seperti itu."
"Menurutku tidak wajar ibu.  Manusia harus punya hak yang sama untuk hidup layak.  Jika tidak, itu ketidakadilan.  Bisa terjadi pemberontakan."
"Mereka tak akan memberontak, kau tau, pasukan Madhappa sangat kuat."
"Tapi itu penindasan namanya, Aku tidak mau jika suatu saat ayah dan ibu ditindas seperti itu."
"Tidak anakku, Madhappa membutuhkan keahlian aku dan ayahmu."
"Jika keahlian memang diperlukan, harusnya Madhappa mendukung rakyat yang tertindas agak punya keahlian juga, bukan membiarkan mereka dalam kemiskinan lalu lama-lama mati. Itu kejam, Bu.
"Sudah Amarizc, kita sudah hampir sampai, jaga prilakunya di istana Madhappa."
Amarizc hanya terdiam dengan wajah tersungut.

Setelah melewati perkotaan, mereka bertemu dengan sebuah jalan lurus langsung menuju benteng Madhappa.  Sebuah benteng yang terdapat istana didalamnya.  Pusar kerajaan Madhappa terletak disana. 

Dulunya kerajaan ini merupakan kerajaan kecil terletak di ujung teluk.  Tak jauh dari kerajaan Adthera.  Menguasai sebagian kecil pesisir teluk, sedangkan sebagian teluk lainnya masuk wilayah kekuasaan Adthera.  Namun, kerajaan ini sulit bertetangga dengan Adthera karena beberapa perjanjian perdagangan sering mereka curangi.  Warga yang masuk ke wilayah Adthera sering membuat kegaduhan.  Rajanya pun licik.  Memiliki hasrat terpendam untuk menguasai Adthera,  menyusupkan seseorang ke dalam istana, hingga berhasil menjadi penasihat raja.   Madhappa mencapai kesuksesan setelah memfitnah menteri pertahanan dan keamanan Adthera, disusul dengan kematian Raja.  Kini seluruh pesisir teluk menjadi milik Madhappa. 

Memasuki jalur menuju gerbang, mereka disuguhkan pemandangan terbuka.  Di depan mereka sebuah benteng berlatar bukit dan hutan.  Di kanan terlihat perairan teluk lepas dengan tebing-tebing terjal dan hutan pinus.  Sedang di kiri terdapat sungai kecil yang membelah savana dan hutan pinus.

Angin teluk mulai terasa menyapu pipi dan rambut.  Cerobong-cerobong asap di balik Benteng sudah terlihat.  Di situlah letak pabrik senjata Madhappa, tempat para prajurit kerajaan Adthera dipekerjakan.

Mereka tiba di gerbang.  Rweda dan Nhaxa menunjukkan plat kayu milik Rweda dan plat tembaga milik Amarizc dan Nhaxa.  Hanya mereka yang memiliki plat keluaran istana, yang diijinkan memasuki benteng.  Begitu banyak penjagaan.  Rweda dan Nhaxa mengarahkan kereta menuju gudang anggur.  Setelah melapor pada penjaga gudang, Nhaxa dan Amarizc meninggalkan Rweda dan penjaga gudang untuk menurunkan semua drum-drum anggur yang telah disiapkan.  Ibu dan gadis kecilnya itu segera menuju istana.  Keduanys akan menghadap raja. 

"Jangan katakan ini pada siapapun, langsung laporkan pada Raja, Nyonya Nhaxs.  Ini informasi penting.  Jangan sampai bocor."
"Baik, Paman Rweda."
"Nanti aku tunggu kau di depan gerbang istana.  Semoga urusan ini tidak akan lama.  Usahakan kau ikut dalam setiap strategi yang akan mereka rancang, karena ini menyangkut suamimu."
"Ya, Kau benar, Paman."

Terdengar suara terompet raksasa, ketika Nhaxa dan Amarizc berlalu.  Sebuah tanda bahwa ini waktunya sebagian pekerja beristirahat.  Berhamburan pekerja keluar dari tambang tak jauh dari gudang anggur.  Mereka menuju sebuah tempat seperti kantin, namun sangat jauh dari kesan layak dan manusiawi.  Tak jauh dari kantin, terdapat beberapa meja berjajar.  Untuk mereka makan.  Namun, tentu meja tersebut tidak dapat menampung keseluruhan pekerja.  Sebagian dari mereka berjongkok di pinggiran kantin.

Seseorang dari mereka melihat keberadaan Rweda.  Ia mendekat.  Rweda membelakanginya.  Pria pekerja tambang itu mulai berjongkok dan makan.

"Tuan Rweda, ada berita baru apa?."
"Istana Adthera dan Ravenska masih hidup. 
"Benarkah? Bagaimanq bisa?"
"Tak perlu ditanyakan.  Istri Flyege sedang melapor ke istana, dalam waktu dekat Madhappa pasti akan menyerang.  Saat itu, keamanan benteng dan istana ini lemah. Itu momentumnya. Persiapkan pasukan. Perketat latihan.  Bekerja di tambang dengan sungguh-sungguh. Itu latihan fisik kalian."
"Baik, Tuan Rweda."
"Buat grup kecil untuk latihan pedang, 3-5 orang.  Kurangi waktu tidur kalian.  Atur strategi penyerangan.  Kuserahkan pada kalian berdua."
Rweda melirik pada kepala gudang anggur.
"Baik."  Kepala gudang anggur menjawab.

"Hei. Sedang apa kalian?"  Seorang petugas pengawas bersenjata mendatangi Rweda dan kepala gudang.
"Simpanlah ini.  Kau jarang mendapat jatah anggur, bukan?"

Penjaga gudang menyelipkan sebotol anggur pada petugas, lalu ia tersenyum. 
"Dia mencoba merayuku untuk secawan anggur.  Menurutmu akan kuberikan?" Penjaga gudang menunjuk pada tahanan yang berdiri di dekat Rweda.
"Hahaha..." Rweda, penjaga gudang dan petugas bersenjata menertawakan tahanan yang cawannya telah kosong.
"Kembali bekerja!" Perintah petugas bersenjata.  Ia mendorong tahanan hingga hampir terjatuh.  Tahanan itu pun pergi meninggalkan tempat itu.

"Minumlah, ini milikku.  Sudah kuminum setengah. Ini kualitas anggur terbaik.  Kau tak akan pernah meminumnya." Rweda memberikan sebotol anggur yang hanya tinggal setengah kepada penjaga.  Ia pun meminumnya.

"Ini anggur untuk elit kerajaan?"
"Tentu ..."
"Hahaha, kau bisa dapat masalah jika mereka tahu, kau memberikannya padaku."
"Oh, ya?  Aku atau kau yang akan dapat masalah, jika mereka tahu kau meminumnya?"
"Hahaha ...."  Mereka tertawa bersama.  Pipi petugas penjaga itu mulai tampak memerah, menikmati anggur yang hangatnya begitu terasa nikmat baginya.

"Dasar bermasalah!" Petugas jaga itu sumringah meninggalkan Rweda dan penjaga gudang.  Mereka saling memandang lega.  Rweda hanya menaiklan alisnya.

"Besok akan datang lagi.  Panen kali ini kami dapat banyak.  Bantu aku meletakkan drum-drum kosong di atas kereta.  Besok tolong kau siapkan beberapa peralatan dan pupuk yang sudah kupesan tadi."
"Baik."

Usai merapikan muatannya, penjaga gudang dan paman Rweda bersama penjaga gudang membawa kereta mereka menuju gerbang istana.  Ternyata Nhaxa dan Amarizc baru saja keluar dari istana.

"Mereka mau melibatkan Amarizc untuk memancing gagak itu!" ujar Nhaxa.
"Apa? Amarizc, itu berbahaya ...!" Rweda terperanjat.
"Entahlah, aku belum menyetujuinya." ucap Nhaxa.
"Besok kita ke sini lagi. Akan ada rapat dengan dewan perang.  Aku memaksa untuk turut serta dalam rapat itu."
"Bagus.  Besok aku akan mengantarmu ke sini lagi."

Mendengar informasi dari Nhaxa, Rweda dan penjaga gudang saling lirik tanpa di ketahui Nhaxa.  Penjaga gudang turun dari kereta Nhaxa dan Amarizc menggantikan posisinya di tempat duduk kerera, dan mereka pun berlalu meninggalkan benteng.

...

Bersambung ...

Mohon maaf, jika ada kekurangan.  Belum banyak diedit, baru hanya mengeluarkan apa yg ada dikepala.

Ditunggu krisannya ya! 😄

Terima kasih sudah memberi tanda bintang.
😍😍😍

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang