namanya, Anggi

6.8K 1.5K 214
                                    


cewek ketumpahan kopi
| alun-alun, 7 malam


"Ya bener alun-alun. Tapi sebelah mananya, ck." Laki-laki berjaket kulit hitam itu berkacak pinggang, menyugar rambut frustasi. Membaca kembali pesan singkat--teramat singkat yang diterimanya sekitaran tiga jam yang lalu membuat dirinya tambah jengah.

Ia sudah mengelilingi tempat ini berkali-kali sampai beberapa bapak pedagang bertanya perihal mencari apa dan siapa namun tetap jua tak berjumpa dengan perempuan tempo hari. Walau sudah agak lupa dengan wajahnya, Jovian masih ada bayangan kasar mengenai postur tubuhnya.

"HEH!"

Jovian sampai berjengit saking kagetnya. Mau mengelus dada tapi malu, masa badan kekar gini kagetan.

Nah, ini dia.

Alhasil hanya memandang datar gadis yang sedaritadi dicarinya yang kini sudah berdiri manis di hadapan.

Eh, manis?

"Daritadi gue muter-muter nyariin lo, baru dateng ya?"

"Dih, mana ada." Jovian berkacak pinggang. "Yang ada gue daritadi muter-muter nyariin lo."

"Omosok?"

Jovian refleks meraup dan mendorong pelan wajah perempuan itu dengan telapak besarnya kala dirasa jarak yang terlalu dekat. Tingginya tidak beda jauh dengan Jovian, maka saat gadis itu memajukan wajahnya, hidung mereka hampir bertemu. Untung Jovian ada keturunan spider-man jadi refleksnya cepat, tepat, dan akurat.

Si pelaku sih senyum-senyum aja. "Nih, jaketnya," ujarnya menjulurkan paperbag biru yang dijinjingnya sedaritadi.

"Oke, thanks."

"Eits, mau kemana lo?"

Pergerakan yang hendak beranjak terinterupsi karena bahu tegapnya ditahan. Garis imajiner tercipta bersama dengan alis menukik heran. "Ya pulang, lah."

"Ah, nggak seru."

"Terus?"

"Walking-walking dulu, yuk?"

Beberapa detik iris tajam Jovian bersitatap dengan iris asing yang masih berkilat cerah persis malam hari lalu, hingga si adam akhirnya mengangguk kecil. "Okay."

Mereka menusuri alun-alun dengan langkah pelan seraya menikmati pemandangan pemuda-pemudi yang memadu kasih atau keluarga yang menghabiskan waktu di malam hari. Canda tawa orang-orang sekitar serasa kontras dengan kesunyian yang tercipta di antara dua insan tersebut.

Canggung, slur.

"Pengen baso aci. Lo mau?" Tanya si hawa.

"Boleh."

Setelah memesan, mereka memutuskan untuk duduk mengemper pada tikar yang digelar di tanah lapang alun-alun. Dan masih seperti sebelumnya, keduanya hanya diam sibuk sendiri mengamati sekitar yang padahal hanya pura-pura guna menutupi kecanggungan yang melanda. Sampai si gadis jengah juga akhirnya.

"By the way... kita belum kenalan, ya?"

Jovian menggeleng. "Belum."

"Pantesan." Si hawa mendengus geli. "Anggi."

"Jovian."

"Masih sekolah?"

"Masih, kelas duabelas."

"Wah, sama!" Pekik Anggi girang yang hanya bersambut senyum simpul Jovian.

Sebenarnya Jovian ini tipikal manusia yang tidak bisa cepat akrab dengan orang baru.

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang