20 || Kupas Tuntas

13 5 0
                                    

MEREKA kembali dari masa lalu Forte. Lilian mengaku ibunya tak pernah menceritakan kematian ayahnya. Entah karena ia tak tahu atau memang sengaja disembunyikan, arwah Jarma menghilang setelah berpamitan dengan Lilian, meninggalkan raut tercengang yang menghiasi wajah anak muda pada dua generasi setelah dirinya.

Lilian kembali menangis seraya menundukkan kepalanya. Jill dan Steven menatap wanita itu. Jill ingin sekali memeluk mamanya, menenangkan wanita yang telah melahirkannya ke dunia. Namun, sesuatu membuatnya berpikir: bisakah ia menyentuh Lilian seperti ia menyentuh piano? Sedetik kemudian, Jill meyakinkan diri bahwa jika tak dicoba tak akan ada yang tahu.

Steven menatap Jill yang tiba-tiba melangkah maju lalu berniat untuk menahan gadis itu. Setelah menganalisa kemana kaki Jill melangkah, Steven mengurungkan niatnya dan membiarkan Jill mencapai tujuannya. Satu hal yang membuat Steven tercengang, yaitu butiran bening yang keluar dari mata Jill lalu melesat turun ke pipi mulusnya.

Dengan cepat Jill menghampiri Lilian dan langsung memeluk mamanya dari belakang. Jill tak percaya ia bisa menyentuh Lilian juga. Semakin sesak dada Jill, semakin erat pelukannya. Anehnya lagi, Lilian tak merasakan pelukan Jill. Cairan adekortikotropin terus-menerus terjun dari matanya dan membasahi lantai. Hati Steven terenyuh melihat pemandangan itu.

Tak lama kemudian, Lilian melangkah menjauhi Jill lalu berlari ke pintu. Lilian memutar anak kunci dengan gusar dan membuka pintu ruangan yang sudah berhari-hari tertutup. Kebetulan sekali ibunya lewat di depan ruang piano. Beliau kaget karena mendengar suara pintu yang menghantam dinding, lalu putri semata-wayangnya memeluk dirinya sambil menangis tersedu-sedu.

"Ada apa, Lilian? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini?"

"Bu, katakan padaku, apa penyebab ayah meninggal?!" paksa Lilian di sela tangis.

"A-apa maksudmu? Ibu nggak ngerti."

"Ayah meninggal karena ditusuk sahabatnya, 'kan, Bu?"

Sang ibu tercengang mendengar penuturan anaknya. Ia tak percaya Lilian mengetahui masa lalu suaminya. Karena melihat Lilian semakin terisak, ia menyuruh putrinya untuk duduk lalu mengambil air putih di dapur. Setelah kembali mengambil air putih, ia memberikannya kepada Lilian. Beliau mengaku bahwa Lilian adalah keturunan penyihir.

Mata amber Lilian terlihat sembab. Tangisnya sudah berhenti setelah ia menandaskan air putih pemberian ibunya. Lilian terdiam selama beberapa saat. Ibunya duduk di samping Lilian lalu memeluknya dari samping. Sang ibu sedang menunggu jawaban dari pertanyaannya yang pertama. Ia menenangkan Lilian dengan cara mengusap rambut oranye yang hampir sama dengan miliknya.

"Ibu senang kamu memutuskan untuk keluar dari ruang piano, tapi kamu tahu dari mana ayahmu mati terbunuh di tangan sahabatnya?"

"Aku nggak tahu, Bu. Tadinya aku buat lagu terus muncul portal aneh di atas piano. Nggak lama kemudian, ada kakek muncul."

"Kakek?"

Ibunya menginterupsi sambil mengerutkan kening. Lilian mengangguk seraya menghapus sisa air mata di pipinya. Jill dan Steven menghampiri Lilian di ruang tamu. Saat melihat sosok neneknya duduk di samping Lilian, kerinduan Jill kembali muncul dalam dada. Matanya nampak berkaca-kaca saat menatap beliau.

"Jiwa kakek ada di dalam piano yang dia buat. Lalu aku dimarahi karena menodai pianonya dengan darah." Semakin lama suara Lilian semakin kecil.

"Maksudnya?"

"Aku berusaha bunuh diri." Jawaban Lilian berhasil membuat ibunya tersentak.

Tak lama kemudian, air mata wanita itu menetes. Lilian meminta maaf atas kebodohannya. Ia menceritakan semuanya saat di dalam portal. Kenyataan bahwa dirinya keturunan penyihir dan rasa sakit hati saat ia melihat penganiayaan ayahnya. Semuanya Lilian sampaikan sambil berderaian air mata. Pun begitu dengan ibunya yang menjadi pendengar.

FISSANDO IL CIELOWhere stories live. Discover now