it's called, pure love

6.7K 1.5K 601
                                    

"Tiga ribu... Empat ribu... Lima ribu--"

"Eh, sebentar."

"Kok kayak ada yang aneh."

Gerak pijak dua pasang sepatu terhenti kala salah satu puan terdiam mendadak. Yang satunya lagi pun turut walau sempat membuang napas berat sebelumnya. Keduanya bersitatap dalam hening hingga si satu melotot lebar, baru sadar.

"DUIT GOCENG GUE KEMANA ANJIR!"

"Terselip mungkin, coba cari lagi."

"NGGAK ADA JIMMY NEUTRONNNN, PERIKSA NIH PERIKSA."

Raanan berdecak malas walau tetap membantu Januar--si oknum yang masih kebakaran jenggot--tuk mengecek di saku-saku. Tapi baru ujung telunjuk itu merasakan kasarnya tekstur kemeja putih sekolah, sudah ditepis duluan oleh Januar. Air wajahnya panik bahkan tangannya sibuk berusaha menutupi tiap jengkal tubuhnya.

"HIH PEGANG-PEGANG! EMANG EYKE APAAN!"

"Persetan," rutuk Raanan memukul laki-laki tersebut menggunakan karton panjang hasil tugas kelompok di genggaman.

Sudah hilang duit, dipukul pakai karton pula. Kan buat Januar tambah misuh saja.

"Yaelah, mana duit tinggal sepuluh ribu, pakai raib setengahnya lagi!"

"Gue kan mau beli bensin."

"Gara-gara Lintang sama Rajidan kampang, nih! Pakai minta uang tutup mulut segala gara-gara gue kepergok cabut upacara malah ngudud di warkop perempatan."

"Eh tapi tadi cirengnya pacarnya Rajidan enak juga, sih. Jadi nggak nyesel-nyesel amat."

Raanan memutar mata jengah dan memilih berjalan terlebih dahulu meninggalkan si kawan yang sibuk berceloteh sendiri di koridor sekolah. Biarin penggemar-penggemarnya tahu kalau laki-laki yang dipuja mereka itu isi kepalanya rada miring. Raanan aja pusing!

Rasanya baru si bestari menghirup lega sarayu pelataran sekolah petang hari, terbebas dari komat-kamit Januar yang tak berisi. Eh, oknumnya sudah hadir lagi. Bahkan lebih berisik kini.

"Haduh, danger ini mah danger!" Januar melompat-lompat kecil seperti kera kehilangan induknya, menurut Raanan. "Mau ditaruh di mana wajah tampan seantero Bandung milik Aa' Januar ini kalo sampai ciwi-ciwi liat aing dorong-dorong si Dadang!"

"Malu sama kembaran, si Dilan!"

"Haduh, kumaha ieu--"

Plak!

"Berisik!"

Januar sudah hendak memiting leher Raanan saat bibirnya ditampar keras dengan sebuah kertas. Tapi langsung mingkem saat tahu kalau dibungkamnya pakai selembaran biru.

"Anjing, gocap."

"Sana borong pom mini pinggir jalan biar bensinnya sekalian buat minum!" Ujar Raanan hampir menjerit. Astaga, rasanya semua pelajaran tatakrama yang dijejali Mama sejak kecil menguap begitu saja setiap berhadapan dengan si cassanova.

Januar sih cengangas-cengenges saja. "Emang Raanan doang udah belahan jiwaku--IYA AMPUN MAIL AMPUN!" Dan kembali mendapat pukulan maut kertas karton.

Baru saja keduanya hendak melanjutkan perjalanan ke parkiran, tiba-tiba para siswi berbondong-bondong berlarian keluar gedung seraya menutup mulut berbisik-bisik.

Raanan dan Januar yang posisinya sedang berada di tengah-tengah pekarangan pun harus pasrah ikut terombang-ambing dengan bahu yang terus-terusan ditabrak acak dari belakang.

youth | nct dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang