penutup kisah [end]

9.1K 1.5K 574
                                    


Riuh-rendah yang menggema di sepenjuru ruang menyambut secara perdana, tercipta dari hiruk pikuk sekitar yang sibuk berceloteh menilai objek di hadapan kala semasuknya sepasang adam dan hawa yang tiada hentinya bersawala ria.

"Gara-gara kamu nih, dandannya kelamaan jadi telat, kan!"

"Aku dandan kayak gini kan, supaya gak malu-maluin pas temenmu presentasi! Emangnya kamu cuma pakai jaket olahraga sama training. Mau senam kamu, hah?!"

"Iya udah betina selalu menang--"

"KAMU MANGGIL AKU BETINA?! EMANGNYA AKU HEW--"

"Nggak-nggak, aku bercanda. Iya udah aku salaaaaaaah." Si adam nampak kewalahan antara menanggapi amukan sang kekasih dan mencari empu surai kecoklatan di antara padatnya pengunjung.

Ibaratnya, mencari rambut kuda di antara tumpukan jerami,-- pikirnya.

Tak disangka ternyata seantusias ini masyarakat terhadap acara yang diselenggarakan. Ia kira, akan sepi-sepi saja jadi berangkatnya santai dan rada ngaret dikit. Tau-taunya padat sekali yang datang.

Dari anak SD sampai kakek-kakek, dari yang penampilan formal sampai yang nyantai seperti dirinya yang hanya memakai setelan rumahan, dari yang penikmat lewat belaka hingga yang kritis akan filosofis, semuanya hadir di sini mengagumi serta menikmati jejeran lukisan yang ditempel apik pada dinding.

"Januar! Adara!"

Menoleh pada daksina, mendapati tangan yang melambai jua sang puan yang melompat-lompat kecil di antara kerumunan yang seakan menenggelamkan.

Tak menunggu waktu lama, keduanya gesit menghampiri. Membelah kumpulan manusia yang sedengar Januar sudah misuh-misuh akibat belum juga dimulainya presentasi.

"Permisi... permisi...."

"Nah, akhirnya datang juga," lega suara si empu acara.

Si cassanova tak lupa merapihkan jaket olahraganya sesaat berdiri tegap di hadapan sekumpulan orang tadi. Berdiri sejajar bersama lima pemuda lain di sisian objek yang masih terbalut kain hitam.

"Kemana aja lo?" Bisik laki-laki yang berdiri di sampingnya. Pakaiannya sangat rapi dan niat, tidak seperti Januar yang kesannya kayak mau car free day akhir pekan.

"Itu biasa, si Adara. Ribet." Dagunya menunjuk sang kekasih yang berdiri di antara kerumunan, sibuk menyiapkan kamera yang akan mengabadikan momen kali ini. "Anggi mana? Nggak ikut?"

"Nggak bisa dateng."

Januar mengangguk saja. Baru mau serius dan memasang tampang penuh wibawa, keburu dicolek duluan.

"Mau dateng ke pameran atau mau jogging masnya?" Ledek laki-laki lain yang berdiri di sebelah kiri Jovian.

"Yeuu songong lo jangkung--"

"EKHEM!"

Ranum maju Januar langsung mundur kembali ke tempatnya, ciut ditatap sepasang mata melotot dari laki-laki yang berdiri paling dekat dengan bahan presentasi.

Sekiranya semua sudah kondusif, pria bersurai agak kecoklatan itu menarik napas panjang pun mematri kurva lebar nan manisnya.

"Selamat siang. Terima kasih untuk waktu dan kesabarannya juga mohon maaf atas keterlambatannya karena teman saya yang ngaret banget datangnya." Nada bicaranya ditekan pada penghujung kalimat. "Tapi saya memang harus menunggu kehadirannya, mengingat dia salah satu bena atas lukis yang tercipta."

"Baik. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai."

Semua pengunjung yang berkumpul itu sontak berdecak kagum tatkala kain hitam salah satu dari dua lukisan tersibak.

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang