{25} Pelukan

21.6K 973 258
                                    

"Mine, forever!"

Semalam, Hawi harus pergi ke rumah papa Kusuma

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semalam, Hawi harus pergi ke rumah papa Kusuma. Papa memintanya untuk menginap. Hanya itu, tidak ada yang lain. Namun saat Hawi terbangun pagi ini, dia menemukan seseorang telah duduk di ruang keluarga rumah itu.

Hawi mendekat seraya memasukkan seluruh kaos oblong hitamnya yang baru masuk setengah. Rambut basah cowok itu menandakan jika ia barusaja mandi.

"Hawi, kamu dimana?"

Lelaki itu tiba-tiba tersenyum meski hanya sekejap mata. Suara yang barusaja memanggil namanya itu, setelah sekian lama, akhirnya Hawi bisa mendengar suara itu lagi. Mata Hawi mendadak terasa panas melihat Zoya yang hanya mampu mengedarkan tangan ke sekitar demi mencari keberadaan lelaki itu.

Kemudian, Hawi akan lebih dekat. Dia mendudukkan diri tepat di hadapan Zoya. Kusuma dan Zahra tersenyum melihat kedua pemuda itu kini bersama kembali.

"G-gue ... gue di sini Zo," sahut Hawi.

Alis Zoya berkerut, seolah ia tengah terkejut mendengar suara yang sejak lama ia rindukan itu. "Aku kangen kamu Hawi. "

"Gue juga Zo." Bibir Hawi bergetar, menyaksikan Zoya yang tak mampu melihat telah mengingatkan Hawi pada kejadian hari itu. Dimana Hawi hanya mampu membeku, menyaksikan Zoya yang terkapar dengan keadaan bersimpuh darah, lalu Hawi bawa gadis itu ke rumah sakit. Namun pada akhirnya, Hawi menerima kabar yang membuatnya hancur.

Tidak. Hawi enggan mengingat semua itu. Sekarang, Hawi senang Zoya bisa berada di hadapannya lagi.

"Aku mau peluk kamu," ucap Zoya kemudian, yang ternyata sukses mengubah ekspresi Hawi dalam seketika. Ada sesuatu yang sekonyong-konyong membuat Hawi enggan menuruti keinginan gadis itu. Hawi menoleh ke arah Kusuma, pria itu tampak mengizinkan. Mamanya Zoya juga memberikan anggukan setuju.

Namun di sini, justru Hawi yang merasa ragu untuk menyentuh Zoya. Wujud Hara muncul di kepala Hawi, ia tak mau membiarkan tubuhnya terbagi untuk orang lain.

"Hawi?" cicit Zoya, suaranya lirih.

Hawi terbuyar. Air mata Zoya luruh, di saat itu juga Hawi mengalami dilema. Dia tak tega melihat Zoya yang sudah menangis. Maka perlahan-lahan, Hawi mengikis jarak, lalu ia gapai tubuh ringkih itu dan membawanya ke dalam pelukan.

Zoya makin terisak dalam dekapan lelaki itu, memecah rindu yang sudah lama bersarang dalam diri mereka berdua.

"Jangan kemana-mana ya Wi? Aku butuh kamu di sini sama aku terus." Zoya menemukan tempat ternyaman di dada bidang lelaki itu.

Hawi tak tau harus apa.

"Cuma kamu alasan aku mau tetap hidup Wi. Aku nggak punya harapan lagi setelah mata aku buta kayak gini."

Hawi mengulurkan tangan demi mengusap punggung Zoya.

"Kamu mau kan ... janji sama aku?"

Tangisan Zoya perlahan hilang. Dia menunggu kepastian Hawi meski lelaki itu lagi-lagi bungkam.

I am Here (Tamat: Part Lengkap) Where stories live. Discover now