10. Kalau Baper Sendiri Kan Nyelekit!

29 5 0
                                    

«

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

«

CHAPTER 10 : Kalau Baper Sendiri Kan Nyelekit!

                 »

¦
~
¦

Tidak tahu apa keputusannya untuk keluar dari rumah adalah hal yang benar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak tahu apa keputusannya untuk keluar dari rumah adalah hal yang benar. Kalau boleh jujur, Gia ingin tetap berada di rumah itu, rumah yang terisi banyak sekali kenangan, meski sekarang kenangan itu telah hancur karena kelakuan memuakkan papanya. Gia pun tak tahu kemana dia harus mencari kontrakan, Gia awam dengan hal-hal semacam ini.

Sambil terus menscroll pencariannya di internet, Gia bertopang dagu, suasana kantin belum begitu ramai, karena jam makan siang belum tiba. Gia sengaja menyendiri untuk menenangkan dirinya dan meyakinkan keputusannya sudah tepat, ini bukan hanya demi dirinya tapi demi Jeno juga. Tentunya Gia ingin memberikan tempat pulang yang nyaman untuk adiknya, karena selama ini rumah mereka tak pernah nyaman lagi.

Mendecak sebal Gia melirik jam di ponselnya, Wenanda entah kenapa lama sekali, katanya sudah hampir sampai tapi cewek itu masih belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Gia hanya datang untuk bimbingan, berkat buku Antarez judul skirpsinya di terima, dan sekarang dia harus pandai-pandai membagi waktu untuk mengerjakan skripsinya sekaligus mengejar deadline kerjanya.

"Adudu sayang maaf ya, tadi gue ketemu Gusti jadi ngobrol bentar hehehe~" Wen langsung mengambil tempat di depan Gia yang rautnya tertekuk.

"Bego, gue hampir sejam disini. Bisa-bisanya lo duain gue sama Gusti." Sembur Gia kesal.

"Tadi niatnya cuman nyapa doang Gi, ehh kebablasan hehe."

"Halah lo mah cuman nggak mau lewatin kesempatan emas, ya udah buruan deh bantuin gue. Pusing banget nih Wen."

"Kenapa sih sayangku?"

"Bantuin gue cari kontrakan." Gia menjatuhkan bahunya dengan lemas, rasanya tak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa, yang dipikirannya hanya Wenanda.

A HALF HEARTWhere stories live. Discover now