21. STRATEGI SALAH?

159 22 0
                                    

Chapter 21

Flyege atau Guaryl tak langsung menuju pegunungan hutan timur untuk menemui pasukan yang bersiaga di sana.  Ia memang harus segera bergerak ke sana, karena ia harus kembali ke hutan sebelum matahari terbit.  Namun, kerinduan pada Nhaxa dan Amarizc membuatnya pelan-pelan mengendap menuju rumahnya yang letaknya tak jauh dari gubuk milik Rweda.

Ia masuk dengan cara melompat pagar dari area belakang.  Perlahan mengendap, ia memilih bagian-bagian rumah yang tak diterangi lentera.  Ia mengintip di kamar Amarizc yang terlihat kosong. Lalu berpindah ke kamar utama.  Penerangan di ruang itu sangat temaram. Namun, ia bisa melihat, Amarizc terlelap dalam pelukan Nhaxa yang juga terpejam.  Lama ia memandang.  Hingga rasa rindu itu terpuaskan.  Lalu perlahan ia beranjak dari tempatnya mengintip. Tanpa sengaja ia menginjak kayu yang rapuh hingga bersuara cukup keras.  Cepat ia meninggalkan tempat itu melompat keluar pagar mencari tempat persembunyian aman.

Lampu kamar tempat Nhaxa dan Amarizc tidur, menyala.  Lalu Nhaxa keluar dari rumah.  Ia memperhatikan istrinya yang keluar rumah dengan sebilang kayu di tangannya.  Menatap sekeliling, memastikan jika ada orang di sekitar rumahnya. 

Dia memang wanita pemberani.

Flyege tersenyum.  Tiba-tiba gaun tidur Nhaxa bergerak-gerak.  Ternyata Amarizc muncul di belakangnya.

"Ibu, ... ada ayah?"  Amarizc muncul di balik gaun Nhaxa.  Dengan memeluk boneka dan selembar kertas gambar di tangannya.

"Tidak! Tak ada siapapun.  Sudah ibu bilang, kau seharusnya hanya di dalam dan tak boleh keluar."

"Ibu, ada ayah."

"Tidak ada, ayo masuk!  Ini masih malam.  Kau bermimpi lagi. Ayo!". Nhaxa menarik tangan Amarizc, agar segera masuk ke dalam rumah.  Betapa terkejut Flyege, saat melangkah pergi mengikuti ibunya, gadis itu menoleh dan mengarahkan pandangan ke semak tempat Flyege bersembunyi.  Ia tersenyum seakan arah sorot matanya langsung mengarah pada mata Flyege.

Gadis itu memang memiliki penglihatan yang lain.  Seperti seorang peri

Flyege tersenyum seiring rasa berdebar di dadanya.  Ia ingin memeluk kedua wanita itu, namun saat ini ia hanya mampu menelan ludah.  Kerinduan yang hanya sedikit terobati.  Setelah lampu kamar Nhaxa kembali padam, Flyege pun pun melanjutkan perjalanan untuk pergi ke hutan timur.

...

Rweda hanya sebentar berada di dalam benteng. Ia berjanji pada Nhaxa akan menjemput di luar benteng, karena akan ke gudang pupuk dan toko bahan makanan.  Ia hanya menurunkan beberapa drum anggur sambil membisikkan strategi yang sudah ia rancang bersama Flyege kepada penjaga gudang.   Ternyata penjaga gudang pupuk pun seorang yang merupakan bagian dari strategi perang dan mata-mata Rweda. 

Menjelang sore hari, Rweda menjemput Nhaxa di depan benteng.  Kali ini Amarizc tidak turut serta.  Nhaxa khawatir raja akan kembali meminta Amarizc sebagai pemancing.

"Jadi kapan Madhappa akan menurunkan pasukannya untuk menyelamatkan suamimu, dan menaklukkan istana di hutan itu?"

"Aku menolak dikirimkan pasukan.  Karena akan membahayakan Guaryl."

"O-oh, ya benar.  Bahaya untuk Guaryl." Rweda agak terperanjat.  Ia sedikit meragukan strategi yang sudah dibicarakannya bersama Flyege.  "Lalu, apa yang akan dilakukan istana untuk menyelamatkan suamimu?"

"Akan ada 3 penyihir terkuat Madhappa, yang siap menunggu Ravenska.  Menurut laporan masyarakat, mereka memang sesekali cukup sering melihat Gagak raksasa terbang melintas."

"Wow, strategi menarik dan tak perlu mengeluarkan banyak sumbayan pasukan."

"Aku bangga sebagai Madhappa jika  menyangkut strategi perang.  Akurat dan terperinci."

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang