7. Antarez

50 7 1
                                    

«

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

«

CHAPTER 7 : Antarez

                »

¦
~
¦

Lelaki yang kerap disapa Eza oleh teman-temannya itu bangkit dari pembaringan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lelaki yang kerap disapa Eza oleh teman-temannya itu bangkit dari pembaringan. Lantas ia melihat ke arah jam digital yang ada dinakas samping tempat tidurnya.

03.20

Waktu kematian jiwa Atteza sepuluh tahun silam menjadi waktu dimana alarm didalam kepalanya selalu membangunkannya dari lelahnya lelap.

Lelaki itu menghirup napas panjang dan menghembuskannya dengan dengkusan keras. Ia menyibak selimut tebal yang membungkus badan, lantas beranjak dari tempat tidur. Eza berjalan keluar kamar kemudian berderap pelan ke arah pantry dapur apartemennya. Ia membuka lemari pendinginnya yang hanya berisi berkaleng-kaleng kopi dan soda. Lantas menarik satu kaleng kopi dan membawanya ke ruang kerja.

Eza membuka tirai yang menutup kaca besar diruang kerjanya, menghadap ke pemandangan kota dari apartemennya yang ada di lantai 20.

Tatapannya redup tanpa nyawa menatap kearah kerlip lampu bangunan yang lebih rendah, "Kalo punya banyak duit gue pengen beli apartemen yang ada di gedung tinggi, gue pengen lihat bintang di daratan."

Atteza memejam, suara itu tidak berhenti mengisi relung ingatnya, seperti bersuara begitu dekat dengan telinganya.

"Gue pengen jadi penulis."

Eza mendesah pelan, lelaki itu lantas menutup tirai dengan gerakan kasar lalu berderap ke arah meja kerjanya. Eza menyalakan komputer, memilih mengalihkan pikirannya dengan bekerja, kemudian membuka tuas pada kaleng kopi.

"Ahhss.." Desahnya, saat mendapati sayatan kecil di jari telunjuknya yang tidak sengaja ia dapat saat membuka kaleng.

"Lo bisa apasih kalo gak ada gue? Buka kaleng soda aja berdarah!"

Eza menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. "Ada cewek yang hampir selalu bikin gue inget sama lo Ca." Gumamnya dalam temaran dan suasana hati yang semakin kusut.

A HALF HEARTWhere stories live. Discover now