Thirty Four

35.3K 4.6K 2.2K
                                    


Happy Reading :)))



"Taeyong sayang."


Pria itu berjalan mendekati Taeyong yang sedang menangis dengan keras. Taeyong memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya. Sejak mereka sampai di apartmen pun Taeyong tidak pernah berhenti menangis, dan tidak mau menjelaskan apa yang telah terjadi.



"Taeyongie, setidaknya kau makan dulu, jangan siksa dirimu sendiri, nanti kau akan sakit."

Taeyong mendongakan wajahnya, matanya benar-benar sangat sembab, dan juga wajahnya basah karena air mata. Rambut pria mungil itu acak-acakan, dan menatap pria tampan di hadapannya dengan tatapan yang sangat memilukan.

"Apa aku ini sangat jelek? Apa aku ini sangat tidak pantas untuk dicintai? Apa aku tidak pantas bersama Jaehyun? Jawab aku, hyung." Taeyong mencengkram erat baju sepupunya itu, dan kembali menangis pilu.




Myungsoo menarik tubuh mungil sepupunya yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu ke dalam pelukan hangatnya. Hatinya terasa sangat pilu hanya dengan mendengar tangisan Taeyong saat ini. Dia tahu, jika saat ini adik kecilnya itu pasti sedang sangat terluka parah.

"Taeyongie, dengarkan hyung. Kau lebih dari kata sempurna, banyak orang yang menginginkanmu. Hanya orang bodoh yang berani menyia-nyiakanmu. Jangan pernah berfikir seperti itu lagi." Myungsoo memeluk erat tubuh Taeyong, tangannya mengusap rambut pria mungil yang berada di pelukannya.




"Tapi mengapa Jaehyun menyakitiku, hyung? Mengapa hyung? Mengapa? Ini sakit, sakit sekali hyung. Hatiku sakit." Isakan Taeyong terdengar melemah, matanya terpejam mengingat kembali video yang Winwin kirimkan kepadanya.




"Ceritakan apa yang terjadi kepada hyung jika kau sudah tenang ya. Sekarang tenanglah, hyung ada disini, menemanimu sampai kau tenang. Ingatlah satu hal Taeyongie, kau sangat pantas untuk bahagia. Kau terlalu indah untuk disakiti. Jangan menangis lagi ya sayang."




Tangisan Taeyong memang sudah berhenti, namun pria mungil itu kini hanya terdiam mematung di pelukan Myungsoo, tidak bergerak bahkan tidak berbicara apa-apa. Hanya hembusan nafasnya yang berat yang terdengar.

"Hyung, aku ingin menginap disini selama beberapa hari."




"Kau boleh menginap selama apapun yang kau mau. Nah, sekarang lebih baik kau makan ya, hyung yakin tenagamu pasti terkuras habis karena menangis tadi." Myungsoo melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Taeyong, kemudian mengusap lembut rambut pria mungil itu.




"Aku ingin tidur saja hyung. Aku lelah, sangat lelah."



"Baiklah, besok jangan kuliah. Istirahatlah dan tenangkan fikiranmu. Besok, hyung belikan makanan dan minuman kesukaanmu."



"Hyung, jika besok teman-temanku menanyakanku kepadamu, katakan kepada mereka jika aku sedang di rumah nenek, jangan katakan kepada mereka apa yang terjadi kepadaku saat ini. Aku hanya tidak ingin membuat mereka khawatir."




"Bagaimana jika Presiden Jung menanyakanmu kepadaku?"




Tawa kecil terdengar dari mulut Taeyong, ia kemudian menundukan kepalanya, menghela nafasnya dengan berat, setelah itu kembali menatap Myungsoo dengan tatapan yang nanar.

"Dia tidak akan melakukan hal itu."




“Taeyongie, dia kekasihmu, dia mencintaimu, tentu saja dia akan mencarimu."





President JungWhere stories live. Discover now