Fourty Five

44.4K 4.7K 4.2K
                                    

Beberapa chapter menuju akhir ya:))

Happy Reading:)))


"Jaehyun, dia.... Mingyu mengkhianatiku."



Jaehyun bisa merasakan tubuhnya sedikit terguncang akibat tangisan pria mungil yang kini ada di pelukannya. Tangisan Taeyong terdengar sangat pilu, dan pria mungil itu juga memeluknya dengan sangat erat.




Jaehyun melepaskan pelukan mereka, ia menatap wajah Taeyong, kemudian pandangannya ia turunkan ke tangan pria mungil itu. Tidak ada cincin di jari manis Taeyong. Hatinya merasa sangat bahagia, ada beban berat yang terasa lepas dari hatinya. la kemudian mencium bekas cincin di jari manis Taeyong, membuat pria mungil itu mengerutkan keningnya heran.



Namun Taeyong tidak memperdulikan sikap aneh Jaehyun. Taeyong merapatkan tubuhnya kembali, dan meminta untuk dipeluk lagi oleh Jaehyun, dan dengan senang hati Jaehyun memeluknya dengan sangat erat.



Tapi, salahkah Jaehyun jika saat ini dia bahagia melihat pertunangan Taeyong dan Mingyu berakhir walaupun saat ini Taeyong terlihat begitu terpuruk?




~ President Jung ~




Jaehyun menghela nafasnya pelan ketika melihat Taeyong terus menerus menangis sambil memeluk lututnya. Sejak tadi dia sudah memaksa Taeyong untuk makan, namun pria mungil itu menolaknya. Taeyong bahkan tidak berbicara apapun kepadanya, dan terus saja menangis.



"Taeyong, makan ya. Daritadi kau sama sekali tidak makan. Nanti kau akan sakit." Jaehyun duduk di samping Taeyong, saat ini memang mereka sedang berada di kamar tidur Jaehyun.



Pria mungil itu hanya menggeleng pelan, kemudian mendongakan kepalanya menatap Jaehyun. "Aku ingin pulang ke apartmenku, Jaehyun. Antarkan aku."



"Tidak, kau menginap disini." Jaehyun mengusap lembut rambut Taeyong, hatinya terasa sesak melihat keadaan Taeyong yang benar-benar sangat terpuruk saat ini. Mata pria mungil itu benar-benar sembab, tatapan mata Taeyong juga sangat nanar.



"Kau jangan khawatir, aku tidak akan berbuat sesuatu yang buruk. Ini kedua kalinya aku dikhianati, dan aku sudah terbiasa."



Jaehyun menghela nafasnya kasar, pria mungilnya itu masih mengira jika Jaehyun mengkhianatinya, padahal tidak sama sekali. Jaehyun sama sekali tidak mengkhianati Taeyong, dia mencintai Taeyong sepenuh hatinya.

"Aku berharap suatu saat nanti kau akan tahu jika aku tidak pernah mengkhianatimu, Taeyong."




Taeyong hanya terdiam, tidak bisa lagi untuk mempercayai ucapan siapapun lagi saat ini. Dia kemudian menyentuh tangan Jaehyun dan menggenggamnya. "Antarkan aku pulang ke apartmenku, hyung."


"Jangan panggil aku hyung, aku bukan kakakmu." Jaehyun berdecak kesal membuat Taeyong tertawa pelan.




"Antarkan aku pulang." Taeyong tersenyum, dia terlalu lelah menangis, setidaknya dia ingin melupakan sesaat rasa sakitnya itu.



"Tidak. Ayo makan! Aku tidak ingin kau berbuat sesuatu yang bodoh. Setidaknya jika kau menginap di rumahku, aku bisa menjagamu." Jaehyun menyodorkan sesendok makanan ke depan mulut Taeyong, namun pria mungil itu menggeleng.


Taeyong tersenyum, ia kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Jaehyun, dan membisikan sesuatu kepadanya.

"Baby ingin pulang."



Jaehyun menggeram rendah, menahan dirinya sendiri untuk tidak menerkam Taeyong saat ini juga. Sungguh, dia sangat merindukan Taeyong. Merindukan malam-malam panas mereka juga.

President JungOnde histórias criam vida. Descubra agora