19 || Rahasia Terakhir (iii)

12 5 0
                                    

PORTAL aneh itu muncul tepat di atas permukaan piano. Mereka berdua ternganga melihat benda itu di atas piano bukannya di langit. Kejadian-kejadian ini semakin membuat Jill dan Steven pusing. Terlebih lagi Steven. Jika ia memaksakan diri untuk kembali berpikir, Steven akan pingsan lagi dan mirisnya kali ini di hadapan Jill. Steven tak boleh membiarkan hal itu terjadi.

Mendadak Jarma meraung-raung. Membuat semua pemilik telinga yang mendengar suara Jarma menoleh ke arahnya.

Sifat aslinya keluar, batin Jill sambil menaikkan satu sudut bibirnya.

“Kenapa cucuku mewarisi kekuatan ayahnya, sih?” keluh Jarma setelah berhasil mengambil perhatian mereka.

Lilian menatap Jarma bingung karena kata-katanya yang belum pernah ia dengar. Kemunculan portal misterius di atas piano saja sudah membuatnya bingung apa lagi kata-kata Jarma.

“Maksudnya?” tanya Lilian.

“Kamu itu keturunan penyihir,” tegas Jarma seraya menahan kesal.

Mata Lilian melebar. Ia tak percaya dengan ucapan Jarma. Memang masih ada penyihir yang masih tersisa di zamannya, tetapi Lilian tak menduga dirinya termasuk ke dalam kelompok itu. Bukan karena Lilian membenci mereka. Lilian keberatan memikul kekuatan. Ia takut jika suatu hari kekuatan itu Lilian salah gunakan.

“Mustahil,” gumam Lilian lirih. Jarma menghela napas lalu mencekal tangan Lilian.

“Ikut aku!” kata Jarma sambil menyeret Lilian masuk ke dalam portal.

Seketika tampilan ruang piano terurai seperti daun yang tersapu angin di musim semi. Jill dan Steven terpana melihat perubahan ruangan yang mereka tempati menjadi ruang berdinding kayu. Ada banyak alat medis yang mengelilingi mereka. Di hadapan mereka telah berdiri Lilian dan Jarma. Wanita itu tampak kebingungan melihat perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Jill dan Steven hanya diam melihat kepanikan Lilian. Mereka tampak terbiasa mengalami kejadian ini. Steven berusaha bangkit dari duduknya. Jill langsung berinisiatif membantu Steven setelah cowok itu merintih kesakitan.

“Maaf, ya, Steven. Tadi aku memukul lukamu,” ucap Jill merasa bersalah.

“Lupakan. Sudah nggak sakit lagi.”

Mulut Steven memang berkata seperti itu. Namun, sebenarnya lutut Steven masih terasa nyeri. Jill menaruh tangan kiri Steven di pundaknya lalu melingkarkan tangan kanan ke pinggang Steven. Jill tahu Steven berbohong. Luka yang belum diobati, nyerinya tak akan hilang apalagi setelah Jill memukulnya. Di lutut pula. Sudah pasti akan sulit untuk berjalan.

Steven akan protes kepada Jill karena ia telah lancang menyetuh tubuhnya, lagi. Akan tetapi suara Lilian yang terdengar panik mengurungkan niat Steven. Pandangan mereka berdua terkunci pada sosok Lilian yang saat ini sedang menangis. Jarma berusaha menenangkan cucunya dengan cara meyakinkan Lilian bahwa dia pasti akan pulang.

Mendengar kata “pulang” terucap yakin dari mulut Jarma, angin kelegaan berembus dalam dada Jill dan Steven.

Mereka sangat berharap kata “pulang” tak hanya sebatas ucapan, melainkan sesuatu yang pasti terjadi. Jika sebelumnya otak mereka enggan untuk menerima seluruh kejadian aneh yang beruntun mereka hadapi, kali ini mereka harus bisa pulang dan mengantongi rahasia yang disembunyikan selama ini.

“Steven. Kita harus bisa meraup informasi yang mamaku sembunyikan selama ini. Aku harap kamu siap,” ucap Jill mengarahkan.

Steven terlihat linglung. Ia nampak gugup membalas ucapan Jill. Cowok itu khawatir hal yang tak menyenangkan kembali terulang di hadapan Jill. Jujur saja, sebenarnya remaja berusia tujuh belas tahun itu takut Jill akan khawatir dan merasa bersalah dengan dirinya. Sayangnya Steven terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.

Suara pintu terbuka menginterupsi mereka semua. Dua orang pria berpenampilan memakai jubah selutut dengan simbol tongkat dan ular di telapak tangan kanan masing-masing masuk sambil asik mengobrol.

Dari tampilannya saja sudah bisa ditebak bahwa mereka adalah penyihir dan simbol di tangan mereka itu adalah simbol medis. Artinya, mereka berdua adalah penyihir medis.

“Hei, kamu tahu anak baru bernama Forte yang dikirim dari center untuk membantu kita?” tanya salah satu penyihir itu.

FISSANDO IL CIELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang