Bab 2. Jungkir Baliknya Aluna

1.1K 164 28
                                    

Kapan, ya, bisa kuliah tanpa harus mikirin tugas atau laprak di mana-mana?

Lah, itu kuliah apa nganggur?

-MahasiswadiRundungGalau-

_______________________________


   Kepala Aluna benar-benar puyeng memikirkan tugas yang berderet minta diselesaikan. Sekarang ia berada di perpustakaan, bukan untuk menjadi kutu buku dan semacamnya. Hanya mengulur waktu dan menghabiskan waktunya mengunduh film romansa barat menggunakan wifi gratis.

    Aluna bukan pecinta drama korea, ia lebih tertarik dengan para pria bule tampan sekelas David Beckham, Nick Bateman, Harry Styles, dan sebangsanya. Twilight jelas masih masuk dalam film favoritnya, Aluna bahkan pernah halu punya pacar vampir keren seperti Edward itu.

     Ia bukannya tak sepaham dengan bucin para oppa, tetapi ia minder aja. Terlalu bening dan glowing membuatnya insecure jika dibandingkan dengannya yang masih ada wajah kusam dan berminyak. Dan kadang-kadang jerawat menyapa kala bulanan akan tiba.

      Area kampus sudah sepi, dengan hati-hati ia memasuki sebuah mobil hitam, masih menatap sekitar was-was. Bernapas lega karena kali ini lagi-lagi tidak ada yang tahu, iya semoga saja. Memasang sabuk pengaman sebelum ia tahu kalau seseorang di sampingnya sudah kelelahan akibat bekerja.

Bara melajukan mobilnya begitu orang yang ditunggu sudah datang. "Kenapa? Belum terbiasa? Bersikap normal saja," ucapnya tanpa menatap ke samping yang mendelik kesal.

 "Yang tadi itu sudah normal ya, mau semahir apapun rasa khawatir ketahuan tetap ada." Aluna membongkar isi tasnya dan mengeluarkan benda tempur semua perempuan yang mengaku cantik dan menarik dimuka bumi yang glowing ini. Ingatkan matahari supaya tidak terlalu panas.

Bara terkekeh geli lalu mengusap pelan kepala Aluna. Matanya masih terfokus akan jalanan di depan.

"Aku sudah suruh Iyem bikin menu baru yang rasanya ciamik tapi sangat estetika." Aluna merapikan riasannya tak lupa menambahkan pemerah bibir kebanggaannya. Apapun keadaannya, tampilan harus glowing anti minyak.

"Ijam bukan Iyem," ralat Bara yang dianggap angin lalu oleh Aluna.

 Mereka akhirnya tiba di salah satu kafe–restoran bernama Alra Grand milik mereka berdua. Lebih tepatnya punya Bara, Aluna hanya numpang nama dan sedikit membantu. Kebanyakan bantu doa dan menghabiskan makanan di sini, parasit memang.

Aluna memasuki bagian dapur lalu memakai apron sebelum ia bertempur dengan bumbu dapur dan tepung. Ia sangat menyukai hal yang berbau tata boga, beban tugas kuliah seakan terangkat begitu saja jika ia melakoni hobinya sejak kecil ini. Namun sayang, hobi tanpa bakat itu musibah. Nasi gorengnya gosong tak layak konsumsi. Miris, ia sendiri tak paham sejak kapan ada nasi goreng punya kuah sop dan sejak kapan pula warna nasgor itu hitam gemerlap bukan merah-orange? Astaga ingin nangis rasanya lihat hasil buatan sendiri yang sangat gagal total.

"Inem! Buatin nasgor yang enak dong, gue ngidam nih!" Aluna menghempas kamar  apronnya dan memilih menjadi parasit seperti biasanya. Bos mah bebas.

"Saya Ijam kak, bukan Inem."

Kembali pada peraturan tadi, ralatan dari sang pegawai pemilik nama diabaikan oleh sang bos. Ijam harus kembali menelan kesabaran level 29 kali ini. 

Mudahnya Aluna mendapatkan tempat makan yang kosong sembari menunggu nasgor kesukaannya datang, ia memainkan ponsel bermain game Gameloft Java yang kali ini sudah diadaptasikan menjadi android, cukup menyenangkan dalam satu aplikasi bisa memainkan 30 game, offline pula. Jadul? Memang, tapi Aluna tetap suka kok ringan gitu mainnya gak perlu mikir berat kayak beban hidup.

Keep Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang