Thirty Five

39.5K 4.9K 3.8K
                                    

NB: mohon siapin kesabaran penuh di part ini :D
Tadinya mau update yang ToD tapi yang ini aja dulu ya, biar besok yg ini yg gak nya :D




Happy Reading ❤





"Jangan cium aku."

Jaehyun mengerutkan keningnya ketika melihat Taeyong memalingkan wajahnya, dan menolak ciumannya, bahkan kekasihnya itu bilang untuk tidak menciumnya. Apakah luka di hati Taeyong benar-benar sangat dalam sehingga pria mungil itu bersikap seperti ini?


"Sayang... Aku minta maaf, sungguh minta maaf. " Jaehyun mulai merasa panik, ia menarik kembali tubuh mungil Taeyong ke dalam pelukannya. Memeluknya sangat erat walaupun Taeyong terus meronta di pelukannya.


"Jae, lepaskan aku. Lepas!!" Taeyong terus meronta, mencoba untuk melepaskan dirinya sendiri dari pelukan Jaehyun, namun tenaga Jaehyun jauh lebih kuat darinya, hingga akhirnya dia menyerah dan membiarkan Jaehyun memeluknya dengan sangat erat.



Jaehyun membiarkan Taeyong menangis keras di pelukannya. Bajunya sudah basah oleh air mata kekasihnya itu. Tangisan pilu Taeyong membuat hatinya terasa sakit, dia tidak menyadari jika pertemuannya dengan Winwin kemarin akan membuat Taeyong sangat terluka. Dia tidak pernah berniat untuk menyakiti pria mungilnya itu, namun seringkali tanpa sengaja dia terus saja menyakiti Taeyong dan membuatnya menangis. Tapi sungguh, dia sangat mencintai Taeyong, lebih dari apapun.


Setelah dirasanya Taeyong mulai tenang, Jaehyun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Taeyong, memandang lekat mata indah milik kekasihnya.

"Pulang ya sayang. Kita pulang, kita selesaikan ini di apartmen kita."


"Tidak, aku ingin tinggal disini dulu." Lirih Taeyong, menghela nafasnya dengan berat sebelum memalingkan wajahnya ke sembarang arah, "Kembalilah ke kampus, bukankah kemarin kau bilang kepadaku jika hari ini ada meeting dengan organisasi pecinta alam?"

Jaehyun tersenyum, mengecup kening Taeyong dengan singkat membuat pria mungil itu langsung menoleh ke arahnya. Jaehyun mengusap lembut pipi Taeyong, dan kembali menarik tubuh mungil kekasihnya ke dalam pelukan hangatnya.

"Aku akan kembali ke kampus jika kau sudah mau pulang lagi ke apartmen kita. Aku susah untuk tidur dengan nyenyak jika tidak memelukmu."


"Mengapa kau tidak memeluk Winwin saja." suara Taeyong memang sangat pelan, namun Jaehyun masih bisa mendengar semuanya. la semakin mengeratkan pelukannya, tahu jika kekasihnya sedang ragu kepadanya saat ini.


"Mana mungkin aku memeluk Winwin, kekasihku itu adalah kau, bukan dia."




'Tapi kau menciumnya walaupun kau tahu dia bukan kekasihmu. Apa saat itu kau lupa jika kekasihmu itu adalah dia bukan aku?'




"Bisa saja kan kau lupa jika kekasihmu itu adalah dia bukan aku saat kalian bertemu kemarin." Taeyong terkekeh pelan, merasa miris akan kenyataan yang sebenarnya.



"Sayang, sungguh kemarin aku bertemu dengan Winwin itu benar-benar sangat terpaksa. Aku melakukan ini karena dia bilang tidak akan mengganggu hubungan kita lagi setelah kami bertemu. Dan maaf, aku tidak jujur kepadamu, karena aku takut kau akan marah kau akan marah sayang. Semua yang aku lakukan itu benar-benar sebuah keterpaksaan. Percayalah padaku. Dan aku tidak akan pernah melupakanmu, melupakan jika kekasihku itu adalah kau. Aku sangat mencintaimu, mana mungkin aku melupakanmu."



'Jadi kau juga akan bilang ciuman kalian itu sebuah keterpaksaan? Tidak ada ciuman atas dasar keterpaksaan. Jelas-jelas aku melihat kau menciumnya terlebih dahulu dan Winwin membalasnya dengan menggerakan bibirnya.'


President JungNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ