8. Nirena dan Eza

18 3 6
                                    

«

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

«

CHAPTER 8 : Nirena dan Eza

                     »

¦
~
¦

Irama musik pelan, cahaya lampu berwarna oranye yang hangat, satu gelas iced  greentea latte dan Atteza

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Irama musik pelan, cahaya lampu berwarna oranye yang hangat, satu gelas iced  greentea latte dan Atteza.

Rena adalah penggila dari momen itu.

Gadis bernama lengkap Nirena Erallya Savta itu akan meninggalkan segala sesuatu kalau lelaki pecinta kopi itu sudah mengajaknya duduk berdua di cafe langganan mereka, hanya duduk berdua, dengan minuman masing-masing dan seorang Eza yang menghadap macbooknya.

Atteza sering menulis dengan cara seperti ini selain mengurung diri diruang kerja. Katanya, cara ini membuatnya banyak mendeskripsikan tentang cinta, sebab ia dapat memandangi sosok yang dia cintai.

"Buku kamu abis aja rilis lo, masa udah mau buat lagi?" Tanya Rena.

Eza menyunggingkan senyum tipis, ia membenarkan letak kacamata anti radiasi yang konon mempunyai beberapa fungsi yang baik untuk berhadapan dengan layar itu.

"Ide datang itu berkah sayang.. aku bisa simpan ini dan memilahnya suatu hari."

Rena hanya menanggapinya dengan senyum.

"But you're too hard to yourself.. see kamu kurusan tiap kali abis ngerjain satu buku." Omel Rena.

Eza hanya tersenyum menanggapinya. Tantangan terberat menjadi penulis memang adalah dirinya sendiri. Terkadang terlalu banyak deadline yang mereka buat sendiri sampai lupa segala sesuatu tentang kehidupan. Apalagi Antarez, dia banyak ditanyai penerbit A, B dan C jika lama tak nampak produktif.

Mereka yang pernah bekerja dengannya seolah mengejar-ngejarnya. Tak heran sih untuk penulis kejar tayang yang punya mahkota best seller setiap musim terbit.

Walau, khusus untuk karya terbaik dalam penilaiannya sendiri ia percayakan pada HS Media. Biar bagaimanapun, Eza tak akan lupa kalau Jehano Kalfaraz adalah orang pertama yang mencetak bukunya, dan mereka seperti tumbuh bersama dalam dunia literasi.

A HALF HEARTWhere stories live. Discover now