Bab 10. Pendekatan Mode Serius

521 98 7
                                    

Apa kamu tahu kalau menangis itu adalah tawa dikala sedih?

-Halah, ngibul-

_______________________


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pernahkah Aluna mengatakan bagaimana sikap Garda kepadanya selama ia kuliah? Tentu, tentu saja. Sebagai ayah yang merangkap sebagai saudara, Bara harusnya tahu bagaimana keadaan mental Aluna yang naik-turun kayak lagi main holahop ketabrak pangeran belatung. Nggak nyambung? Disambung-sambungin aja, ya. Ketika akan pagi menyambung siang nanti, Aluna meletakan secangkir kopi hitam untuk Bara. Anggap saja ini salah satu upaya keberhasilan persentase kemenangannya.

"Mas," ucapnya lembut. Tangannya ikut bergerak, memijat pelan bahu Bara yang masih sama kerasnya.

"Hm?"

"Mas sayang aku, kan?"

"Kalau manis kayak gini pasti ada maunya. Mas nggak akan goyah."

"Ih, bukan. Ini tentang masa depan aku, loh."

"Masa depan? Ada yang ngajak kamu nikah? Tolak, aja. Kuliah aja belum beres, main sikat nikah aja. Dia sudah kerja? Mapan? Bagaimana dengan tabungan, rumah, dan finansial yang harus sudah sedia demi kamu? Itu belum termasuk tes seleksi Mas untuk dia. Apa dia punya attitude yang bagus atau malah hanya sampah bersembunyi dibalik ketek ibunya?"

Ya ampun, inilah yang membuatnya tersentuh sekaligus kesal. Bara menempatkan dirinya sebagai sosok seorang ayah, tapi untuk sekarang Aluna belum ingin berhadapan dengan mode 'ayah' yang begini.

"Bukan. Itu, loh, pak Garda. Kayaknya doi masih dendam, deh. Beberapa waktu yang lalu dia pernah ancam aku. Katanya beliau mau mempersulit proses kelulusanku. Gimana dong?"

"Gimana apanya? Itu hanya gertakan. Mungkin Garda sedang mengujimu atau mungkin hanyalah lelucon iseng."

"Iseng? Mas?! Mana ada istilah doi bercanda. Kalau serius, ya serius. Mau sungguhan atau tidak, semuanya tetap sama."

"Nah, benarkan. Hiperbola. Sesekali dibimbing Garda, oke juga. Kata sebagian mahasiswi, sih. Lumayan cuci mata."

"Itu dia. Sebagian, Mas. Sebagian lainnya aku ikut aliran itu. Habis sudah masa ketenangan indahku." Aluna duduk samping kanan Bara. Menangkup wajahnya, menambahkan efek nelangsa. Berharap Bara mau memberikan uluran tangannya.

"Kamu masih semester lima, santai saja."

Apa katanya? Santai? What the hell? Tiap kali ia dikejar deadline, mana mungkin bisa bersantai barang sejenak. Baiklah, kalau Bara tidak mau membantunya, ia akan meminta tolong pada Tuhan saja. Mulai sekarang ia akan menjadi orang jahat dan supaya Tuhan lebih meliriknya dan doa jahatnya bisa dikabulkan.

Keep Your SmileWhere stories live. Discover now