Bab 18. Upil Bermasalah

407 86 11
                                    

"Aku hanya ingin perempuan yang kucintai bahagia."

-Hijikata Toushiro-

-Hijikata Toushiro-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Aluna berjalan mengendap-endap, menengok segala sisi, takutnya ada setan genderuwo yang datang tiba-tiba kayak jailangkung. Kata Yanto ada setan usil yang suka main petak umpet di sekitar koridor sini. Duh, pantas saja sepi. Ia juga nggak bakalan mau lewat sini, kalau dirinya tidak mageran. Tempat ini tidak semenyeramkan apa yang orang pertama kali bayangkan, bersih, kok. Tapi, kalau sudah sepi begini baru aura mencekamnya terasa.

Entah mengapa, ia merasa geli pada lehernya. Semoga bukan pocong ganteng yang nempel, susah nolak soalnya. Ia berteriak kaget setelah bahunya berasa ada yang menepuk. "Kenapa kaget? Saya hantu, gitu?"

"Ya, Tuhan. Hantunya jelmaan dosen galak." Ia meringis begitu jidatnya disentil keras oleh Garda. Salahnya juga ngomong asal dan tidak jelas begitu.

"Kamu dan Bara ada hubungan apa? Saya sudah digantung perasaan, nggak enak banget. Aluna, bagaimana kalau jadwal sidang mu digantung tidak pasti?" Aluna menggeleng ngeri, kenapa dari sekian karma malah balasannya begitu?

Keringat dingin mengucur, Aluna gelagapan mencari alasan yang tepat kali ini. Salah-salah, ia akan dipojokan dengan permainan kekuasaan. "B-bukan, gitu, Pak. Ya, ampun, kok balasannya lebih mengerikan, sih."

"Al, saya memang suka kamu. Tapi, semua itu bisa berubah andai kamu jujur sejak awal." Duh, panas dingin kayak lagi pendosa besar saja. Aluna berpaling, ia bingung dan semakin bertambah bingung. Takut salah ambil langkah, dan malah berbalik membuatnya menyesal.

Matanya melirik ke samping kaca. Loncat dari lantai tiga nggak bikin patah tulang, kan? Nggak jadi, deh. Harus pecahin kacanya dulu baru bisa lompat, kalau ia tidak jadi mati otomatis harus ganti rugi.

Aluna tidak tahu dari mana Garda mengetahui rahasianya, ia juga sudah lelah menutupinya dengan kebohongan. "Saya takut ngomongnya. Kita udah sepakat untuk merahasiakannya."

"Oh, jadi begitu? Baiklah, sama jumpa dipertemuan tujuh tahun berikutnya." Busyet, umur berapa tuh dia bakalan wisuda? Gila aja, nih dosen. Aluna menahan lengan kanan Garda, kenapa Garda kayak marah pasang tanduk siap nyeruduk, sih?

"Loh? Maksudnya apa, Pak? Dengerin dulu, mas Bara pinta saya nggak pacaran dulu. Bapak kan udah setuju juga?" Seingatnya, Garda sendiri yang memberikan kebebasan padanya untuk memilih apa yang ia inginkan. Kenapa malah sekarang maksa?

"Apa? Siapa yang kamu panggil Mas? Setuju? Jadi, saya ini cuma orang kedua, begitu? Hanya pelarian sesaat Semata? Sip, kamu nggak usah wisuda sekalian," ucapnya kesal, mengerucutkan bibir Aluna. Apa-apaan dengan panggilan sayang dan kesan kalau dirinya adalah orang ketiga yang suka menyelinap dalam hubungan orang lain?

Keep Your SmileWhere stories live. Discover now