the beginning of Raanan...

7.1K 1.6K 207
                                    

Kumparan lampu mewah menjuntai di sekeliling ruangan, dekor putih yang dominan menonjolkan kesan klasik nan elegan seakan-akan merefleksikan status bagi presensi di dalam ruangan itu.

Semuanya sibuk berbincang, tertawa dengan kehormatan, dan mengulum senyum berkelas. Tipikal kaum atas kelas atas.

Serupa dengan atmosfer di bagian tengah menepi, dengan kokohnya lengan berbalut jas mahal merangkul bahu sempit di sampingnya. “Kenalkan, anakku. Kaili Raanan Andika.”

“Raanan, om.”

Tepukan pelan mendarat pada pucuk kepala bocah tersebut. Pria di hadapannya tersenyum lebar. “Jadi ini kebanggaan Andika?”

Bibir tipis Raanan mengulum senyum kala hati tergelitik riang. Senang, ternyata ayahnya begitu bangga pada dirinya hingga menceritakannya pada rekan-rekan kerjanya.

“Iya, ini anakku.” Andika mempererat rangkulannya. “Bagi raport kemarin, dia ranking satu paralel, loh.”

“Wah, iya? Masih kelas tiga Sekolah Dasar, kan?”

Raanan mengangguk. “Iya, om.”

“Hebat! Memang keturunan Andika tidak pernah mengecewakan,” balasnya lagi kembali menepuk-nepuk puncak kepala Raanan.

Raanan tersipu, menggeleng entah untuk apa. Diliriknya kedua orang tuanya yang tersenyum lebar di samping, nampak begitu senang dan bangga menerima pujian dari rekan kerjanya. Membuat Raanan menghela napas lega.

Ia telah berhasil membanggakan kedua orang tuanya seperti apa yang mereka inginkan. Belenggunya sudah lepas untuk kali ini. Dengan kata lain, misi yang diembannya dalam pertemuan kali ini sudah selesai dengan hasil yang memuaskan.

Bagus. Karena itu memang tujuannya.

“Papi!”

Seketika seluruh atensi teralih pada anak laki-laki yang berlari kecil menghampiri. Terkesan terburu dan raut wajahnya panik. Sesampainya, ia langsung memeluk pria yang masih setia berdiri di hadapan keluarga Raanan.

“Papi kemana aja? Aku cariin juga!”

“Papi tadi habis ke toilet terus ketemu Om Andika. Jadi bincang-bincang dulu, deh.” Pria itu mencubit pipi gembul putranya lalu kembali menatap keluarga Raanan. “Ah, iya. Kenalkan ini anakku.”

“Ah... anakmu ya?” balas Mama Raanan tersenyum hangat.

“Bram. Om, tante,” sapa bocah itu membungkukkan tubuhnya sopan.

“Anakmu kelihatannya pintar, ya?” Mama Raanan kembali berucap. Nadanya biasa saja, tapi entah mengapa Raanan menangkap sesuatu tidak mengenakkan dari sana.

Rekan kerja Papa Raanan tertawa kecil. Mengelus pucuk kepala Bram dengan penuh kasih sayang. “Dia nggak terlalu pandai di mata pelajaran. Dia suka bermain alat musik.”

“Ah... alat musik, toh.” Mama dan Papa Raanan mengangguk paham.

Tapi... tunggu. Sorot mata itu... bukankah seperti memandang remeh rekan kerja mereka? Bahkan jika Raanan tidak salah lihat, Mamanya sempat mendengus geli walau samar.

“Ah, iya. Bram, ajak kenalan dong anaknya Om Andika.”

“Hai, aku Bram.” Ia menjulurkan tangannya yang langsung Raanan gapai.

“Aku Raanan.” Tersenyum begitu lebar hingga netranya seakan tertelan oleh pipi gembulnya. Senang sekali dia bisa mendapatkan teman baru, mengingat dirinya terlalu sibuk berkutat dengan tumpukan buku baik di rumah maupun sekolah hingga tak sempat bermain dan berteman dengan sebaya.

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang