Januar - Adara...

12.1K 2.6K 391
                                    

Semilir angin senja dengan beraninya menyapa punggung tangan pemuda yang tak dilapisi sehelai kain pun. Ia sedang sibuk mengontrol stir. Tergoda dengan buaian sang angin, ia pun menaikkan kaca helm.

Anak rambut yang sedikit mencuat dari helm turut menari dengan lihainya.

"Cause it's a beautiful night ~
We're looking for something dumb to do ~
Hey baby, I think I wanna marry you ~
Is it the look in your eyes or is it this dancing juice ~
Who cares baby, I think I wanna marry you...."

Bibir tipis itu menarik sebuah senyuman lebar. Rada geli sendiri menyadari dirinya bernyanyi seperti itu.

Tapi memang tak bisa dipungkiri. Nyanyi sambil kena angin sepoi-sepoi itu ternyata menyenangkan. Apalagi sambil mengendarai skutermatik menuju tempat sang kekasih.

Ah... Momen favorit Januar, deh!

Membelokkan stir ke salah satu gedung besar di antara gedung lainnya, ia masuk ke kawasan itu. Sedikit berputar-putar mencari tempat parkir. Hari ini parkiran rumah sakit lumayan ramai.

Tumben, fikirnya.

Setelah memarkirkan motornya, tak lupa ia meraih kantung plastik bening pada cantolan.

Sebuket bunga Asther.

Bunga kesukaan gadisnya.

Dengan senyum yang terpatri indah, ia mulai melangkah memasuki gedung tersebut.

Bibirnya tak ada hentinya tersenyum lebar mengingat sebentar lagi ia akan bertemu Adara, sang kekasih.

Ah... Januar rindu.

Tungkai kurusnya amat cekatan. Berbelok berkali-kali, sana-sini, tanpa takut tersasar.

Januar sudah hapal benar struktur gedung ini. Letak wc yang tersebar di seluruh gedung pun Januar hafal. Sudah seperti rumah kedua baginya.

Di sepanjang jalan, tak lupa jua ia sesekali menyapa suster yang lewat. Yang ia kenal saja tentunya. Januar nggak se-SKSD itu juga.

"Eh, Januar? Mau jenguk ya?"

"Iyadong.... Hehe."

"Januar mau ke rumah sakit atau mau nongkrong di mall? Ganteng banget dandanannya."

"Wah iyadong! Mau ketemu si bebeb!"

"Januar gak pulang dulu ya? Abis sekolah langsung ke sini?"

"Iya Sus! Udah nggak sabar ketemu si ayang mbeb!"

Itulah sedikit percakapan antara Januar dengan suster yang tak sengaja ia temui di sepanjang lorong.

Pokoknya mereka sudah hapal sekali dengan wajah Januar ini saking rutinnya datang. Apalagi sudah dalam jangka waktu lumayan lama, sekitar 7 bulan belakangan.

Sesekali Januar bersiul riang seraya memerhatikan aktivitas orang-orang yang sibuk sendiri di sepanjang lorong maupun taman rumput yang mengiringi lorong.

"Halo, Pak!" sapanya girang pada bapak-bapak yang mendorong kursi roda berisikan beberapa boneka.

Bapak-bapak itu nampak tidak peduli, atau bahkan dengar pun tidak. Ia tetap mendorong kursi rodanya dengan mulut yang terus berceloteh.

Padahal Januar tahu, mau menyapa siapapun di sini tidak akan ada yang menjawabnya selain suster, dokter, dan penjenguk sepertinya.

Diam-diam Januar menggaruk tengkuk.

Ah, Januar kayaknya terlalu semangat hari ini.

Kembali memutar tumit, ia mulai memasuki lorong yang sepi dan berjalan hingga ruangan pojok.

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang