4. CINTA SEJATI?

327 36 1
                                    

Chapter 4
CINTA SEJATI?

Catatan :

Adthera = Nama kerajaan Ravenska
Kwahdi (1) = Nama Bangsa keturunan peri di Adthera, yang bertugas sebagai penjaga keamanan kerajaan.
Kwahdi (2) = (Juga) merupakan nama wilayah di kerajaan Adthera yang subur.
Madhappa = Kerajaan penjajah yang menduduki seluruh wilayah Adthera

______________________

"Dzo, apa maksudmu...?, Aku sudah nyaman dengan tubuh ini. Dan aku tak ingin terlihat cantik."

"Tapi Rakyat Adthera diluar sana menantikan anda, Yang Mulia Ravenska. Anda harus keluar menyelamatkan mereka"

"Dzo, Aku tahu ... Tak perlu kau perjelas berulang kali. Mungkin aku bisa mendidik perempuan kecil ini untuk menyelamatkan Adthera, kelak?"

"Tidak, Yang Mulia. Itu akan lama. Rakyat akan makin menderita. Anak-anak di sekolah Madhappa akan makin melupakan Adthera"

Ravenska hanya terdiam. Ia pandangi wajah gadis kecil yang masih terlelap di pembaringan empuk miliknya yang sudah lama tidak ia pakai. Lalu pandangan ia alihkan ke arah luar jendela. Langit masih biru, namun di kejauhan terlihat asap mengepul dari sebuah cerobong yang tinggi. Disitulah bengkel pembuatan senjata Maddhapa. Dimana orang-orang kuat Kwahdi menjadi tawanan Kerajaan Maddhapa. Anak-anak dan keluarga mereka menjadi sandra lalu dilakukan serangkaian upaya mencucian otak dengan pendidikan sistem Maddhapa. Diajarkan membenci Kwahdi, membenci Adthera, dan mencintai Maddhapa dengan sepenuh hati. Para tahanan tak dapat melawan, karena keturunan dan keluarga mereka menjadi tumbalnya.

...

Ravenska kembali ke kamar bersiap untuk istirahat malamnya Dzo mengikutinya. Kini iya menempati kamar sang ayah yang telah gugur dalam perang invasi penjajah Madhappa.

"Apa rencanamu, Dzo?" Ravenska bertanya dengan malas. Ia duduk di tepi tempat tidurnya.

"Tak baik kita menahan perempuan kecil ini di sini, Yang Mulia. Ia harus tumbuh dekat dengan ibunya. Kita tak berhak mengambil kebahagiaan ia dan ibunya."

"Ya, lalu ... ? Apa hubungannya dengan Adthera?"

"Aku meminta pertukaran pada orang tua anak ini. Aku yakin nanti ayahnya yang akan berkorban."

"Kenapa kau begitu yakin? Dan, ... oh tidak, Dzo. Kau mau bilang, ayah anak ini nanti akan jadi cinta sejatiku? TIDAK, DZO ...!!! Aku tidak akan melakukan hal semurah itu ..."

"Yang Mulia, anda tahu, apa yang aku lihat, saat anda mengambil anak ini dari telaga itu?"

"Apa? Kau mau bilang, dia diterima oleh telaga?"

"Benar, yang Mulia. Bahkan dia berhasil berenang hingga hutan pinus. Hutan itu pun diam, seakan menyambutnya"

"Akhh yang benar saja, kau Dzo. Aku tak mau mencium suami orang, apalagi ia Madhappa. TIDAK!"

"Kita tak tau pasti yang mulia. Yang jelas, ia berpeluang jadi cinta sejatimu"

Ravenska menepis udara di depan wajahnya, seakan ia menghalau sekelebat pikiran yang masuk di benaknya.

"Aaaahhh tidak Dzo ... Terserah apa yang kau lakukan. Kalau kau mau pertukaran itu, lakukanlah. Tapi jadikan saja siapa pun yang bertukar dengan gadis ini untuk menjadi tukang kebun, atau pembersih jendela, atau pemanggang roti. Terserahmu Dzo." Ravenska merebahkan badan dalam posisi miring, bersiap untuk memejamkan mata. "Pergilah Dzo, aku mau tidur"

"Sebelum aku pergi, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Ya, jangan yang susah"

"Seperti apa cinta sejatimu?"

"Hah, Dzo. Pertanyaanmu membosankan"

"Aku ingin jawaban, Yang Mulia"

"Baik aku jawab. Ia ksatria tampan, dengan baju zirah, dengan pedang di pinggang, busur dan anak panah di punggung, berbadan tegap, berambut poni lempar, bermata tajam, menunggang kuda putih dengan seikat mawar untukku. Hahahaha... Sebuah jawaban membosankan untuk pertanyaan membosankan, bukan?"

"Tapi aku akan mengingatnya, dan akan mengucapkannya untukmu jika suatu saat melihat bintang jatuh"

"Hahahahaha."

"Apa dia seperti Flyege, Yang Mulia?"

"Dzo,... Aku tak pernah mencintai siapapun dengan romansa, Dzo?"

"Benarkah? Atau mungkin kesedihanmu melupakan bagaimana rasanya jatuh cinta? Aku pernah melihat bahasa tubuhmu pada Flyege, sayang..."

"Itu 10 tahun yang lalu. Dan dia masih anak ingusan. Pria bodoh itu? sudahlah aku mau tidur, Flyege. Ermmm, maksudku Dzo..."

Dzo memperhatikan Ravenska yang memejamkan mata. Namun, perempuan tua itu yakin, Ravenska belum tertidur. Mungkin ia mengenang Flyege saat ini.

"Ravenska kecilku, ..." Bisik Dzo pelan tanpa terdengar Ravenska.

.....

Flyege, cinta sejati Ravenska?

Dimana dia?

RAVENSKA, The Epic of Fairy Tale [TAMAT]Where stories live. Discover now