B. Akhir Sang Ratu (3)

211 22 0
                                    

"AYAAAAHHH ...!" teriak gadis itu tak bergerak dari tempat ia berdiri.  Wajahnya pucat dan matanya berkaca-kaca.  Ia tampak sangat ketakutan.

"A-ayah?" tanya Nixria keheranan. Ia menggeleng cepat. Matanya terbelalak lebar.

"Amarizc, kenapa kau di sini?" tanya Flyege dalam keadaan lemah.

"Ibu, jangan lakukan itu pada ayah!" pinta Amarizc.

"I-ibu?" Nada suara penuh keheranan terucap dari mulut Flyege.  Pandangannya beralih pada wanita yang berdiri mantap dengan kuda-kuda di depannya.

"K-kau Guaryl?" Nixria melepas topengnya.

"Nhaxa?"  Flyege pun mencoba bangkit dan melepaskan pelindung wajahnya.

Berputar dalam fikiran mereka, bahwa mereka berdualah di sekolah yang memiliki kemampuan tertinggi untuk berkamuflase menjadi orang berbeda. 

Satu hal yang tak bisa disembunyikan dari sihir penyamaran itu adalah, mata.  Sorot mata yang masih bisa dikenali dengan baik.  Nixria yang merubah namanya menjadi Nhaxa mengenal dengan baik sorot mata suaminya.

"Bukankan gagak bodoh itu menahanmu?" tanya Nixria keheranan.  Suaranya kini begitu lembut. Ada kerinduan yang dalam pada suami yang amat dicintainya.

Nixria diam terpaku, sulit mempercayai.  Pantas ia begitu mudah jatuh cinta pada pria yang mengganti nama menjadi Guaryl itu, karena ia adalah adalah orang yang memang ia cintai sejak dahulu.  Pantas gelora asmara itu begitu terpanggil saat melihat Guaryl, karena ia adalah Flyege cinta pertamanya.  Cinta yang ia kira tak pernah sampai karena terhalang Ravenska sang putri raja.  Namun, Cinta sejati itu yang ternyata telah ia miliki.

Kini, Nixria menatap pria di depannya dengan perasaan dilema yang besar.  Keinginan kuat untuk membunuhnya sekaligus ingin membawanya pulang untuk melepas kerinduannya.  Sebuah kilatan dari air yang tertampung di kelopak matanya mulai memudarkan pandangan.  Nixria ingin menangis.  Hasratnya begitu besar ingin memeluk pria itu.  Namun, kakinya tetap tak bergerak.

Pikiran Nixria menimbang cepat.  Guaryl yang sebenarnya adalah Flyege, ia anggap telah menghianati cintanya, dengan berdiam lama di istana Ravenska.

Ambisi merebut istana Adthera pun lebih pantas untuk diperjuangkan.  Ia meninggalkan pribadinya sebagai Nhaxa, dan kembali pada kuda-kuda seorang Nixria.  Wanita itu lebih memenangkan dendamnya untuk dilema batinnya ketimbang kembali membangun cinta dengan Guaryl yang berkhianat dengan menjadi Flyege.

“Pantas Kau tak segera kembali, ternyata Kau bersama cinta lamamu." Air mata Nixria pun jatuh.  Bersamaan dengan itu, wajah penuh amarah terpancar di wajahnya.

"TAK ADA YANG BISA MENGKHIANATIKU!” Tongkat Nixria meninggi.  Ia mengumpulkan kekuatan penuh siap memberikan serangan tanpa ampun pada Flyege.

"Ibuuuu, kau akan membunuh ayah?" tanya Amarizc sambil berurai air mata. "Kita sudah kembali bersama, Bu. Jangan bunuh ayah."

“Dengar Aku, Nhaxa!”
Flyege memaksakan kakinya kembali berdiri tegak.

Nixria terus menatap Flyege dari jarak 5 langkah kaki.  Ia terdiam.  Demikian juga Flyege.  Mata mereka berbicara tentang ketidakpercayaan, tapi masih banyak cinta yang bersemanyam di sana.  Namun, ada kecewa yang dalam di mata keduanya menanti pertanggungjawaban.

"Ayahmu penghianat keluarga kita, Amarizc.  Dia harus mati!" Nixria mengangkat tongkatnya.

"Selama menggantikan Amarizc dalam tahanan, ternyata Kau bersama jalang itu?!  Selamat tinggal, Guaryl"  Air matanya kembali jatuh.  Namun, tak mampu mengurangi tekadnya membunuh suaminya.  Nixria mengerakkan tongkatnya dengan posisi memutar mengambil kekuatan alam untuk memberikan serangan terbesarnya.  Serangan itu segera dilesatkan.

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora