Prolog

79 14 3
                                    


Cowok dengan jaket berlogo Punisher itu berjalan santai di tengah-tengah koridor sekolah yang sepi. Diikuti dengan kedua temannya di belakang yang sedang menoleh kesana-kemari memastikan bahwa guru kesiswaan sedang tidak berpatroli saat ini.

Sudah menjadi tradisi disaat semua murid-murid duduk tenang di dalam kelas tetapi ketiga cowok ini malah berkeliaran di koridor sekolah. Dipimpin oleh sang ketua gang, Lio. Ketiga nya berjalan dengan percaya dirinya, menenggelamkan satu tangannya ke dalam saku dengan mata yang memandang lurus kedepan, seolah saat ini mereka tengah berjalan di red carpet.

Anza Adelio, pentolan SMA Gelora dengan jabatan nya sebagai ketua dari The Punisher. Gang motor yang paling disegani di Gelora. Tawuran, balapan, masuk BK, itu adalah makanan sehari-hari nya.

Langkah Lio terhenti saat mendengar suara aneh yang berasal dari belakang. Dia menoleh, mendapati Keenan yang memegangi perutnya seraya menyengir

"Anak gue kelaparan, hehe."

Lio menggeleng pelan, kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Mereka berbelok dipertigaan kelas, tujuannya saat ini adalah kantin. Menyorot suasana kantin yang sangat sepi, membuat ketiga nya betah berlama-lama disini tanpa gangguan para siswi yang terang-terangan menatap mereka lapar.

Sarapan pagi dengan mie rebus tidak buruk juga. Jam sudah menunjukan pukul sebelas, apa masih bisa dibilang pagi? Dengan tambahan telur setengah matang diatasnya membuat Keenan ingin cepat-cepat melahap makanan itu sekarang. Perutnya sudah sangat ingin diisi sejak tadi.

Lio memakan mie nya dengan tenang, mengabaikan Keenan dan Liam yang tengah berebut botol saus. Menyeruput es teh nya hingga setengah, tatapan Lio menyipit saat melihat seorang gadis tengah kesusahan membawa buku-buku nya.

Lio bangkit dari duduknya, mengabaikan mie nya yang masih hangat dan meminta untuk di makan. Lio tertunduk, memunguti satu persatu buku gadis itu yang berceceran di lantai.

"Kenapa gak minta bantu, sih?"

Gadis itu nyengir, tumben sekali Lio mau membantunya tanpa diminta. Dia menyeka keringat yang ada di dahi nya.

"Gue gak liat kalau lo lagi disini. Tau gitu gue nyuruh lo aja tadi." Gadis itu berlalu ke stand penjual minuman.

"Udah makan?" Lia kembali bertanya saat sudah mendapatkan minumannya.

Khanza Lanira Adelia. Satu-satu nya perempuan yang dekat dengan Lio sang penguasa sekolah. Rumah yang bersebelahan juga kebiasaan mereka yang saling bergantung satu sama lain membuat hubungan Lia dan Lio sangat dekat layaknya sepasang kekasih. Tetapi tidak, mereka hanya bersahabat untuk saat ini. Tidak tau besok, atau nanti.

Lio menunjuk meja yang dia duduki tadi dengan dagu nya. Lia mengangguk paham. "Yaudah, gue mau balikin buku ini ke perpus dulu."

"Ayo, gue yang bawa!"

Lia menggeleng tanda tak mau. Melempar botol bekas air mineralnya ke tong sampah terdekat. "Enggak, lo lagi makan. Biar gue aja, sini!"

Lio menatap Lia tak suka. Dia memberikan tatapan tajam nya agar gadis itu takut. "Lia!"

"Enggak, Lio." Tatapan Lio tak sedikitpun membuat nyali gadis itu menciut. Hal yang biasa bagi Lia, tatapan itu sering Lio berikan saat dia sering membantah Lio saat kecil dulu.

Lio menghembuskan nafasnya, Lia memang keras kepala. "Kalau ada apa-apa, telpon gue!" Perintahnya tak ingin dibantah.

Lia mengangguk malas lalu keluar dari kantin dengan setumpuk buku-buku yang harus dia kembalikan ke perpustakaan.

"Yah udah dingin, bos." Ucap Liam saat Lio kembali duduk ditempatnya.

"Apanya?"

"Mie lo tuh, dianggurin mulu daritadi." Kata Liam, tangan nya sedang memotong mie miliknya yang panjang nya seperti kereta kencana

Lio kembali melanjutkan makannya, tak perduli kalau mie yang dia makan saat ini sudah dingin. Perutnya sudah kelaparan karena seingatnya semalam dia hanya memakan angin.

Keenan bersendawa seraya menepuk-nepuk perut nya yang terlihat membuncit. Memakan satu porsi mie rebus dengan telur setengah matang ditambah sepiring nasi akhirnya bisa membuat perutnya tenang, tidak berteriak seperti tadi.

"Asep nya ke gue semua, sayton!" Gerutu Liam kesal saat bau napas Keenan yang sedang bersendawa menerpa indera penciumannya.

Keenan tersenyum jahil, mendekatkan sedikit tubuhnya ke arah Liam. Lalu membuka mulutnya lebar-lebar.

"HAH!"

Wajah Liam berubah masam. Dia menoleh, melayangkan tatapan menghunus nya pada Keenan. "KEN SIALAN!"

🍰🍰🍰

Setelah menghantarkan beberapa buku ke perpustakaan. Disini lah Lia sekarang, terdampar di ruang kesehatan sekolah. Berbaring dengan mengatur nafasnya yang tersendat. Lia sebenarnya kurang suka dengan bau obat-obatan, tetapi jika dia berpindah ke perpustakaan disana pasti ada Pak Fir yang kerap sekali menggoda nya.

Melirik sekilas jam yang berada di dinding, sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Lia sedang malas ke kantin, dia berniat tidur saja disini. Kasur yang lumayan empuk dengan suhu AC yang sudah diatur sedemikian rupa suhu nya membuat Lia betah berlama-lama disini.

Jika tadi Lio berleha-leha dikantin. Saat ini mereka sedang menikmati cendol yang ada di warung ibu samping a.k.a buping. Suasana nya yang ramai dari anak-anak Punisher lainnya, membuat warung buping selalu heboh setiap hari nya.

Lio berpindah duduk, dia bergabung dengan Liam dan Keenan yang sedang bergelantungan dibawah pohon jambu untuk menggoda para siswi yang berlalu lalang.

Keenan tersenyum jahil. Menatap sang adik kelas dengan dandanannya yang menor itu kaku berucap.

"Hey sayangkuu."

Gadis itu menunduk, tak berani menatap Keenan yang sedang menggoda nya. "Alis lo belok sebelah tuh!"

Ucapan Keenan mengundang gelak tawa dari seisi warung buping. Gadis yang menjadi korban itu hanya menunduk malu, lalu pergi seraya membenarkan tatanan alisnya.

Lio menegak cendol miliknya yang berwarna hijau. Mengamati sekeliling warung buping yang sangat ramai dengan pedagang-pedagang luar sekolah. Lio tergiur dengan makanan kesukaannya yang ada disana, telur gulung.

"Bang, 20 tusuk ya!"

Pedagang itu mengacungkan jempolnya. Lio memang raja nya telung! Kembali menatap kedua sahabatnya yang kini sudah terduduk manis di ranting pohon jambu paling atas.

"Sini bos! Gila, ini jambu nya montok-montok woi." Ajak Keenan berbinar menatap jambu-jambu segar yang masih bergantungan dipohonnya.

Lio memakan telur gulung nya sembari selonjoran dibawah, lalu berujar. "Ken, di baju belakang lo ada ulat bulu."

Keenan pucat pasi, menoleh ke belakang namun matanya tak bisa melihat apapun. "Bos, serius?"

Liam yang berada di sebelahnya mengangguk semangat, "Tuh tuh jalan, merambat ke leher lo goblok!"

"MAMAAA!!"

Bruk

"HAHAHAH"

🍉🍒🍉🍒

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang