Sembilan Belas

481 66 23
                                    

Selamat membaca 😊

***

"Gue mau ganti orang, Fred!" Ucapnya menggebu dengan dada naik turun.

"..."

"Dia nggak profesional. Bisa-bisanya ESS punya agen bodoh seperti itu? Lo gimana sih sebagai pimpinan?"

"..."

"Ya masalahnya gue bayar mahal!"

"..."

"Pokoknya, besok gue mau orang baru!"

Orang yang di hadapannya terkikik melihat percakapan yang ditangkap telinganya. "Rangga, Rangga, tetep aja lo tu tukang suruh dari dulu. Bossy."

Rangga menghela napas sembari menyimpan ponsel yang sambungan teleponnya baru saja dia matikan itu di dalam saku kemejanya. "Ya gimana? Kesel gue sama agen ESS yang gue sewa. Bisa-bisanya dia ketahuan."

"Yang lo minta ngikutin anak orang yang ditabrak Diana itu?"

Rangga mengangguk.

"Udah sekian tahun, Ngga. Kalau lo mau tanggung jawab, harusnya lo datengin terus kasih duit, jaminan hidup, apa gimana gitu."

"Dion, ini nggak semudah kayak lo ngatur hidup Herjuno. Ini urusannya ribet, emosional, nggak sesederhana itu."

Dion mengangkat satu alisnya. "Anaknya cewek?" Tanyanya menebak. Rangga mengangguk sambil menyeruput Arabika pesanannya yang datang saat dia bertelepon tadi. "Anak sekolahan?"

Rangga menggeleng. Dia meletakkan cangkir berisi minuman berkafein itu kembali di atas meja. "Udah dua puluh tahunan."

Dion langsung terkekeh. "Ya pantesan urusannya nggak sesederhana kasih duit. Lo pasti udah kebablasan jatuh hati sama itu anak. Lo takut kalau ketahuan, dia bakal dendam sama lo, dan lo gagal deh jadiin dia mama baru buat Kenzie." Dion meledek sambil tertawa puas.

"Mulut lo, Kampret!" Rangga memaki sambil melempar sebatang rokok pada Dion.

"Kenapa? Mulut gue bener kan?" Dion menaik-turunkan alisnya.

Rangga hanya menghela napas. Dia malas atau lebih tepatnya bingung harus menjawab apa. Dia lebih memilih mengeluarkan sebatang rokok lagi kemudian menyulutnya.

"Cantik?" Tanya Dion lagi.

"Apaan sih, Yon?!"

"Jawab dulu, cantik nggak? Lo tu kesannya kayak anak remaja lagi suka-sukaan terus nggak mau ketahuan."

Rangga melirik Dion tajam lalu berdecak, hingga akhirnya buka suara, "Ya-- cantik, tomboi, kayak Diana. Puas lo?"

Dion seketika tertawa mendengar ucapan Rangga. Akhirnya teman mendakinya itu bisa move on dari kesedihan dan keterpurukan sepeninggal istrinya.

"Mana nih yang lain? Lama banget," keluh Rangga sambil melihat arlojinya. Dia tidak ingin kembali diinterogasi Dion soal Cattleya. Lagipula, dia tidak mau jika Dion tahu bahwa gadis yang selama ini 'dijaga' oleh Rangga adalah bodyguard Herjuno.

"Dante lagi otw, si Andreas, nggak tahu. Itu anak kemarin pas aku ajak kumpul sama anak-anak kompas, jawabnya sih oke aja gitu tapi nggak tahu deh beneran datang apa enggak. Ranti, nggak dibolehin datang sama lakinya. Posesif itu emang. "

"Ya maklum. Semenjak Diana nggak ada, Ranti kan cewek sendiri jadinya. Canggunglah kalau ikutan nongkrong kita."

"Ngga," panggil Dion pelan.

"Hmm?"

"Lo masih suka kepikiran nggak sih sama Diana?"

"Ya jelas masih! Lo pake nanya segala. Dia cewek yang gue kejar bertahun-tahun. Sekalinya jadi bini gue, baru gue kawinin setahun terus dia mati. Lo pikirin aja, hati gue hancurnya kayak apa!" Rangga mendadak jadi meradang dengan pertanyaan bodoh dari Dion.

Deal with Mr. Celebrity (Tersedia dalam Bentuk Buku dan PDF)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें