9. MAKAN MALAM

242 38 4
                                    

Chapter 9

Sosok wanita berjubah coklat membuka gerendel pintu dengan capat. Saat itu Guaryl yang sedang merebahkan badannya dan ia hampir saja terlelap.

"Hai, tulang malas! Ikut aku, CEPAT!" Sosok berjubah memukulkan tongkatnya pada tubuh Guaryl.

Guaryl segera melompat dan berjalan mengikuti sosok berjubah itu. Langkahnya berat, terhalang rantai berbandul bola besi. "Aku bukan pemalas, kau yang mengurungku. Berikan aku pekerjaan. Apa saja. Aku cukup mahir bertani. Aku bisa juga bersih-bersih. Aku bisa melakukannya." pinta Guaryl sambil berjalan tertatih.

"Kita akan kemana?" Mulutnya tak henti berbicara dan bertanya, pun demikian dengan matanya yang sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia tampak terkesima pada setiap pemandangan yang dilihatnya. Lukisan, lorong-lorong istana, panorama di balik jendela, telah membuatnya takjub.

Mereka beberapa kali menaiki rangkaian anak tangga, menyusuri koridor. Tak lama kemudian, mereka tiba di jembatan yang menghubungkan satu menara ke menara lainnya.

Saat menyebrangi jembatan antar menara, Guaryl dapat melihat pemandangan di sekitar kastil. Reruntuhan kota, sungai yang mengalir, serta hutan mapple tergambar bagai lukisan alam yang indah. Di kejauhan juga terlihat lembah berbatu dan savana hijau berlatar hutan pinus serta langit sore yang teduh. Panorama nan indah, juga cukup menyenangkan. Ia mengingat sebelum tiba di istana ini, perjalanan itu mendebarkan, tapi juga mengesankan.

Tiba di sebuah menara yang menghadap ke barat, Wanita berjubah itu mengajak Guaryl masuk ke dalamnya.

Mereka berhenti tepat di depan sebuah pintu kayu yang kokoh dan terkunci dengan sebuah gembok yang berkarat. Sosok wanita berjubah itu sibuk memilih kunci yang akan ia pakai.

"Bisa aku bantu?" Guaryl menawarkan bantuan. Sosok itu menoleh sekilas dan Guaryl dapat melihat sebelah matanya dari hoodienya yang sedikit tersingkap. Dari sorot mata yang hanya terlihat sebelah, Guaryl menangkap kesan, bahwa wanita itu tidak akan berbuat kejam padanya.

"Lubang gembok itu besar. Pastilah kuncinya yang paling besar." Guaryl mengirimkan senyum. Sosok berjubah itu segera memalingkan pandangan. Ia berkonsentrasi dan membuka gembok dengan kunci terbesar, dan berhasil.

"Masuklah! Nanti sesudah matahari tergelincir aku akan menjemputmu. Bersihkan dirimu, bersihkan jenggot dan kumismu. Jadikan dirimu tampan. Kau akan menemui ratu"

"Benarkah? Tentu saja, aku akan mempersiapkan diri memberikan penghormatan terbaikku padanya". Guaryl antusias, matanya berkilat.

"Apa aku harus memberikan ciuman cinta sejatiku pada ratu?" Guaryl menggoda, dan sosok berjubah terkesiap.

"Ya, jika kau bisa memenangkan hatinya dan jika kau pemilik cinta sejati itu, tapi jika tidak, kau akan jadi santapan burung-burung gagak kecil di merana besok pagi"

"Ayolah, aku bercanda. Jangan membuat suasana begitu menakutkan."

"Ingat! Kau tahanan. Jangan sekali-sekali merengek kepadaku"

Guaryl terdiam.

"Pakaian yang harus kau kenakan ada di atas tempat tidur. Pintu di sana, tidak terkunci. Kau bisa mandi di situ". Ia menunjuk sebuah pintu kayu lainnya di sisi kanan tempat mereka berdiri.

"Baik, terima kasih Nyonya. Ratu tak akan memakanku, bukan?". Guaryl tampak malu-malu mencoba memastikan kekonyolan pertanyaannya.

Sosok berjubah itu segera pergi, membiarkan pertanyaan Guaryl tanpa jawaban dan menguncinya kembali di kamar itu. Guaryl pasrah. Ia menyempatkan diri menikmati pemandangan indah di sekeliling kamarnya. Melihat pemandangan melalui jendela, mengempaskan bada di kasur yang empuk, berkhayal sesaat, kemudian ia pun mempersiapkan dirinya untuk mandi.

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Where stories live. Discover now