Bab 20. Tanam, Rawat, dan Panen

392 87 11
                                    

Secapek-capeknya bekerja dari segala penjuru tekanan batin dan fisik. Lebih capek lagi jadi pengangguran, serius. Nggak bohong, loh.

-Realita-

-Realita-

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।




Waktu terus berjalan, tahu-tahu saja mereka sudah berada di semester akhir. Aluna yang memutuskan menghindari mulai menuai hasilnya, omongan menjadi cambukan kasar untuknya. Kalau boleh nostalgia sedikit, ia jadi teringat kalau ada yang tega mengancamnya ketika akan menghadapi tugas akhir hingga menjelang yudisium nanti. Ampun, nggak main-main memang. Kebanyakan dosa ya, gini, nih.

Ia merasa bersemangat, tinggal beberapa langkah lagi ia bisa menyandang gelar sarjana. Namun, sebelum itu ada beberapa halangan yang harus dilewati. Pertama-tama harus mengalahkan skripsi dan dosen pembimbing dulu. Astaga, ternyata masih jauh.

"Demi apa gue dapat dosbing ganteng macam pak Bara! Kyaa, diabetes, nih." Pekikan bahagia itu disambut selamat dari Caca dan Mona. Aluna mencibir, meratapi nasibnya yang mendapatkan malapetaka
Dasar, Ciko. Sudah punya Danu masih juga menginginkan Bara, terlalu tamak.

Sudahlah, anggap saja Ciko salah satu kutu beras kesasar yang suka loncat-loncat kayak ulat nangka. Beda nasib kadang beda kesialan juga, ia optimistis, kok. Baik dirinya dan Ciko punya petakanya masing-masing, jadi jangan pesimis.

"Harus banget, ya, nama asli lucifer yang pernah jadi kiper karambol, nyempil di mari?" Kalau bisa nama itu ia coret dan ganti dengan nama yang lebih baik lagi.

"Hahaha, beliau nggak becanda, dong. Rejeki, lo, Na. Terima aja, siapa tahu doi bakalan dapat hidayah bisa bikin lo yudisium sebelum waktunya," ucap Ciko menepuk bahunya. Mata-mata manis seperti tengah memberikan dukungan, beda dengan senyum mengejek yang diminta digilas gergaji itu.

"Maksudnya gue nggak bakalan lulus gitu?"

"Sumpah, Cik. Gue setuju banget kalau ada yang ngajuin petisi buat lengserkan lo dari alam semesta hingga alam gaib."

"Lah, terus gue bakalan ngumpet di mana?"

"Bodo, ah. Yanto! Sini, lo nggak ada jin yang bisa disewa bentar? Bikin pak Garda kesemsem sama gue sampai berlebihan nurutin kata-kata gue? Kayak gue tuannya terus doi pelayan gitu?"

"Al, nggak boleh gitu. Ngapain pakai cara sihir kalau beliau sudah kena sihir?"ucap Caca menggeleng tak setuju.

"Maksudnya?"

"Gue lihat, loh," bisik Ciko membuat Aluna menegang kaku. Jangan sampai itu anak emberan, punya mulut kok suka nyebar berita aja.

"Lihat apa?" tanyanya gugup, takut kalau Ciko pernah melihat ia dan Garda ketika berduaan. Kan, gaswat!

"Hehe, lihat pak Garda sering curi pandang ke elo. Apalagi bagian yang ini, favorit doi, pasti." Gelak tawa ketiganya menyeruak, Aluna merona malu.

Keep Your Smileजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें